Di dapur utama…
Juru Masak Jiu Zhong
menatap pelayan di depannya dengan sepasang mata terbelalak. Apa yang baru saja
didengarnya terasakan seperti sebuah petir di siang hari yang menyambar
langsung ke kepalanya.
Kasim Chen akan
dihukum mati besok pagi? Pelaksanaan hukuman mati benar-benar akan dilakukan
besok pagi-pagi sebelum matahari memunculkan sinarnya ke atas hamparan
rerumputan. Itulah berita yang dibawa oleh pelayan di depannya tersebut.
Satu-satunya orang
yang bisa membuatnya merasa menemukan lawan yang sesungguhnya akan mati besok!
Orang yang membuatnya
merasa penasaran dan memiliki saingan…
Orang yang diam-diam
dikaguminya di balik rasa sakit hati kekalahan yang ia rasakan sendiri selama
ini…
Akan mati besok pagi!
Dan ia tak akan
pernah memiliki kesempatan untuk memperbaiki kekalahannya dahulu serta
memuaskan rasa penasarannya pada kasim remaja yang kemampuan memasaknya luar
biasa itu. Lalu, ia akan selamanya menanggung perasaan kalah dan penasaran ini,
tanpa terobati. Dan seorang diri karena tak akan ada seorangpun yang bisa
mengerti terlebih menemaninya.
Mengapa hal ini bisa
terjadi? Bagaimana mungkin segalanya tiba-tiba demikian cepat berubah?.
Beberapa hari lalu, Kasim Chen adalah seorang yang sangat dihormati di
lingkungan istana ini. Tak ada seorangpun yang tak mengenal Kasim Chen sebagai
juru masak dan kasim khusus Pangeran Zhu Di. Kepopuleran seorang Kasim Chen
bahkan sempat membuatnya iri.
Dan kini, tiba-tiba
remaja berwajah teduh itu menjadi penjahat besar yang paling dibenci oleh
Kaisar Hongwu. Seorang penjahat besar yang harus segera dimusnahkan karena
dianggap sangat berbahaya bagi keamanan kerajaan!.
Segalanya bagaikan
mimpi sekejab namun mengubah segala warna yang ada. Juru Masak jiu Masak Zhong
teringat saat beberapa hari lalu di aula istana, pada pesta pernikahan Pangeran
Mahkota, ia dipanggil menghadap oleh Kaisar Hongwu. Ia yang saat itu berjaga di
depan pintu samping aula dan telah mengetahui perihal keadaan Pangeran Zhu Di
yang keracunan sama sekali tak menyadari bahwa apa yang ia ucapkan sebagai
jawaban atas pertanyaan kaisar akan mendorong Kasim Chen sebagai tersangka. Ia hanya
sekedar menjawab pertanyaan Kaisar Hongwu dengan apa adanya berdasarkan hal
sesungguhnya yang ia hadapi. Perihal bahan-bahan makanan dan minuman yang ia
kirimkan ke istana Pangeran Zhu Di serta kenyataan bahwa ia memang tidak
memasak untuk pangeran keempat tersebut karena selera sang pangeran yang hanya
terpenuhi oleh rasa masakan Kasim Chen.
Baginya, apa yang ia
katakan pada Kaisar Hongwu saat itu hanyalah sebuah jawaban biasa dan sama
sekali tidak bisa dijadikan sebagai sebuah petunjuk bahwa Kasim Chen-lah yang
telah meletakkan racun ke dalam makanan dan minuman Pangeran Zhu Di. Dan secara
pribadi, ia sendiri merasa sangat yakin bahwa Kasim Chen bukanlah pelaku
peletakan racun ke dalam makanan dan minuman pangeran keempat. Bahkan meskipun
ia menyimpan rasa sakit hati atas kekalahan terselubung dalam sayembara memasak
dahulu, juga rasa penasaran yang belum terobati pada kasim remaja tersebut,
namun hal itu sama sekali tak menghalangi penalarannya untuk mengetahui bahwa
seorang Kasim Chen tak akan mungkin meracuni orang terlebih Pangeran Zhu Di.
Andai saja saat di aula itu, setelah ia menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
Kaisar Hongwu, Perdana Menteri Hu Weiyong tidak mengatakan hal yang membawa
pemikiran sang kaisar bahwa kasim Chen-lah pelaku kejahatan pada Pangeran Zhu
Di, maka pastilah saat ini kasim remaja tersebut masih berada dalam keadaan
segar bugar tanpa ancaman hukuman mati yang akan segera dilaksanakan besok
pagi.
Dan mendadak…sebuah
dugaan yang melesat bagai anak panah tajam menancap dalam penalarannya membuat
Juru Masak Jiu Zhong seketika jatuh dan terduduk ke atas balai kayu di
dekatnya. Raut wajahnya terlihat sekilas memucat saat perlahan ia mulai menyadari
sesuatu.
Apakah Tuan Hu ada di
balik semua ini?
Apakah Tuan Hu
Weiyong, tuannya sendiri yang telah merencanakan kejahatan terhadap Pangeran
Zhu Di?
Lalu, Juru Masak Jiu
Zhong kembali teringat pada sehelai surat dari Perdana Menteri Hu Weiyong yang
diterimanya sehari sebelum pesta pernikahan. Surat yang berisi perintah agar ia
memasak satu jenis masakan untuk Pangeran Zhu Di.
Sekarang, tiba-tiba
Juru Masak Jiu Zhong merasa sangat heran mengapa Perdana Menteri Hu Weiyong
menyuruhnya untuk memasak satu jenis masakan istimewa bagi Pangeran Zhu Di
padahal ia sangat yakin bahwa sang perdana menteri itu juga pasti mengetahui
bahwa Pangeran Zhu Di hanya menyantap hidangan hasil olahan Kasim Chen. dan
meskipun Perdana Menteri Hu Weiyong mengetahui kenyataan tersebut namun tetap
saja menurunkan perintah itu padanya. Seolah sang perdana menteri sudah tahu
bahwa ia pasti akan menolaknya karena tahu bahwa resiko kegagalannya sangatlah
besar.
Seolah tuannya itu
sudah tahu bahwa ia akan menggunakan cara lain untuk melaksanakan perintah yang
diterimanya!.
Seolah tuannya itu
mampu menebak arah langkahnya bahwa ia akan menggunakan cara meminjam tangan
Kasim Chen untuk memasak satu hidangan bagi Pangeran Zhu Di. Hidangan Kepiting
Salju yang menjadi menu utama dalam pesta pernikahan Pangeran Zhu Biao.
Mestinya ia-lah yang
memasak Kepiting Salju untuk Pangeran Zhu Di, namun ketakutan bahwa pangeran
keempat akan mengetahui bahwa hidangan itu bukan hasil karya Kasim Chen
membuatnya memutuskan untuk mundur dan hanya menyediakan bahan masakan bagi
istana Pangeran Zhu Di sementara pengolahannya ia serahkan pada Kasim Chen. Tak
ada yang aneh dalam hal itu kecuali satu hal.
Satu hal yang semula
juga bukanlah satu hal yang aneh baginya, namun kini menjadi satu pertanyaan
besar yang memenuhi benaknya. satu hal yang membuat hati Juru Masak Jiu Zhong
terasa berdesir.
Hal tentang bahan
masakan dan minuman yang ia serahkan pada Kasim Anta tempo hari.
Bahwa sesungguhnya
bahan-bahan masakan itu diambil dari sumber yang berbeda dengan sumber bahan
masakan lainnya yang diperuntukkan bagi kaisar, ratu, keluarga raja dan para
tamu undangan. Bahan masakan yang ia serahkan untuk istana pangeran keempat
berasal dari Saudagar Fu Han yang diantarkan oleh beberapa pelayan saudagar
paling kaya di Yingtian itu karena pasokan bahan masakan dari sumber utama
telah habis. Dan ia sendiri sungguh tak mengerti bagaimana bahan masakan dari
sumber utama yang merupakan kepercayaan kaisar selama bertahun-tahun bisa habis
sebelum dapur istana Pangeran Zhu Di mendapatkan kiriman bahan-bahan masakan.
Hal yang sebelumnya tak pernah terjadi karena sumber utama yang memasok
bahan-bahan makanan dan minuman ke dalam istana sudah sangat hafal dengan
jumlah kebutuhan istana terlebih si pemasok tersebut masih ada hubungan kerabat
dengan Kaisar Hongwu sehingga pastilah sangat mengerti keadaan di istana
termasuk mengenai selera makan keluarga kerajaan dan segala pernak-pernik
kebutuhannya.
Lalu, kenapa kali ini
bisa berbeda?
Bagaimana bisa jumlah
pasokan yang mestinya sudah diperhitungkan dengan cermat itu bisa meleset dan
kekurangannya tepat berada di bagian dapur istana Pangeran Zhu Di?
Hal lain, mengapa
pula yang masuk kemudian adalah bahan makanan dan minuman dari Saudagar Fu
Han?.
Tidakkah hal ini
sungguh aneh?.
Lalu, apakah hanya
bahan makanan untuk dapur istana Pangeran Zhu Di saja yang berasal dari
Saudagar Fu Han? Bagaimana dengan bahan minumannya?
Juru Masak Jiu Zhong
mengangkat kepalanya dan menatap pelayan bertubuh kecil yang masih berdiri di
depannya.
“Katakan padaku” ujar
Juru Masak Jiu Zhong kemudian. “Apakah kau mengetahui dari mana arak dan bahan
minuman untuk pesta pernikahan Pangeran Zhu Biao diambil?”
Pelayan bertubuh
kecil di depan Juru Masak Jiu Zhong mengangguk dengan gerakan pasti.
“Saya tahu Tuan Jiu.
Arak tersebut diambil dari gudang arak yang ada istana sebagaimana biasa.
Sedangkan bahannya dikirim oleh Tuan Liu Zhen” jawab si pelayan.
Juru Masak Jiu Zhong
mengerutkan alisnya. Jadi arak tersebut diambil dari gudang arak istana. Jika
demikian, maka tidak ada keanehan pada arak maupun bahan minuman yang digunakan
sebab selama ini, seluruh bahan yang digunakan untuk membuat arak di istana
memang selalu dikirim oleh Tuan Liu Zhen, seorang saudagar yang nyaris tak
pernah tinggal menetap di satu tempat. Saudagar Liu Zhen adalah seorang
pedagang yang ulung dan masih memiliki hubungan kerabat dengan Kaisar Hongwu
meski tali kekerabatan itu sedikit jauh. Namun demikian, semua orang tahu
besarnya kepercayaan Kaisar pada Saudagar Liu Zhen meski si saudagar selalu
tinggal berpindah-pindah tempat mengikuti musim dan arah angin bertiup. Jadi,
jika semua bahan pembuat arak yang dikirim ke istana Pangeran Zhu Di juga
berasal dari sumber yang sama, maka hanya bahan makanan saja yang asalnya
berbeda. Tetapi, adakah hal lain yang tidak ia ketahui? Juru Masak Jiu Zhong
teringat hal lain yaitu bahwa di malam menjelang pesta pernikahan Pangeran Zhu
Di, ia mendapat laporan dari pelayan di bagian gudang arak bahwa Perdana
Menteri Hu Weiyong menyempatkan diri datang ke gudang arak dan memeriksa semua
guci-guci arak yang akan dikirimkan pada malam itu. Bahkan sebelumnya, bukankah
ia juga mendapatkan perintah dari Tuan Hu Weiyong agar menyediakan beberapa
guci arak sebagai persedian jika ternyata terjadi kekurangan saat pesta
berlangsung? Meskipun perintah itu terdengar wajar namun entah mengapa hati
Juru Masak Jiu Zhong merasakan adanya hal lain yang membuat jantungnya terasa
berdetak lebih keras. Seolah-olah Perdana Menteri Hu Weiyong telah tahu bahwa
akan terjadi kekurangan arak nantinya.
“Jadi begitu” gumam
Juru Masak Jiu Zhong saat mendengar jawaban pelayan di depannya.
“Memang demikian Tuan
Jiu” sahut si pelayan seraya menatap Kepala Dapur Istana yang dalam
pandangannya terlihat sangat aneh hari ini. “Apakah Tuan Jiu memikirkan sesuatu
tentang arak yang digunakan saat pernikahan Pangeran Zhu Biao? Apakah ada
kesalahan yang telah dilakukan oleh para pelayan di bagian gudang arak?”.
Juru Masak Jiu Zhong
menarik nafas panjang mendengar pertanyaan panjang pelayan yang baru saja
didengarnya. Bahkan jika ia menjawabnya, si pelayan itu pastilah tidak akan
mengerti.
“Apakah kau tahu
siapa pelayan di bagian gudang yang malam itu bertanggung jawab mengirimkan
arak?” tanya Juru Masak Jiu Zhong mengabaikan pertanyaan pelayan di depannya.
Si pelayan mengangguk
cepat.
“Ya Tuan Jiu. Ada
beberapa pelayan yang malam itu bertugas mengantarkan arak. Bahkan salah
satunya adalah saudara saya” jawab si pelayan.
Juru Masak Jiu Zhong
bangkit dari atas dipan dan kini berdiri di depan pelayan bertubuh kecil. Kedua
matanya menyiratkan seberkas api yang berkobar. Api harapan yang memercik dalam
hatinya untuk mengetahui hal apa sesungguhnya yang tengah terjadi.
“Cepat katakan
padaku. Aku ingin menanyakan beberapa hal pada mereka” perintah Juru Masak Jiu
Zhong tegas.
************
Ruang penjara bawah
tanah istana Kerajaan Ming…
“Waktumu tidak banyak
karena itu cepatlah!...jika nanti aku memberimu tanda dengan lemparan batu ini,
maka kau harus segera keluar dan pergi. Apa kau mengerti?” ujar seorang
prajurit penjaga berwajah galak pada sosok lelaki yang mengenakan jubah
menutupi kepalanya. Satu tangan prajurit itu menggenggam sekantung kecil uang
yang diulurkan oleh lelaki berjubah di depannya beberapa saat lalu.
“Ya, saya akan
mengingat-ingat hal itu” jawab si lelaki berjubah seraya mengangguk tegas.
“Baiklah…aku akan
meninggalkan kalian” kata si prajurit sambil memutar kunci yang mengaitkan
rantai besi penutup ruang penjara di depannya. “Masuklah! Dan ingat pesanku
baik-baik!”.
Si lelaki berjubah
tak mengeluarkkan sepotong jawaban dan hanya menganggukkan kepala sementara
sepasang mata yang tersembunyi di balik penutup kepala terlihat memperhatikan
saat pintu ruang penjara yang nyaris tak pernah di buka itu perlahan bergeser.
Si lelaki melangkah memasuki ruang penjara yang terlihat gelap. Kedua matanya
memicing berusaha menyesuaikan diri dengan keadaan ruang dalam penjara yang
gelap dan pengap sementara suara pintu bergeser menutup terdengar di
belakangnya.
Butuh waktu beberapa
saat hingga si lelaki berjubah dapat menyesuaikan diri dengan keadaan ruang
dalam penjara yang nyaris gelap gulita hingga kemudian, saat ia mulai mampu
menangkap bayangan-bayangan samar dalam ruang yang gelap itu, hati si lelaki bagai
dilonjakkan oleh rasa terkejut yang menggedor ruang dadanya.
Di sana, tepat
beberapa langkah di depannya, samar ia melihat sesosok lelaki yang tengah duduk
dalam posisi yang sangat tenang. Posisi yang segera mengingatkan si lelaki pada
para biksu saat tengah tenggelam dalam semadinya yang dalam.
Si lelaki di balik
jubah mengerjabkan sepasang matanya agar bisa melihat lebih jelas dalam
kesuraman ruang penjara yang tanpa jendela tersebut dan sesaat kemudian, ketika
ia berhasil menatap pada wajah yang separuh tertunduk, maka rasa kejut dalam
hati lelaki itu seketika melenyap dan berganti gelombang keharuan yang entah
kapan terakhir kali ia rasakan. Rasa haru berbaur kekaguman, membuatnya terlupa
pada rasa kalah yang selalu menghantuinya, pada rasa penasaran yang membuatnya
tak pernah damai seolah selalu dikejar oleh waktu.
Perlahan lelaki di
dalam jubah merosotkan tubuhnya ke atas lantai batu yang dingin dalam jarak
beberapa langkah di depan sosok lelaki muda yang tengah tenggelam di alam
kedamaian semadi itu. Sejenak, kedua mata si lelaki dalam jubah masih terus
memperhatikan sosok lelaki muda di depannya hingga kemudian…
“Kasim Chen?”
terdengar suara panggilan lelaki dalam jubah pada sosok lelaki yang duduk dalam
ketenangannya. “Apakah anda mendengar saya? Bisakah anda mengenali saya?”.
“Tuan Jiu
Zhong…terima kasih sudah mengunjungi saya” terdengar suara halus yang jernih
saat sosok Kasim Chen menjawab pertanyaan Juru Masak Jiu Zhong yang tersembunyi
di balik jubah. Hanya suara jernih halus yang terdengar tanpa sedikitpun
gerakan tubuh pada diri Kasim Chen. kedua mata kasim remaja itupun masih
terpejam.
Juru Masak Jiu Zhong
menggerakkan kedua tangannya dan perlahan menurunkan penutup kepala hingga
kini, wajah sang kepala dapur istana itu jelas terlihat dalam keremangan ruang
penjara.
“Saya datang untuk
menanyakan beberapa hal pada Kasim Chen. Bisakah anda memberikan jawaban yang
sesungguhnya pada saya?” tanya Juru Masak Jiu Zhong.
Sepasang mata Kasim
Chen perlahan membuka dan menatap ke depan membuat Juru Masak Jiu Zhong kembali
merasa seolah di terpa oleh gelombang kesejukan yang memancar dari kedua mata
jernih yang baru saja membuka. Gelombang kesejukan yang menumbuhkan rasa hormat
dalam hatinya pada kasim muda di depannya.
“Apa yang ingin Tuan
Jiu tanyakan? Saya akan senang jika bisa membantu Tuan Jiu” jawab Kasim Chen,
kini terlihat gerakan pada bibir kasim tersebut.
Juru Masak Jiu Zhong
menarik nafas sejenak sebelum kemudian kembali membuka suara.
“Kasim Chen, mengapa
anda menerima begitu saja tuduhan bahwa anda-lah yang telah meracuni Pangeran
Zhu Di? Anda tahu…dan sayapun tahu bahwa hal itu sama sekali tidak benar” tanya
Juru Masak Jiu Zhong sesaat kemudian.
“Tuan Jiu, bisakah
anda menuliskan satu kalimat di atas sehelai kain yang tengah terbakar oleh
api?”tanya Kasim Chen menjawab pertanyaan Juru Masak Jiu Zhong.
Si kepala dapur
istana terdiam. Menuliskan kalimat di atas kain yang tengah terbakar oleh api?.
Jelas kalimat itu mengarah pada kemurkaan Yang Mulia Kaisar Hongwu saat ini,
dan ia pun segera mengerti bahwa dengan kemarahan sang kaisar sekarang ini,
sebuah kalimat pembelaan yang paling masuk akal sekalipun sama sekali tak ada
artinya.
“Saya mengerti. Saat
ini, tak ada seorangpun yang bisa mendekati Yang Mulia Kaisar. Tetapi, jika
anda tidak membela diri, maka apakah anda akan menyerah untuk mati meski anda
tahu bahwa bukan anda yang telah melakukan kejahatan?” kata Juru Masak Jiu
Zhong.
“Hidup dan mati
bukanlah masalah siapa yang salah dan siapa yang benar. Jika memang saya harus
mati besok pagi, maka itu artinya Thian telah menetapkan waktu saya untuk mati
besok pagi. meskipun seorang manusia melakukan kejahatan seribu kali, namun
jika Thian belum menghendakinya untuk mati maka ia tidak akan pernah mati”
sahut Kasim Chen.
Juru Masak Jiu Zhong
menatap wajah teduh di depannya dan merasa yakin telah melihat seulas senyum
pada wajah yang bening tersebut meski sedikitnya cahaya tak banyak membantu
kedua matanya untuk melihat dengan jelas.
“Anda benar Kasim
Chen. Tetapi…jika anda mati besok pagi, maka akan banyak sekali orang-orang
yang bersedih karena kehilangan anda. Tidakkah anda memikirkan mereka yang
sangat menyayangi anda?”
Terdengar suara tawa
halus Kasim Chen saat Juru Masak Jiu Zhong menyelesaikan kalimatnya.
“Setiap kehilangan
akan diganti dengan kehadiran yang baru. Pada saatnya, kesedihan mereka yang
mengasihi saya akan menghilang saat Thian menggantinya dengan hal lain yang
manis. Kemudian, kenangan akan diri saya akan dirasakan sebagai sebuah kenangan
manis yang mereka ingat dengan senyum..bukan air mata” jawab Kasim Chen
kemudian.
Juru Masak Jiu Zhong
tertunduk. Ia bahkan belum bisa melepaskan kesedihan dan rasa kelam yang
menyelimutinya setelah kematian istri dan anak-anaknya pada malam yang mengubah
seluruh hidupnya beberapa tahun yang lalu. Lalu, kini ia mendengar kalimat yang
baginya terasa seperti sebuah kemustahilan untuk bisa dipahami dan dimengerti.
Ia, yang telah menjalani hidup selama sekian tahun lebih lama di banding kasim
muda di depannya, belum bisa menerima arti kehilangan dengan keluasan hati,
lalu bagaimana remaja yang baru dikenalnya sejak masa sayembara memasak dulu
itu justru telah memiliki pemahaman seperti itu?. Sekelebat rasa kagum
menyelinap dalam hati Juru Masak Jiu Zhong pada kasim yang nasibnya akan
ditentukan besok pagi tersebut.
“Kasim Chen…mengenai
racun yang merusak tubuh Pangeran Zhu Di…apakah menurut anda itu berasal dari
makanan yang dihidangkan atau dari minumannya?” tanya Juru Masak Jiu Zhong
kemudian.
“Tidak dari keduanya”
sahut Kasim Chen cepat membuat Juru Masak Jiu Zhong mengangat wajahnya dan
menatap ke arah kasim di depannya. Kali ini sinar wajahnya terlihat dipenuhi
oleh bara semangat.
“Tidak dari keduanya?...jika
demikian, lalu darimanakah racun itu berasal Kasim Chen?”.
“Racun itu dari
keduanya” sahut Xiao Chen.
Juru Masak Jiu Zhong
terhenyak dan kemudian tertawa.
“Ah…Kasim Chen…anda
sungguh membuat saya bingung. Anda mengatakan bahwa racun itu tidak berasal
dari keduanya namun berasal dari keduanya. Apakah yang anda maksudkan dengan
jawaban yang membuat saya bingung itu?” tanya Juru Masak Jiu Zhong.
“Minumannya tidak
beracun…demikian pula makanannya. Racun itu muncul saat minuman dan makanan
tersebut bertemu dalam tubuh Pangeran Zhu Di dan membaur menjadi satu”
Juru Masak Jiu Zhong
tercengang. Pandangannya nanar menatap Kasim Chen di depannya.
“Jadi…anda juga
mengetahui tentang hal itu?” tanyanya kemudian. “Saya telah menduga demikian,
namun menurut saya racun yang merusak tubuh Pangeran Zhu Di sangatlah kuat.
Tidakkah hal ini cukup aneh? Setahu saya, racun yang muncul karena perpaduan
dua atau lebih bahan makanan dan minuman tidak akan menjadi racun yang demikian
merusak sebagaimana yang terlihat pada Pangeran Zhu Di”.
“Memang demikian,
tetapi racun yang tercipta di dalam tubuh akan bereaksi sebagai bagian dari
tubuh tersebut sehingga keberadaannya bukan lagi sebagai benda lain yang akan
dianggap oleh tubuh sebagai tanda bahaya” jawab Kasim Chen seraya menatap ke
arah Juru Masak jiu Zhong dan tersenyum. “Saya rasa Tuan Jiu tidak perlu
terlalu mencemaskan saya sebab apa yang semestinya terjadi akan tetaplah
terjadi”.
Juru Masak Jiu Zhong
tertunduk.
“Bukan begitu”
sahutnya kemudian. “Saya hanya merasakan adanya sesuatu yang salah dalam hal
ini dan saya ingin memastikan bahwa kesalahan itu bukanlah terletak pada juru
masak seperti saya dan anda. Bagaimanapun, sayalah yang telah mengantarkan
bahan-bahan makanan dan minuman ke istana Pangeran Zhu Di sehingga sedikit
ataupun banyak saya merasa seolah sayalah yang telah menyeret anda ke dalam
sebuah bencana”.
Kasim Chen tertawa
halus.
“Anda hanya
melaksanakan apa yang menjadi tugas Tuan Jiu, demikian pula saya dan
orang-orang yang lain. Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang terjadi sebagai
sebuah kebetulan melainkan telah diikat oleh sebuah benang merah yang membuat
semuanya menjadi saling terkait dan menjadi alasan bagi yang lain untuk
terjadi. Karena itu, Tuan Jiu tidak perlu memiliki beban apapun dalam hati
karena hal yang sekarang ini harus terjadi. Karena sesungguhnya apa yang terjadi
sekarang adalah sebuah alasan untuk adanya peristiwa lain yang akan terjadi dan
kita belum mengetahuinya sebab hal tersebut masih menjadi rahasia Thian Sang
Pencipta”.
“Saya mengerti” Juru
Masak Jiu Zhong mengangguk. “tetapi setidaknya, tolong katakan pada saya apakah
sungguh anda sendiri yang telah memasak untuk Pangeran Zhu Di? Dan apakah ada
hal yang aneh dalam bahan-bahan yang saya kirimkan saat anda memasak hidangan
itu Kasim Chen?”.
“Ya, sayalah yang
telah memasak kepiting salju untuk pangeran Zhu Di. Tidak ada dalam bahan yang
saya gunakan” jawab Xiao Chen cepat. “Kepiting yang saya terima adalah kepiting
yang sangat segar dan masih dalam keadaan hidup. Demikian pula dengan sayur
lobak dan bahan lainnya”.
Juru Masak Jiu Zhong
tercenung. Jika demikian, tak ada hal yang aneh dalam bahan-bahan yang ia
kirimkan melalui Kasim Anta tersebut. kemudian, jika memang tidak ada yang
salah dengan bahan-bahan yang ia kirimkan, lalu bagaimana racun itu bisa
tercipta di dalam tubuh Pangeran Zhu Di?. Ia telah lama mengetahui mengenai
racun-racun dalam bahan makanan dan minuman baik yang telah ada maupun racun
yang bersifat tidur dan akan muncul saat dipadukan dnegan bahan makanan yang
lain karena itu, setiap kali ia memasak dan memadukan berbagai bahan makanan ke
dalam sebuah menu masakan, ia pasti akan selalu melakukannya dengan sangat
hati-hati.
Termasuk saat ia
memilih dan mengirimkan bahan makanan dan minuman ke istana Pangeran Zhu Di!.
Benak Juru Masak Jiu
Zhong terus berputar dan mengingat sementara kecurigaannya bahwa Perdana
Menteri Hu Weiyong ada di balik semua peristiwa ini tak juga mau pergi dan
malah semakin menguat.
Hingga kemudian, saat
kedua kakinya memasuki pintu ruang dapur utama istana setelah ia meninggalkan
ruang penjara bawah tanah di mana Kasim Chen berada, mendadak lelaki itu
terlonjak seolah sebuah benda tajam telah terinjak olehnya dan kini menembus
kakinya hingga ke jantung.
Ada satu
hal aneh yang ia temukan!.
Hal aneh yang nampaknya
akan mengarahkan semua pertanyaan menuju jawaban yang sebenar-benarnya.
Hal aneh yang terjadi
di gudang arak pada malam menejlang pesta pernikahan dan ia ketahui sesaat lalu
sebelum ia mengunjungi Kasim Chen ke penjara.
Kenyataan bahwa arak
untuk Pangeran Zhu Di telah diantarkan oleh pelayan pada malam itu adalah hal
biasa yang memang sudah seharusnya terjadi.
Yang aneh adalah
bahwa tak ada catatan sama sekali tentang siapa nama pelayan yang telah
mengantarkan arak untuk pangeran keempat sebab si pelayan pencatat tertidur
pulas pada malam itu dan baru terbangun pada siang harinya dalam keadaan
bingung dan tubuh yang lemas.
Si pelayan pengantar
arak yang tak pernah ada karena tak seorangpun pelayan di gudang arak yang
merasa mengantarkan minuman itu ke istana Pangeran Zhu Di!.
Jadi…siapakah
sesungguhnya orang yang telah mengambil arak untuk Pangeran Zhu Di dan
mengantarkannya ke istana pangeran keempat pada malam itu?
Juru Masak Jiu Zhong
yakin…di sanalah jawaban untuk semuanya akan terungkap!.
**********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar