Pangeran Zhu Shuang semakin berkerut. Kepalanya menggeleng
pusing. “Aku sungguh tidak mengerti” sahutnya kemudian.
Pangeran Zhu Biao dan Pangeran Zhu Gang tertawa mendengar
gumaman saudara mereka. Sementara Pangeran Zhu Di menunduk dengan raut wajah mulai
cemberut bercampur sedih. Jika memang diharuskan, maka ia akan memilih hasil
masakan salah satu juru masak untuk menyelamatkan juru masak istana pangeran di
penjara dari hukuman mati Kaisar Ming Tai Zhu. Tetapi, benarkah ia harus
menjalani hari-harinya dengan memakan makanan yang penuh rasa tapi tak berasa
dimulutnya? Rasanya seperti hidup dengan menjejalkan potongan-potongan kertas
yang kaku itu ke dalam perutnya. Sungguh tak terbayangkan sama sekali. Tapi,
jika ternyata Chen tidak datang, maka ia benar-benar tak punya pilihan lain
lagi. Karena ia adalah putra Sang Kaisar yang semestinya mendahulukan
kepentingan banyak orang di atas kepentingan pribadinya. Dan sebagai putra
Kaisar Ming Tai Zhu pula, ia harus menjaga nama baik Sang Kaisar yang bisa
melindungi rakyat dari hukuman mati karena kesalahan yang bukan merupakan milik
para hamba tersebut.
“Kakak Xu…aku tahu kau marah padaku karena aku telah
menyebut Adik Chen sebagai pelayan di rumah Paman Xu Da. Tapi, sungguhkah kau
tega padaku? Kenapa kau tidak datang membawa Adik Chen? Kenapa kau tidak
menyelamatkan aku?” Pangeran Zhu Di berbisik sehalus angin bersama bibirnya
yang bergetar. Sepasang matanya yang memerah dan terasa panas mengerjab-kerjab
sementara para juru masak mulai berjalan maju ke arah rumah panggung dan
menyajikan masakan mereka di atas meja bulat besar di depan Kaisar Ming Tai Zhu
dan Permaisuri Ma Xiuying, di depan Pangeran Zhu Di dan para pangeran lain,
kemudian dilanjutkan didepan para pejabat kerajaan.
“Yang Mulia Kaisar, para juru masak telah selesai menyajikan
seluruh masakan mereka” lapor Kasim Liu yang berdiri di bawah rumah panggung,
tepat di hadapan Kaisar Ming Tai Zhu. Sang kasim raja tersebut membungkukkan
tubuhnya yang tinggi sebelum melapor pada Sang Kaisar.
“Baiklah. Katakan pada semua pejabat untuk segera mencicipi
setiap masakan setelah Pangeran Zhu Di memilih dan memberikan penilaian yang
adil sesuai aturan yang telah aku tetapkan” perintah Kaisar Ming Tai Zhu dengan
suara berat penuh kharisma.
“Baik Yang Mulia. Perintah Yang Mulia Kaisar akan segera
hamba laksanakan” jawab Kasim Liu sambil kembali membungkukkan tubuhnya.
Sesaat kemudian, Kasim Liu telah berdiri menghadap ke arah
para pejabat yang masing-masing telah menerima sajian hasil masakan para juru
masak.
“Perintah Yang Mulia Kaisar kepada seluruh pejabat istana
agar mencicipi seluruh hidangan dari para juru masak setelah Yang Mulia
Pangeran Zhu Di mencicipi hidangan lebih dahulu” seru Kasim Liu dengan suara
keras.
“Perintah Yang Mulia Kaisar kami laksanakan!” jawab seluruh
pejabat kerajaan serempak.
Kasim Liu berbalik ke arah Pangeran Zhu Di yang duduk dengan
kepala menunduk. Kasim yang terlihat segar dan gesit di usia enam puluh
tahunnya itu membungkuk penuh hormat pada sang pangeran keempat.
“Yang Mulia Pangeran Zhu Di, silahkan mencicipi hidangan
yang telah dimasak dengan sepenuh hati oleh para juru masak, kemudian mohon
Yang Mulia Pangeran Zhu Di memilih salah satu hidangan yang tersaji” ucap Kasim
Liu penuh hormat.
Pangeran Zhu Di tertawa sedih tanpa suara mendengar kalimat
yang diucapkan oleh Kasim Liu. Sungguh sopan dan lembut kalimat tersebut, namun
apa yang tersirat di dalamnya adalah sebuah pemaksaan agar dirinya,
bagaimanapun juga memilih salah satu dari hidangan yang tersaji di depannya.
Bahkan meski ia tidak menyukai makanan tersebut sekalipun. Seolah, sayembara
ini memang telah dibuat sebagai jalan untuk memaksanya agar mau makan suka atau
tidak suka, mau atau tidak mau. Atau, apakah sayembara ini telah kehilangan
tujuan awalnya untuk mencari juru masak yang bisa membuat selera makannya
kembali dan telah berubah menjadi ajang untuk berebut jabatan sebagai kepala
dapur istana yang memiliki kekuasaan tinggi di kalangan para juru masak dan
mampu memberikan pengaruh dalam banyak hal di kalangan para pejabat dan
bahkan keluarga Kaisar?
“Adik Zhu Di…cicipilah makanan itu” bisik Pangeran Zhu Gang
saat melihat Pangeran Zhu Di hanya terdiam tak bergerak sedikitpun. “Kenapa kau
malah diam saja?”.
“Adik Zhu Di!...cepat cicipi makanan itu” tegur Pangeran Zhu
Biao. “Tidakkah kau lihat mereka semua sedang menunggumu?”
“Zhu Di!...apa yang kau tunggu?! Cepat pilih salah satu dari
hidangan di depanmu itu!” suara Sang Kaisar yang tegas turut terdengar di
selingi desah gelisah Ratu Ma Xiuying.
Pangeran Zhu Di memejamkan kedua matanya kuat-kuat sementara
rasa panas merebak. Bibirnya gemetar. Tampaknya, ia memang tak punya pilihan
lain. Sepertinya, ia memang harus hidup dengan kehilangan rasa dan selera pada
makanan apapun yang ada di depannya.
“Pangeran Zhu Di? Kenapa Anda tidak mencobanya? Lihatlah
semua makanan itu sangatlah lezat dan menunggu Anda mencicipinya” suara lembut
dan bergetar Sang Ratu seperti sebuah palu godam raksasa yang memukul hati
Pangeran Keempat, membuat sang pangeran kecil itu mengurai tangan kanannya yang
semula mengepal dengan sangat erat hingga buku-buku jarinya memutih.
Lalu, dengan gerakan kaku, pangeran Zhu Di meraih sepasang
sumpit yang telah tersedia di depannya sementara Kasim Anta yang selalu setia
berada di sisinya mulai membuka satu demi satu tutup mangkuk porselin yang ada
di atas meja. Aroma sedap masakan seketika menguap keluar dari puluhan macam jenis
masakan yang tersaji di depannya. Pangeran Zhu Di melirik ke arah Kasim Anta.
“Apa ini?” tanya Pangeran Zhu Di sambil menunjuk ke dalam
salah satu mangkuk kecil putih. Terdapat makanan yang mirip dengan sepotong
daging. Dari penampilannya yang sedikit bersemburat coklat, nampaknya daging
itu di masak dengan cara di bakar di atas api yang yang sangat panas dalam
waktu sekejab. Juru masak yang memasaknya, mungkin menggunakan batu api untuk
membakar daging ini. Aromanya lumayan tajam, seperti campuran beberapa rempah
yang dipadukan dalam satu campuran dengan takaran yang berani. Pangeran Zhu Di
menghela nafas sejenak, mencoba menyembunyikan kepalanya yang sedikit pening
karena aroma tajam rempah dari sepotong daging di mangkuk kecil yang
dihadapinya.
“Itu adalah sepotong daging penyu Yang Mulia” sahut Kasim
Anta sambil melirik ke arah segulungan kertas yang ada dalam genggamannya.
Semua jenis masakan yang tersaji di depan Pangeran Zhu Di telah di catat dalam
satu gulungan kertas dan diserahkan pada Kasim Anta agar sang kasim tersebut
bisa menjawab pertanyaan sang pangeran tentang masakan yang ada di depannya.
Sementara di sisi Kasim Anta, sedikit agak di belakang, terlihat seorang wanita
bertubuh gemuk dalam pakaian hanfu rapi berwarna merah tua. Rambut wanita
tersebut di sanggul dalam tatanan yang rapi dengan hiasan satu konde berukir
dalam bentuk bunga. Wanita itu adalah Kepala Dayang Song yang mendampingi Kasim
Anta untuk menjawab setiap pertanyaan dari Pangeran Keempat. Mendengar jawaban
Kasim Anta, Kepala Dayang Song segera menganggukkan kepalanya yang berhias
sanggul besar.
“Penyu? Darimana juru masak mendapatkan seekor penyu?” tanya
Pangeran Zhu Di sambil membalik sepotong daging di depannya dengan kening
berkerut. Aroma rempah menyengat semakin menguar membuat kepala sang pangeran
serasa dipukul dengan godam besar.
“Dari….” Kasim Anta terhenti menjawab sebab ia sendiri
sesungguhnya tidak tahu darimana datangnya penyu tersebut. Satu tangannya
bergerak menyikut Kepala Dayang di sampingnya.
“Dari Sungai Kuning Yang Mulia” sambung Sang Kepala Dayang
Song seketika karena sikutan tangan Kasim Anta membuatnya terkejut.
Pangeran Zhu Di terhenyak mendengar jawaban Sang Kepala
Dayang hingga sepasang matanya membuka lebar sementara Pangeran Zhu Biao dan Pangeran
Zhu Gang tertawa pelan, namun Pangeran Zhu Shuang hanya menggelengkan
kepalanya.
“Oh….baiklah. Jadi penyu ini berasal dari Sungai Kuning.
Lalu, kenapa aromanya begini kuat?” tanya Pangeran Zhu Di. Keningnya berkerut
sementara satu alisnya terangkat naik.
“Itu karena daging penyu memiliki aroma yang sangat amis
Yang Mulia sehingga juru masak menambahkan banyak rempah saat proses
memasaknya. Selain sebagai bumbu untuk memberikan rasa, juga untuk menyamarkan
bau amis dari daging penyu itu” jawab Kepala Dayang Song sambil tersenyum.
Pangeran Zhu Di mengangguk-anggukkan kepalanya. Keningnya
yang halus dan indah masih terus berkerut sementara satu alisnya masih
terangkat naik. Nampak jelas bahwa sang pangeran keempat yang cerdas itu tengah
memikirkan jawaban yang diberikan oleh Kepala Dayang Song.
“Begitu? Kenapa aku baru tahu kalau di Sungai Kuning ada penyu?
Apakah laut kita sudah mengering sehingga semua penyu berpindah ke sungai?”
gumam Pangeran Zhu Di membuat tawa Pangeran Zhu Gang semakin jelas terdengar. Kasim Anta menundukkan wajahnya dengan malu sementara Kepala Dayang
Song justru terlihat tidak mengerti dan hanya terlongong diam.
Lalu mendadak, jari telunjuk kanan Pangeran Zhu Di mendorong
mangkuk kecil berisi potongan daging penyu di depannya menjauh. “Katakan pada
Juru Masak yang telah mengolah penyu dari Sungai Kuning ini dan menyelimutinya
dengan rempah yang demikian tebal, aku mengucapkan banyak terima kasih atas
jerih payahnya”.
Ketiga pangeran yang duduk di sisi Pangeran Zhu Di sudah
menduga bahwa sang pangeran keempat akan menolak daging penyu itu. Tiga reaksi
berbeda terlihat dari ketiga pangeran tersebut. Pangeran Zhu Gang tertawa
dengan suara halus sementara Pangeran Zhu Shuang hanya tersenyum sekilas. Matanya menatap semua hidangan yang ada di depannya sendiri. Pangeran
Zhu Biao menarik nafas panjang dengan pandang mata beredar ke arah para juru masak
yang kesemuanya terlihat berwajah tegang bercampur cemas. Hanya dengan sekali
ulas, ia telah menemukan juru masak mana yang telah memasak daging penyu
beraroma rempah kuat tersebut. Ia dapat melihatnya dari wajah pucat dan lesu
setelah mendengar kalimat yang diucapkan oleh sang pangeran keempat.
Kasim Anta menoleh ke arah Kepala Dayang Song dan mengangguk
ke arah wanita gemuk tersebut. Kepala Dayang Song menoleh ke arah belakang
di mana berdiri beberapa wanita dayang yang menunggu.
“Bawa kembali” ujar Kepala Dayang Song dengan suara halus
namun tegas pada dayang-dayang yang berdiri menunggu.
Dua dayang yang berdiri paling depan segera maju ke depan
dan mengambil mangkuk-mangkuk berisi masakan berbahan penyu dari meja bulat
besar di depan Pangeran Zhu Di kemudian membawanya pergi setelah membungkuk
hormat ke arah sang pangeran keempat yang bahkan tidak menggubrisnya sama
sekali.
Sekilas, Kaisar Ming Tai Zhu menatap ke arah Pangeran Zhu Di
sebelum kemudian pandangannya kembali luruh ke depan. Hanya Ratu Ma Xiuying
yang terlihat sangat cemas. Sebuah bisikan yang berasal dari naluri keibuannya
menyiratkan kekhawatiran akan sesuatu yang tak terduga akan terjadi. Dan
tampaknya hal itu akan sulit diterima oleh semua orang. Berbeda dengan Sang
Kaisar yang hanya sekilas menatap putra keempatnya, Sang Ratu justru nyaris tak
bisa memalingkan pandangan matanya dari Pangeran Zhu Di. Kedua tangan Sang Ratu
yang lentik indah perlahan meremas saputangan putih lembut yang selalu di
genggamnya. Hal yang bahkan tak disadarinya dalam gelombang kecemasan yang
mencengkeram.
Sementara Pangeran Zhu Di beralih pada hidangan berikutnya. Beberapa
potong makanan berwarna putih dengan semburat kehijauan menebarkan aroma khas
sayuran. Aroma yang segar, meski di balik aroma yang segar tersebut, terselingi
sedikit aroma daging yang gurih.Ini adalah kubis, sayur yang sangat populer di kalangan masyarakat bahkan juga di istana.
Pangeran Zhu Di menghela nafas sesaat mencoba memasukkan
aroma yang segar tersebut dalam ruang dadanya. Sepasang sumpit yang terjepit di
sela-sela jemarinya bergerak membalik potongan makanan dalam mangkuk porselin
putih di depannya.
“Apa ini?” tanya Pangeran Zhu Di sambil berpaling menatap ke
arah Kepala Dayang Song.
Kepala Dayang Song membungkuk penuh hormat sebelum kemudian
tangan kanannya menunjuk ke arah makanan yang dimaksud oleh Pangeran Zhu Di.
Senyumnya mengembang cerah.
“Ini adalah sayuran yang dimasak selama beberapa saat Yang
Mulia. Rasa sayuran ini sangat lezat karena saat merebusnya menggunakan air
kaldu daging sapi terbaik. Selain itu, sayuran ini digunakan sebagai bungkus
untuk menggulung daging sapi terbaik yang dicincang halus dan dimasak dengan kecap
dari sari bunga di musim semi sehingga rasanya sangat gurih dan harum. Silahkan
Yang Mulia Pangeran Zhu Di mencobanya” jawab Kepala Dayang Song penuh hormat.
Pangeran Zhu Di mendengarkan penjelasan dari wanita bertubuh
gemuk yang telah dikenalnya sejak ia membuka matanya di dunia itu dengan
seksama. Sayuran ini terlihat sangat menarik dengan warna putih hijaunya yang
cemerlang dan aroma khas yang segar. Daging sapi cincang juga merupakan salah
satu jenis makanan yang paling di sukai di kalangan pejabat istana bahkan oleh
Kaisar Ming Tai Zhu sendiri. Dari penampilannya, jenis masakan yang sekarang
ada di depannya ini terlihat layak untuk dimakan. Karena itu, setelah menghela
nafas sejenak, Pangeran Zhu Di mengambil sepotong sayur gulung isi daging
cincang dan menggigitkan sedikit. Tak ada suara berdecap saat sang pangeran
keempat itu mengunyah sayur isi daging dalam mulut indahnya. Lalu, saat sayur
dan daging tersebut telah meluncur masuk ke dalam perutnya, sang pangeran
segera mengangkat wajahnya yang tampan dan menatap ke arah Kasim Anta.
“Makanan ini sangatlah mewah dan penampilannya-pun begitu
menarik. Aku mengucapkan terima kasih yang sangat besar pada juru masak yang
telah memberiku masakan yang begini indah. Katakan padanya” ucap Sang Pangeran
Keempat yang disambut suara dengung gumamam halus di seantero ruang terbuka tersebut.
Kaisar Ming Tai Zhu kembali menghela nafas mendengar kalimat
yang diucapkan oleh putra keempatnya sementara Sang Ratu terlihat semakin
cemas. Pangeran Zhu Shuang dan Pangeran Zhu Gang tertawa dengan suara
halus sementara Pangeran Zhu Biao kembali meneliti deretan juru masak yang
menanti dengan wajah semakin tegang. Dan lagi-lagi, hanya dalam sekejab, ia
segera menemukan juru masak mana yang telah membuat sayur gulung daging itu. Sekilas, sepasang mata Pangeran Zhu Biao mengerling ke arah adik kecilnya
dengan ekspresi sedikit kesal. ‘Begitu pentingkah urusan makanan ini? Tidakkah
menghargai hasil karya para juru masak itu jauh lebih baik? Bagaimanapun,
mereka telah berusaha untuk memasak yang terbaik yang mereka bisa’ cetus
Pangeran Zhu Biao dalam hati.
Kasim Anta membungkukkan tubuhnya ke arah Pangeran Zhu Di
sebelum kemudian berpaling pada Kepala Dayang Song.
“Yang Mulia Pangeran Zhu Di mengucapkan terima kasih pada
juru masak yang memiliki masakan sayur daging gulung ini. sampaikan padanya dan
bawa menu ini kembali” ujar Kasim Anta pada Kepala Dayang Song.
Sang Kepala Dayang mengangguk dan menoleh ke arah
dayang-dayang lain yang menanti di belakangnya, kemudian, kembali, dua dayang
bergerak maju untuk mengambil menu masakan yang telah di tolak oleh sang
pangeran.
Dan demikianlah, penolakan demi penolakan terus berlangsung
hingga saat masakan yang terhidang di atas meja bulat besar di depan Pangeran
Zhu Di hanyalah tinggal menu dari Juru Masak Jiu Zhong. Sang pangeran keempat
terlihat lesu setelah mencoba lebih dari empat puluh macam jenis masakan yang
terhidang di depannya. Banyak di antaranya yang bahkan tidak disentuh
sedikitpun oleh sang pangeran membuat wajah Kaisar Ming Tai Zhu mulai memerah
oleh kemarahan sekaligus rasa malu. Rona kesal juga jelas terlihat diwajah
Pangeran Mahkota Zhu Biao. Sang Peramisuri Ma Xiuying terus menatap pangeran
kecilnya dengan raut sedih. Sepasang mata indahnya yang bening terlihat memerah
oleh kaca bening yang membayang. Sementara, deretan pejabat terlihat gelisah.
Banyak di antara mereka yang mengeruh. Jenderal Lan Yu menatap Pangeran Zhu Di
dengan tatapan tajam menilai. Juru masak dari rumahnya telah tersingkirkan jauh
sebelum masakan terakhir dari Juru Masak Jiu menunggu penilaian sang pangeran
kecil yang sangat cerdas itu kini. Namun, penolakan Pangeran Zhu Di terhadap
juru masaknya bukanlah sebuah masalah bagi Jenderal Lan Yu. Sesungguhnya, ia
sama sekali tak peduli dengan jabatan kepala dapur istana yang ditawarkan oleh
Kaisar pada siapa saja juru masak yang bisa membuat Pangeran Zhu Di makan.
Apa yang dipikirkan oleh Jenderal Lan Yu sesungguhnya justru
adalah, apa yang sedang dipikirkan oleh pangeran kecil itu?. Dari sikapnya yang
meminta agar sayembara ditunda karena Jenderal Xu Da belum hadir telah membuahkan
tanda tanya besar dalam benak Jenderal Lan Yu. Kenapa Pangeran Keempat sangat
menantikan kehadiran Jenderal Xu Da? Kening Jenderal Lan Yu berkerut memikirkan
beberapa kemungkinan. Ataukah, sesungguhnya, yang ditunggu oleh Pangeran Zhu Di
bukanlah Sang Panglima Tertinggi melainkan Xu Changyi?
Jenderal Lan Yu mengedarkan pandang matanya ke sekeliling dan
ia memang tidak mendapati adanya Xu Changyi di area terbuka tempat sayembara
memasak berlangsung. Tapi, jika memang Pangeran Zhu Di menunggu Changyi, lalu
kenapa? Alasan apa yang membuat sang pangeran merasa harus menunggu Changyi?
Jenderal Lan Yu tahu dan paham benar bahwa Xu Changyi memang sangat berbakat
dan cerdas. Harus diakuinya, bahwa, jika saja Xu Changyi bukanlah anak angkat
dari Sang Panglima Tertinggi Jenderal Xu Da, maka ia pasti akan sangat menyukai
remaja yang luar biasa tampan di usia empat belas tahunnya itu. Tetapi,
betapapun besarnya bakat Changyi, namun Jenderal Lan Yu tahu benar bahwa anak
itu tidak memiliki bakat di bidang masak memasak. Jadi, kenapa Pangeran Zhu Di
menunggu Xu Changyi jika anak angkat Sang Panglima Tertinggi itu tidak memiliki
kemampuan memasak? Alis Jenderal Lan Yu berkerut dalam sementara ia mencoba
menebak hal yang kini tercetak dalam benak sang pangeran keempat.
“Yang Mulia, ini adalah hasil jerih payah Juru Masak Jiu
Zhong. Semua orang di belahan dunia ini telah mengenal Juru Masak Jiu Zhong
sebagai juru masak yang paling pandai. Semua masakan dari tangan Juru Masak Jiu
sudah dibuktikan kelezatannya, bahkan dewa di langitpun membuktikannya. Karena
itu, silahkan Pangeran Zhu Di mencicipi masakan dari Juru Masak Jiu Zhong.
Semoga kesehatan dan umur panjang selalu berpihak pada Yang Mulia Pangeran Zhu Di”
ucap Kasim Anta sambil membungkuk ke arah Pangeran Keempat.
Pangeran Zhu Di melirik tajam ke arah kasimnya tepat pada
saat sang kasim juga mengangkat sedikit wajahnya untuk memandang ke arah
pangeran yang diasuhnya sejak bayi itu. Sudut bibir Pangeran Zhu Di terangkat
naik membentuk sebuah senyum sinis. Satu jari telunjuknya bergerak memberi
isyarat pada kasimnya agar bergerak sedikit mendekat membuat Kasim Anta segera
menggeser tubuhnya ke arah Pangeran Zhu Di. Lalu, begitu si kasim telah berada
di dekatnya, sang pangeran kecil segera mendekatkan kepalanya ke arah telinga kasimnya.
“Bukankah kau selalu mengekor di belakangku?” tanya Pangeran
Zhu Di dalam bisiknya yang halus.
“Benar Pangeran” jawab Kasim Anta mengangguk sambil berbisik
pula.
“Lalu, bagaimana kau tahu bahwa dewa di langit juga telah
membuktikan kelezatan masakan Juru Masak Jiu? Apakah kau pernah naik ke langit? Atau bertemu dengan dewa itu? Seperti apa wajahnya? Apakah mirip dengan Juru
Masak Jiu?” berondong Pangeran Zhu Di membuat Kasim Anta menjadi gugup
seketika.
“Pangeran…itu…itu hanya….” Kasim Anta berusaha untuk
memberikan jawaban namun kegugupan yang mencengkeram hatinya membuat
kata-katanya terputus di tengah jalan.
“Setelah sayembara ini selesai, kau harus memikul guci di
bahumu dan memberikan kakimu padaku. Kau mengerti?” cetus Pangeran Zhu Di dengan
nada tajam dalam bisiknya.
Kasim Anta menelan ludahnya yang mendadak terasa membatu.
Sungguh celaka!. Jika hanya memikul guci berisi air, ia sudah sangat terbiasa
karena Kaisar Ming Tai Zhu sering memberinya hukuman seperti itu setiap kali ia
kehilangan jejak Pangeran Keempat. Namun, memberikan kakinya pada sang pangeran
kecil yang sangat cerdas dan tak pernah gagal mengakalinya itu merupakan
siksaan yang luar biasa berat. Bagaimana tidak? Memberikan kakinya pada
Pangeran Zhu Di berarti, ia harus duduk sambil memikul sebuah guci besar penuh
air dengan kaki telanjang yang di arahkan pada sang pangeran kecil yang akan
duduk di depannya dengan santai sambil menggelitik telapak kakinya menggunakan
seikat kecil bulu ayam. Ia tidak boleh tertawa meski rasa geli hebat
mengguncangnya, tidak boleh bergerak apalagi bergoyang karena jika sampai air
dalam guci yang di pikulnya tumpah setetes saja, maka Pangeran Zhu Di akan
mengganti bulu ayamnya dengan seikat kecil rumput jarum yang akan membuat
siksaan rasa geli itu menghebat beribu-ribu kali. Sungguh, jika harus memilih,
Kasim Anta akan lebih suka memilih seribu kali dihukum oleh Kaisar Ming Tai
Zhu daripada harus menghadapi hukuman dari pangeran kecil yang cerdas tapi
jahil itu.
“Pangeran…saya mohon ampuni hamba…jangan hukum hamba seperti
itu…” rintih Kasim Anta dengan wajah memucat.
“Kalau begitu berkatalah yang benar!” bentak Pangeran Zhu Di
sambil melotot ke arah kasimnya.
“Zhu Di!...apa yang kau tunggu? Cepat cicipi hidangan itu
atau semua juru masak di penjara akan dihukum mati hari ini!” sebuah suara
menggelegar menyentakkan Pangeran Zhu Di dan Kasim Anta membuat sang pangeran
kecil seketika mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Kaisar Ming Tai Zhu yang
juga tengah memandangnya dengan wajah memerah. Kasim Anta seketika bergeser
menjauhi Pangeran Zhu Di setelah membungkuk hormat pada pangeran kecil
yang sangat disayanginya itu.
“Apa yang kautunggu? Semua hidangan di atas meja telah kau
tolak dan kini hanya tertinggal hidangan dari satu juru masak. Pikirkan baik-baik
apa yang akan kau putuskan karena nasib semua juru masak di penjara berada di
tanganmu hari ini” ulang Sang Kaisar sambil menatap tajam putra kecilnya.
Pangeran Zhu Di menelan ludah. Pandangannya beredar ke
seluruh area sayembara. Menatap para juru masak yang terlihat lesu dan sedih
setelah ia menolak masakan mereka, pada para menteri yang sebagian menatapnya
dengan wajah prihatin dan sedih meski ada beberapa yang menatapnya dengan
ekspresi sinis yang aneh. Ia juga menemukan tatap mata yang terasa sangat tajam
menusuk dari Jenderal Lan Yu, yang seolah hendak menembus ke dalam kepalanya,
tatapan Jenderal Chang Yu Chun yang terlihat sedih dan khawatir, Lan Fengyin
yang sesaat menatapnya dengan pandang penuh cemooh sebelum kemudian, anak
angkat Jenderal Lan Yu itu menundukkan kepalanya, tatapan pangeran Zhu Gang
yang terlihat khawatir, Pangeran Zhu Shuang yang memandangnya dengan ekspresi
tidak mengerti, tatapan tajam dan marah dari Sang Pangeran Mahkota Zhu Biao
serta – hati Pangeran Zhu Di langsung bagaikan tersobek saat menemukan sepasang
mata terakhir yang juga tengah menatapnya, bukan dengan kemarahan sebagaimana
Kaisar Ming Tai Zhu atau Pangeran Mahkota, melainkan justru dengan kesedihan
mendalam yang terurai dalam linangan airmata yang membasahi kedua pipinya yang
seputih mutiara – Sang Ratu Ma Xiuying.
Apa ia punya pilihan kini? Hidangan yang ada di atas meja
hanya tinggal menu yang dimasak oleh Juru Masak Jiu Zhong. Jika ia menolak
masakan terakhir di atas meja itu, maka pada hari ini ia akan menyaksikan hidup
para juru masak dari istana pangeran yang sekarang berada dalam penjara berakhir
ditangan algojo ayahnya. Ia dapat menangkap pesan itu dalam kalimat yang
diucapkan oleh Kaisar Ming Tai Zhu sedetik lalu. Tampaknya, ia memang harus
mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan para juru masaknya. Entah apa yang
terjadi pada Changyi dan Chen sehingga keduanya tidak datang untuk mengikuti
sayembara memasak ini. Betapa sedih hati Pangeran Zhu Di sekarang, tapi, siapa
yang dapat memahami kesedihan hatinya selain Changyi dan Chen yang justru tidak
datang dalam sayembara?. Sementara di sisi lain, sebagai seorang pangeran,
putra dari Kaisar Ming Tai Zhu, ia memiliki kewajiban tak tertulis untuk selalu
membantu ayahnya menegakkan kesejahteraan dan keamanan bagi rakyat meski hanya
dengan menjaga sikapnya. Dan hal itu sangat penting untuk menjaga kewibawaan
Kaisar Ming Tai Zhu di depan para pejabat kerajaan dan rakyat. Sungguh tak ada
pilihan lain baginya saat ini….
Karena itu, sambil menghela nafas untuk mengusir rasa sesak
dalam hatinya, Pangeran Zhu Di mulai meraih sumpitnya dan bergerak menjumput
sepotong makanan di atas mangkuk mungil dan mendekatkannya ke mulut. Sesaat,
sepasang alis Pangeran Zhu Di berkerut saat menatap makanan tepat di depan
matanya sementara puluhan pasang mata orang-orang di area terbuka belakang
dapur istana tersebut kesemuanya terarah pada sang pangeran keempat dengan
ketegangan yang terlihat nyata. Kecuali wajah Menteri Hu Weiyong dan Juru Masak
Jiu Zhong yang terlihat cerah karena sudah pasti, kemenangan membayang di depan
mata. Apa lagi pilihan yang dimiliki oleh Pangeran Keempat selain menerima
hasil masakan terakhir yang ada di depannya yang merupakan hasil karya Juru
Masak Jiu Zhong?. Terlebih lagi, sebagai seorang juru masak yang sangat dikenal
dengan hasil masakannya yang sangat lezat, Juru Masak Jiu telah berkali-kali di
minta oleh Kaisar Ming Tai Zhu untuk memasak di istana Kaisar meskipun Perdana
Menteri Hu selalu berhasil mempertahankan juru masaknya tersebut dengan alasan ikatan
sumpah setia hingga mati yang telah diucapkan oleh Juru Masak Jiu saat ia
menolongnya dari kehancuran yang melanda desa di mana Juru Masak Jiu tinggal
bersama dengan keluarga yang kesemuanya tewas empat tahun yang lalu. Hanya
tersisa satu bayi lelaki Juru Masak Jiu yang kini juga tinggal di rumah Perdana
Menteri Hu dan telah berusia lebih dari empat tahun. Hal-hal itulah yang
membuat Perdana Menteri Hu Weiyong menjadi sangat yakin akan kemenangan juru
masak kebanggaannya.
Dan kemenangan sebagai Kepala Dapur Istana itu merupakan
sebuah kemajuan yang sangat baik bagi Sang Perdana Menteri karena ia akan
memiliki lebih banyak jalan untuk memahami segala situasi di dalam istana hingga
sudut-sudut yang tak bisa direngkuhnya dengan jabatan sebagai seorang Perdana
Menteri yang bagaimanapun, terbatasi oleh aturan dan birokrasi dari kekuasaan
Sang Kaisar yang sangat kuat. Persaingan yang sangat ketat di kalangan pejabat
di istana-lah yang menyebabkan Perdana Menteri Hu Weiyong menginginkan jalan
lain untuk bisa lebih dekat dengan Sang Kaisar. Dan dapur merupakan salah satu
jalan yang sangat baik karena juru masaknya akan berdekatan langsung dengan
keluarga raja. Sebagai seorang Perdana Menteri, Hu Weiyong merasa sangat sulit
untuk bisa mendekati keluarga Kaisar karena setelah naik tahta, Kaisar Ming Tai
Zhu memberlakukan peraturan yang sangat tegas untuk tidak memberikan jabatan
pada anggota keluarganya, baik dalam kementerian maupun militer. Namun, melalui
dapur, para anggota keluarga Kaisar sudah pasti bisa didekatinya dengan jalan
yang halus dan tak terasakan. Kedekatan dengan Kaisar dan keluarganya merupakan
hal yang sangat diidam-idamkan oleh semua pejabat karena hal itu berarti
banyak hal. Salah satunya yang utama adalah kemudahan kenaikan pangkat atau
rasa aman terhadap kemungkinan di pecat atau penurunan jabatan.
“Apa ini?” tanya Pangeran Zhu Di sambil menatap sepotong
makanan yang berbentuk bulat mekar. Sepintas mirip bunga lotus yang nyaris
mekar dan berwarna semburat putih dan merah muda. Hal yang langsung
mengingatkannya pada kue mawar buatan Chen yang telah disantapnya malam
sebelumnya. “Apakah ini kue mawar?”
Kasim Anta menoleh ke arah Juru Masak Jiu saat Kepala Dayang
Song menggelengkan kepalanya dengan rona sedikit takut karena bagaimanapun juga,
ia merasa segan dengan reputasi Juru Masak Jiu sehingga ada rasa takut salah
untuk memberikan penjelasan perihal makanan yang tengah di pegang oleh Sang
Pangeran Keempat dengan sumpitnya.
“Yang Mulia Pangeran Zhu Di bertanya kepada Juru Masak Jiu
Zhong” seru Kasim Anta membuat Juru Masak Jiu Zhong yang berusia sekitar empat
puluhan tahun itu sedikit terkejut, namun segera membungkukkan tubuhnya
dalam-dalam lalu dengan sedikit berlari, sang juru masak yang sangat terkenal
itu mendekat ke arah rumah panggung di mana Pangeran Zhu Di duduk.
“Hamba Pangeran” sembah Juru Masak Jiu setelah ia tepat
berdiri di depan rumah panggung.
“Apa ini?” ulang Pangeran Zhu Di sambil mengacungkan
potongan makanan di sumpitnya. “Apakah ini kue mawar?”.
“Ah…bukan Pangeran. Itu adalah kue lotus. Hamba membuatnya
dari beras muda yang diperas hingga menjadi tepung yang sangat halus” jawab
Juru Masak Jiu sambil tersenyum.
“Lalu, kenapa ada warna merah muda dalam kue ini?” tanya Pangeran
Zhu Di lagi. “Apakah ini kacang merah?”.
“Bukan Pangeran. Warna merah itu hamba dapatkan dari buah
semangka yang hamba ambil sari airnya sebagai pengganti gula agar rasa kue itu
lebih segar dan lezat” jawab Juru Masak Jiu Zhong kembali.
“Hmmmm…” Pangeran Zhu Di bergumam. Ternyata bukan kue yang
sama dengan yang dibawa oleh Chen sebelumnya. Pandangan mata sang pangeran
keempat sesaat beredar kesekeliling dan mendapatkan wajah-wajah yang tegang
menanti serta tatapan marah Kaisar Ming Tai Zhu dan Pangeran Mahkota Zhu Biao.
Sambil menghela nafas panjang Pangeran Zhu Di mulai membuka mulutnya. Inilah
saatnya. Entah apa yang akan terjadi nanti, tapi, menyelamatkan para juru masak
di penjara dan melindungi Sang Kaisar dari rasa malu di depan para pejabat
kerajaan serta yang utama, menghilangkan kesedihan dan airmata dari wajah
cantik Ratu Ma Xiuying yang sangat dicintainya adalah hal terpenting untuk
dilakukan saat ini. Maka, sedetik kemudian, kue lotus yang harum itu telah
masuk ke dalam mulut Pangeran Zhu Di dan ia-pun mulai mengunyahnya di iringi
desah lega semua orang. Kelegaan yang lebih jelas terdengar saat sang pangeran
kecil mengambil potongan kue yang kedua dan mulai menyuapnya kembali. Lalu
potongan ketiga sebelum kemudian, Pangeran Zhu Di meletakkan sumpitnya ke atas
mangkuk mungil di depannya dan menatap ke arah Kaisar Ming Tai Zhu yang
memandangnya dengan ekspresi menunggu.
“Kue ini sangat lezat Yang Mulia. Hamba menyukainya” ujar
Pangeran Zhu Di yang segera disambut tepuk tangan bergemuruh semua orang di
seluruh area taman belakang dapur istana.
Kaisar Ming Tai Zhu mengangguk dengan ekspresi lega
sekaligus puas. Senyum mengembang menghilangkan kemarahan yang semula menetap
di wajahnya. Hal sama yang juga terlihat di wajah Pangeran Mahkota Zhu Biao,
Pangeran Zhu Shuang dan hampir semua wajah di tempat tersebut.
Juru Masak Jiu Zhong menjatuhkan tubuhnya ke lantai taman,
berlutut ke arah Pangeran Keempat dan bahkan kemudian menyentuhkan kepalanya
sebagai sujud pada sang pangeran kecil yang telah memenangkannya dalam
sayembara yang sangat mendebarkan tersebut. Sementara puluhan juru masak lain,
meski banyak di antara mereka yang terlihat kecewa dan sedih, namun segera
menerima kemenangan Juru Masak Jiu Zhong sebab merekapun telah lama mendengar
kehebatan sang juru masak dari rumah Perdana Menteri Hu Weiyong tersebut dalam
mengolah berbagai bahan makanan menjadi aneka menu masakan yang sangat lezat
tak tertandingi.
Sementara itu, Perdana Menteri Hu Weiyong sendiri terlihat
sangat bangga. Binar gembira jelas memancar dari wajahnya. Bahkan kemudian,
suara tawanya mengalir lepas saat para pejabat lain dari kementerian, termasuk
Jenderal Lan Yu dan Jenderal Chang Yu Chun mengucapkan selamat padanya. Suasana
yang semula penuh ketegangan segera mencair dan berganti dengan kegembiraan
yang membias di wajah semua orang.
Hampir semua orang, kecuali Permaisuri Ma Xiuying, Pangeran
Zhu Gang dan Kasim Anta. Pemahaman yang terlalu kuat dalam hati ketiganya
membuat mereka tahu, bahwa sang pangeran kecil tengah mengorbankan dirinya demi
untuk menyelamatkan juru masak dalam penjara dari kematian serta kewibawaan
sang kaisar di depan para pejabatnya.
Kasim Anta menggeser tubuhnya mendekat ke arah Pangeran
Keempat yang duduk sambil tersenyum. Senyum indah dari bibir segar dan wajah
yang tampan, namun sangat jelas rona merah yang membias di kedua kelopak
mata sebening embun milik Pangeran Zhu Di. Rona merah yang hanya tertangkap oleh pandang
mata Kasim Anta yang berada dalam jarak paling dekat dengan Sang Pangeran Keempat.
“Pangeran, setelah sayembara ini selesai, hamba akan
melaksanakan semua hukuman yang Pangeran berikan. Hukumlah hamba hingga Pangeran
merasa lega” bisik Kasim Anta sambil menundukkan wajahnya.
“Bagus” bisik Pangeran Zhu Di dengan bibir nyaris tak
bergerak dari senyumnya. “Aku akan sangat menikmatinya”.
“Dan hamba akan sangat senang menerimanya Pangeran. Untuk
kebahagiaan Pangeran hamba” sahut Kasim Anta dengan hati pilu melihat kedua
jemari tangan pangeran kecil yang diasuhnya sejak bayi merah itu terkepal
dengan sangat kuat di bawah meja.
“Kalau begitu tunggulah” jawab Pangeran Zhu Di, masih terus
tersenyum menyambut tepuk tangan bergemuruh dan sahutan pujian doa dari semua
pejabat, juru masak, dayang dan prajurit yang ada di arena sayembara.
Kasim Liu terlihat berlari ke arah Kaisar Ming Tai Zhu dan
membungkukkan tubuhnya dalam-dalam sebelum kemudian mulai berkata.
“Yang Mulia…Pangeran Zhu Di telah menjatuhkan pilihan pada
masakan dari Juru Masak Jiu Zhong dari rumah Perdana Menteri Hu Weiyong. Mohon
Yang Mulia Kaisar memberikan keputusan” lapor Kasim Liu dengan suara keras agar
dapat di dengar oleh semua orang di area taman belakang dapur istana.
Kaisar Hongwu Ming Tai Zhu menganggukkan kepala. Sesaat
kepalanya menoleh ke arah pangeran kecil yang terlihat tertunduk dalam
duduknya, sebelum kemudian menatap seluruh pejabat, juru masak, dayang, kasim
hingga prajurit di depannya. Kaisar yang sangat disegani itu menarik nafas
sebelum mulai berbicara. Suasana di taman belakang dapur istana menjadi sangat
sunyi. Semua orang menantikan kata-kata yang akan diucapkan oleh raja mereka.
“Seperti yang telah kalian lihat dan dengar sebelumnya,
bahwa putraku, Pangeran Zhu Di telah memberikan penilaian terhadap semua
hidangan hasil karya semua juru masak yang mengikuti sayembara di hari ini”
kata Kaisar Ming Tai Zhu dengan suara tegas dan keras. Aura kewibawaan jelas
terpancar dalam suaranya yang berat. “Kemudian, setelah melihat dan menilai,
putraku Pangeran Zhu Di telah menjatuhkan pilihan terhadap makanan yang diolah
oleh Juru Masak Jiu Zhong dari rumah Perdana Menteri Hu Weiyong. Oleh karena itu,
sesuai dengan apa yang telah kujanjikan di depan kalian semua, bahwa, siapapun juru
masak yang bisa membuat putraku Pangeran Zhu Di menyantap hidangan yang
dimasaknya maka aku akan mengangkatnya menjadi Kepala Dapur Istana. Oleh karena
itu, setelah putraku Pangeran Zhu Di menjatuhkan pilihan pada Juru Masak Jiu
Zhong, maka dengan ini aku memutuskan bahwa……”
“Yang Muliaaaaa!.....Jenderal Xu Da memohon ijin untuk
menghadap” suara seruan prajurit penjaga yang tiba-tiba datang dan masuk ke taman,
tepat lurus berhadapan dengan rumah panggung di mana Kaisar Ming Tai Zhu
duduk, seketika membuat kalimat Sang Kaisar menjadi terputus.
Semua orang terkejut, tak terkecuali Kaisar Ming Tai Zhu
sendiri. Kemarahan yang semula sempat hampir mencuat karena kedatangan prajurit
penjaga yang tiba-tiba masuk tersebut seketika memudar saat ia mendengar
kedatangan Sang panglima Tertinggi. Senyum Sang kaisar terkembang ke arah
prajurit penjaga sementara suara dengungan halus dari para menteri dan pejabat
terdengar seperti hembusan sayap lebah di musim semi. Banyak wajah yang
terlihat kaget saat mendengar kedatangan Jenderal Xu Da. Yang terutama jelas
nampak di wajah Jenderal Lan Yu yang selama kegiatan sayembara berlangsung,
terus memperhatikan dan menebak-nebak hal yang tengah dipikirkan oleh sang
pangeran keempat. Bahkan, sesungguhnya, saat pada akhirnya Pangeran Zhu Di
menjatuhkan pilihan pada Juru Masak Jiu Zhong, Jenderal Lan Yu telah dapat
merasakan bahwa sebenarnya, pilihan sang pangeran kecil yang sangat cerdas
itu hanyalah sebuah keterpaksaan belaka. Karena itu, saat ia mendengar suara
prajurit yang mengabarkan kedatangan Sang Panglima Tertinggi Jenderal Xu Da, kepala Jenderal Lan Yu bagaikan ditarik oleh sebuah magnet maha dahsyat ke arah Sang Pangeran
Keempat dan segera mendapati wajah penuh binar kegembiraan yang semula sama
sekali tak terlihat di wajah tampan remaja tersebut. Alis Jenderal Lan Yu
semakin berkerut dalam tanya. Sebuah tanya besar yang memenuhi benak hingga
membuatnya tak lagi peduli pada kegembiraan yang juga jelas memancar dari wajah Jenderal Chang Yu Chun yang duduk tak jauh darinya. Ada apa sebenarnya? Apa
yang tengah disembunyikan…atau dipikirkan oleh pangeran kecil yang sangat
cerdas itu?
***************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar