Semua kepala menoleh pada sosok baru yang maju
ke depan Kaisar Hongwu dan kini berlutut setelah memberikan sujud pada sang penguasa
tertinggi kerajaan. Apa yang akan dilakukan oleh sosok yang sejak awal
pertemuan hanya diam seolah kehilangan suaranya itu?.
Jenderal Xu Da
menatap sosok baru yang telah maju ke depan Kaisar Hongwu tersebut dengan alis
berkerut. Sebuah suara halus dalam hati membisikkan adanya sebuah kejutan yang
akan muncul sesaat lagi. Dan kejutan itu sepertinya bukanlah hal yang baik.
Mendadak, Sang
Panglima Tertinggi tersebut merasa gelisah namun ia memutuskan untuk menunggu.
“Apa yang ingin kau
katakan padaku Perdana Menteri Hu Weiyong?” tanya Kaisar Hongwu seraya menatap
sosok yang kini berlutut di depannya.
Sekali lagi sosok
Perdana Menteri Kerajaan Ming membungkukkan tubuhnya hingga dahinya nyaris
menyentuh lantai lalu ia mulai berbicara.
“Yang Mulia…hamba yang
bodoh ini mohon ampun karena turut berbicara” ucap Perdana Menteri Hu Weiyong.
Sedetik kedua matanya melirik ke arah Panglima Tertinggi Kerajaan yang duduk di
sisi sebelah kanannya pada jarak yang cukup jauh lalu segera mengalihkan
pandangannya dengan gugup demikian ia menemukan sebuah sorot tajam yang sangat
menusuk dari Jenderal Xu Da.
“Berbicaralah Perdana
Menteri Hu Weiyong” sahut Kaisar Hongwu.
“Yang Mulia…menurut
hamba, apa yang disampaikan oleh Panglima Tertinggi Kerajaan sangatlah benar.
Untuk menemukan siapa orang yang telah dengan keji memberikan racun pada
Pangeran Keempat kita tidak bisa memutuskannya tanpa melihat sisi-sisi yang
paling memberikan kemungkinan adanya kejahatan ini untuk terjadi” ucap Perdana
Menteri Hu Weiyong dengan suara lantang yang jelas terdengar hingga ke sudut
ruang aula.
Kaisar Hongwu
mengerutkan keningnya sementara sebuah detak keras mendegup di dada Jenderal Xu
Da.
“Apa yang kau
maksudkan Perdana Menteri? Jelaskan padaku apa yang kau maksud dengan kalimatmu
itu sebab aku tidak mengerti. Apa yang kau maksud dengan ‘sisi-sisi yang paling
memberikan kemungkinan kejahatan ini untuk terjadi’ dalam ucapanmu tadi?” tanya
Kaisar Hongwu seraya menirukan sepenggal kalimat Perdana Menteri Hu Weiyong.
“Maksud hamba dengan
‘sisi-sisi yang paling memungkinkan kejahatan ini untuk terjadi’ adalah hal-hal
yang berkaitan dengan racun dalam tubuh Pangeran Zhu Di. Melalui jalan mana
racun itu bisa masuk ke dalam tubuh Pangeran Keempat, kapan kira-kira masuknya
racun itu, dan siapa saja orang-orang yang berhubungan dengan Pangeran Zhu Di
karena untuk bisa memasuki tubuh Pangeran, racun itu tentu membutuhkan sebuah
jalan Yang Mulia, dan jalan yang paling mungkin bagi racun itu untuk masuk
adalah melalui orang-orang yang paling dekat dan dipercaya oleh Pangeran Zhu
Di. Demikianlah Yang Mulia…” jawab Perdana Menteri Hu Weiyong.
Alis Kaisar Hongwu
semakin dalam berkerut. Namun sebuah pemahaman segera melesat memasuki
benaknya.
Sementara, kalimat
yang diucapkan oleh Perdana Menteri Hu Weiyong dengan nada lantang dan jelas
itu telah mengundang berbagai tanggapan di antara para pejabat istana dan semua
tamu kerajaan yang berkumpul dengan gelisah. Sebagian besar menemukan kebenaran
dalam kalimat Sang Perdana Menteri Kerajaan Ming tersebut namun beberapa orang
lain justru menjadi semakin gelisah. Adanya harapan untuk terlepas dari jeratan
hukuman mati membuat beberapa orang segera memberikan dukungan pada kalimat
Perdana Menteri Hu Weiyong.
“Ah…hal itu benar
sekali” sahut seorang menteri bertubuh kecil. Nampaknya ia bermaksud untuk
berbisik pada pejabat lain yang ada di sisinya, namun heningnya ruang aula
karena ketegangan yang tercipta membuat suara bisikan sang menteri bertubuh
kecil itu menjadi terdengar sangat keras di telinga semua orang.
“Kebenaran apa yang
telah kau dapatkan Menteri Jin Yong?” tanya Kaisar Hongwu dengan suara tegas.
Menteri bertubuh
kecil yang bernama Jin Yong terlihat sangat terkejut meski sesungguhnya Kaisar
Hongwu bertanya dengan nada wajar tanpa bermaksud menegur. Segera saja, lelaki
berpenampilan rapi tersebut menjatuhkan diri ke lantai.
“Ampun Yang Mulia,
hamba tidak bermaksud menyela kalimat Tuan Perdana Menteri Hu Weiyong” ujar
Menteri Jin Yong seraya menempelkan dahinya ke permukaan lantai.
“Hmm..sudahlah, cepat
katakan kebenaran apa yang kau temukan?” tanya Kaisar Hongwu mengabaikan
ketakutan Menteri Jin Yong di depannya dan mengulangi pertanyaannya.
“Yang Mulia, hamba
merasa bahwa apa yang disampaikan oleh Tuan Perdana Menteri memang benar yaitu
mengenai adanya jalan bagi racun itu untuk masuk ke tubuh Pangeran Zhu Di.
Jalan itu pastilah dibawa oleh orang-orang yang paling dekat dengan Pangeran
dan bahkan dipercaya oleh Pangeran Keempat sebab kejahatan dengan racun adalah
sebuah kejahatan yang sangat besar namun juga sangat halus. Untuk bisa meracuni
orang lain, kita harus membuat orang lain itu mempercayai kita dan apapun yang
kita berikan pada orang tersebut sebagai perantara masuknya racun” jawab
Menteri Jin Yong masih dengan menempelkan dahinya di permukaan lantai aula.
Kalimat yang sangat
masuk akal. Sesungguhnya, apa yang diucapkan oleh Menteri Jin Yong adalah
sebuah untaian kalimat yang muncul dari hasil penalaran yang cerdas sehingga
semua orang yang hadir dalam ruang aula tersebut segera bisa memahaminya hanya
dalam sekali dengar.
Namun, justru adanya
kebenaran dalam kalimat itu telah membuat Changyi yang masih memangku Pangeran
Zhu Di menjadi sangat terkejut dan seketika, wajah rupawan itu terangkat
menatap ke arah Menteri Jin Yong sebelum kemudian pandangannya jatuh pada wajah
lain yang juga tengah menatap ke arah menteri bertubuh kecil. Changyi berharap
ia dapat membaca sesuatu di wajah penuh wibawa sang ayah angkat yang sangat
dihormatinya namun Jenderal Xu Da seolah telah berubah menjadi sebuah hamparan
air yang sangat tenang dan terbaca. Hal yang kemudian dipahami oleh Changyi
setelah emndengar kalimat Perdana Menteri Hu Weiyong dan semakin dikuatkan oleh
kalimat Menteri Jin Yong membuat pemuda ruawan itu menyadari adanya sebuah
peristiwa yang akan segera terjadi.
Dan peristiwa itu
bukanlah sebuah hal yang menyenangkan baginya, dan bahkan bagi Pangeran Zhu
Di!.
Kemudian, bagaikan
kilat, sebuah pemahaman lain segera mencuat dalam benar Changyi. Bahwa
kejahatan dengan racun yang terjadi pada hari ini bukanlah ditujukan pada
Pangeran Zhu Di. Bahwa sesungguhnya sang Pangeran Keempat hanyalah perantara
untuk tujuan sesungguhnya.
Dan tujuan
sesungguhnya itu adalah orang lain!.
Mulut Changyi membuka
bermaksud mengucapkan sesuatu namun sebuah suara lain telah mendahuluinya.
“Dan siapakah orang
yang menurut Tuan Jin Yong paling mungkin melakukan kejahatan dengan racun
tersebut?” tanya Jenderal Xu Da membuat kalimat tanya yang sama di ujung lidah
Changyi kembali tenggelam ke bilik dalam benaknya.
Sekali lagi Menteri
Jin Yong terkejut karena tak menyangka jika Sang Panglima Tertinggi Kerajaan
yang ditakutinya selain Sang kaisar sendiri tersebut akan juga menjatuhkan
pertanyaan padanya. Kepala Menteri Jin Yong yang semula merunduk dalam kini
terangkat dan menoleh ke arah Jenderal Xu Da. Sebuah kilat tajam membuat
Menteri Jin Yong memilih untuk membelok dari arah semula yang telah terpampang
dalam benaknya mengenai orang yang baginya paling masuk akal untuk disalahkan
dalam kejahatan pada Pangeran Keempat.
“Tuan Jenderal Xu Da,
saya tidak berani menyebut sebuah nama sebelum dilakukan penyelidikan lebih
mendalam. Namun, karena yang menerima racun adalah Pangeran Zhu Di, maka
bukankah semestinya kita memulai penyelidikan dari istana Pangeran Zhu Di pula?
Karena di sanalah Pangeran melakukan seluruh kegiatan dalam kesehariannya
termasuk di antaranya makan dan minum. Demikianlah apa yang saya pikirkan Tuan
Jenderal, mohon maafkan saya bila telah salah dalam berkata” sahut Menteri Jin
Yong sesaat kemudian.
Suara dengung halus
menggema dalam ruang aula saat Menteri Jin Yong telah menyelesaikan kalimatnya.
Dengung yang muncul dari berbagai reaksi dan tanggapan atas kalimat sederhana
yang kembali mengandung kebenaran dari sisi penalaran tersebut.
Jenderal Xu Da
tertegun sesaat mendengar jawaban Menteri Jin Yong. Sebuah pemahaman
sesungguhnya telah pula tertanam dalam benaknya terlebih ketika sudut matanya
menangkap kegelisahan di wajah Changyi. Nampaknya, kejahatan yang terjadi pada
Pangeran Zhu Di ini bukanlah sebuah kejahatan sederhana melainkan telah
direncanakan dengan sangat matang.
Dan tujuan di balik
adanya kejahatan yang direncanakan dengan sangat matang ini bukanlah sebuah
tujuan yang sederhana melainkan sesuatu yang sangat besar.
Sepasang tangan
Jenderal Xu Da mengepal saat nalurinya yang telah tertempa dalam puluhan perang
besar tiba-tiba membisikkan sesuatu!.
Dan sesuatu tersebut,
baik secara langsung maupun tidak langsung akan emmpengaruhi kehidupan putra
angkatnya dan bahkan kehidupannya sendiri!.
Rasa gelisah yang
tersembunyi di balik ketenangan wajah penuh wibawa Jenderal Xu Da membuat sang
Panglima Tertinggi Kerajaan tersebut sedikit terkejut saat tiba-tiba Kaisar
Hongwu mengeluarkan suara.
“Aku memahami apa
yang kau katakan Menteri Jin Yong” ujar Kaisar Hongwu. Sudut matanya sesaat
melirik ke arah para tabib istana yang telah memindahkan Pangeran Zhu Di tandu
dan bersiap meninggalkan ruang aula. Sesaat, nyaris selama beberapa detik, pandangan
Sang Kaisar menetap pada sosok pangeran termudanya, kemudian beralih pada sosok
sederhana kasim remaja yang terlihat sibuk di sisi putra bungsunya tersebut.
“Dan aku ingin
penyelidikan dimulai sekarang juga” lanjut Kaisar Hongwu melanjutkan
kalimatnya. “Di mulai dari Istana Pangeran Zhu Di dan berlanjut ke
istana-istana yang lain termasuk ke seluruh rumah-rumah pejabat istana juga ke
seluruh tempat penginapan para tamu kerajaan. Aku ingin siapapun orang yang
telah memberikan racun pada putraku ditangkap dan dihukum mati secepatnya!”
tegas Kaisar Hongwu memberikan perintah.
Perintah yang mengecutkan
hati. Jelas terdengar nada tanpa ampun dalam kalimat Kaisar Hongwu. Beberapa orang
terlihat semakin gelisah.
“Yang Mulia, ampunkan
hamba” ucap Perdana Menteri Hu Weiyong seraya menjatuhkan diri di depan Kaisar
Hongwu. Sudut matanya melirik ke arah rombongan tabib istana yang telah bersiap
bergerak meninggalkan ruang aula dengan diiringi oleh Permaisuri Ma Xiuying. “Menurut
hamba, siapa orang yang paling pantas dicurigai melakukan kejahatan yang sangat
keji ini sesungguhnya sudah terlihat. Racun itu masuk melalui apapun yang
dimakan dan diminum oleh Pangeran Keempat. Karena itu, kelompok pertama yang
semestinya ditangkap dan diselidiki adalah kelompok juru masak di istana
Pangeran Zhu Di. Sementara itu, kita tahu, bahwa Pangeran Zhu Di tidak bisa
memakan dan meminum apapun yang terhidang di depannya kecuali makanan dan
minuman tersebut dihidangkan oleh juru masak yang paling dipercayainya sehingga
penyelidikan mengenai kejahatan yangat kejam ini seharusnya kita arahkan pada
juru masak yang paling dekat dan paling dipercayai oleh Pangeran Keempat”.
“Tidak!” sebuah suara
keras mendadak terdengar membuat semua orang terkejut dan menoleh ke arah asal
suara. Tak terkecuali Jenderal Xu Da.
Seruan yang membuat
gerakan sosok kasim remaja dan para tabib istana yang semula hendak
meninggalkan ruang aula seketika terhenti saat melihat gerakan lemah tangan
Pangeran Zhu Di yang memberikan satu isyarat. Permaisuri Ma Xiuying mengerutkan
alis dengan ekspresi tidak mengerti melihat putra bungsunya justru memberikan
isyarat untuk tinggal dalam ruang aula justru disaat keadaannya telah demikian
lemah tanpa daya.
Jenderal Lan Yu yang
masih berdiri menunggu perintah turut menoleh ke arah suara yang terdengar
keras namun berselimut rasa gelisah tersebut dan mendadak hatinya dipenuhi oleh
kecurigaan sama yang baru saja diungkapkan oleh Perdana Menteri Hu Weiyong.
Kecurigaan yang mencuat saat ia melihat rasa takut dan gelisah di wajah
Changyi, hal yang belum pernah ia lihat sebelumnya terkilas di wajah sempurna
pemuda itu.
“Tuan Hu…sebuah kejahatan dengan racun bisa
dilakukan oleh siapa saja. Kita tidak bisa menjatuhkan kesalahan pada seseorang
hanya karena orang itu berada paling dekat dan sangat dipercaya oleh Pangeran
Zhu Di. Justru, orang yang paling dekat dan paling dipercaya oleh Pangeran
Keempat seharusnya adalah orang yang paling tidak mungkin melakukan kejahatan. Bagaimana
mungkin kita akan menjatuhkan tangan keji pada orang yang paling dekat dan kita
sayangi?” seru Changyi seraya menatap ke arah Perdana Menteri Hu Weiyong. Kilat-kilat
tajam berkilauan di sepasang mata indah pemuda tersebut, terlebih saat ia
menangkap sebuah senyum samar di sudut Sang Perdana Menteri.
“Tapi, bagaimana cara
kita tahu bahwa orang yang paling dekat dengan Pangeran Zhu Di dan paling
dipercaya adalah orang yang paling menyayangi Pangeran Keempat?” sebuah suara
lain terdengar. Kali ini berasal dari mulut salah satu tamu kerajaan berpakaian
lebar dengan penutup kepala besar.
“Itu benar” sahut
yang lain. Kali ini berasal dari seorang lelaki dengan pakaian terbuat dari
anyaman serat kayu yang terlihat kuat meski kasar. Nampaknya, lelaki itu adalah
seorang utusan dari wilayah pedalaman di mana sebagian besar daerah mereka
berupa hutan belantara. “Masalah hati adalah hal yang snagat rahasia dan
tersembunyi. Tak ada cara untuk membuktikan bahwa orang yang paling dekat
dengan kita adalah orang yang paling setia dan menyayangi kita”.
Selanjutnya, beberapa
suara lain turut terdengar membuat ruang aula kembali dipenuhi oleh dengung
yang membingungkan. Kaisar Hongwu mengerutkan dahinya mencoba memilah
suara-suara yang memenuhi ruangan sementara Jenderal Xu Da justru menatap putra
angkatnya lekat-lekat. Ia tahu apa sesungguhnya yang melecut kecemasan dan
ketakutan dalam diri Changyi sebab ia sendiri merasakan dugaan yang sama. Dugaan
yang bermuara pada apa bentuk permainan yang tengah terjadi di depan mereka dan
siapa sesungguhnya yang sedang diincar untuk dihancurkan. Satu-satunya hal yang
tidak ia mengerti adalah alasan di balik seluruh rencana kejahatan yang kini
tengah dimainkan oleh siapapun orang yang menjadi dalangnya.
Tetapi, melihat
betapa halusnya bentuk permainan yang tengah digiring saat ini – termasuk juga
keberanian yang ditunjukkan sehingga orang yang merencanakan kejahatan ini
memilih suasana pesta Pangeran Mahkota dan meracuni Pangeran Zhu Di tepat di
depan mata Kaisar Hongwu dan Permaisuri Ma – nampaknya orang tersebut benar-benar
menginginkan kehancuran total tanpa ampun. dan hal semacam itu hanya bisa
dilakukan oleh orang yang benar-benar telah jauh tersesat dalam kubangan
kebencian terhadap orang yang menjadi target penghancuran. Atau jika tidak,
maka orang tersebut pasti memiliki sebuah tujuan yang sangat besar. Demikian besar
sehingga ia tidak akan membiarkan siapapun menggagalkan rencananya karena jika
sampai apapun rencana dan tujuan yang ingin dicapai tersebut gagal, maka
taruhannya terlalu besar. Mungkin taruhan dari kegagalan rencana untuk mencapai
tujuan tersebut merupakan kehancuran bagi orang tersebut – atau bahkan mungkin
bermakna kematian baginya – sehingga ketika ada seseorang yang dikhawatirkan
akan menggagalkan rencana yang telah disusunnya dengan matang, maka orang
tersebut segera membuat rencana lain untuk menghancurkan siapapun orang yang
dicurigainya sebelum kehancuran menghampiri dirinya sendiri!.
Namun, nampaknya
membiarkan kekalutan menguasai Changyi bukanlah sebuah langkah yang tepat!.
Nampaknya, kekalutan
dan kecemasan Changyi justru diharapkan oleh orang yang telahmerencanakan
permainan keji ini. Jenderal Xu Da dapat merasakannya dengan sangat jelas. Demikian
jelas hingga seolah dapat mencium keberadaan orang yang menjadi dalang dari
kejahatan ini.
Saat ini!.
Di ruangan ini!.
“Yang Mulia…mohon
ampunkan kelancangan putra hamba” ujar Jenderal Xu Da kemudian membuat suara
dengung yang memenuhi aula mendadak lenyap dan kini, untuk kesekian kalinya
semua orang memusatkan perhatiannya pada apapun yang hendak dikatakan oleh orang
kedua di Kerajaan Ming yang sangat disegani, dihormati sekaligus ditakuti
selain Kaisar Hongwu tersebut. “Ia masih terlalu muda dan belum begitu memahami
maksud dari kalimat yang diucapkan oleh Menteri Jin Yong. Kedekatannya dengan
Pangeran Zhu Di pastilah membuat putra hamba merasa bahwa kalimat Tuan Jin
seolah menuduh dirinya”.
Changyi benar-benar
terperanjat mendengar kalimat yang diucapkan Jenderal Xu Da. Sepasang matanya
menatap sang ayah angkat dengan ekspresi memprotes bercampur sesal. Rupanya,
Jenderal Xu Da telah salah menyangka kekhawatirannya sebagai bentuk ketakutan
bahwa ia akan dituduh sebagai pelaku kejahatan padahal hal itu sama sekali
tidak benar. Ia sama sekali tidak takut akan hal itu, bahkan seandainya ia
harus dihukum mati sekalipun. Ia hanya mencemaskan satu hal yang lain. Hal yang
bila itu terjadi maka janjinya untuk melindungi tak akan bisa ditepatinya dan
bagi Changyi, tak bisa menepati janji adalah hal yang bahkan jauh lebih buruk
daripada kematian!.
Kaisar Hongwu menatap
sahabatnya sesaat sebelum kemudian pandangannya beralih ke arah Changyi dan
menatap pemuda rupawan tersebut selama beberapa detik.
“Menteri Jin Yong…apakah
orang yang kau curigai sebagai pelaku kejahatan pada putraku Zhu Di adalah
putra dari Jenderal Xu Da yaitu Xu Changyi?” tanya Kaisar Hongwu kemudian saat
pandangannya kembali pada Menteri Jin Yong.
Menteri Jin Yong
terlihat gugup namun kepalanya segera menggeleng tegas demikian Kaisar Hongwu
telah menyelesaikan kalimatnya.
“Tidak Yang Mulia…sama
sekali bukan demikian maksud hamba” sahut Menteri Jin Yong seraya membungkukkan
tubuhnya ke arah Jenderal Xu Da. “Yang Mulia…hamba tahu benar sedekat apa
hubungan persahabatan antara Pangeran Keempat dengan Tuan Muda Xu Changyi. Selain
itu, hamba juga telah mendengar secemerlang apa prestasi Tuan Muda Xu dalam
bidang beladiri dan militer. Tetapi, meski Tuan Muda Xu Changyi sangat hebat
dalam bidang olah keprajuritan, beladiri serta strategi perang, namun Tuan Muda
Xu sama sekali tak memiliki kemampuan dalam bidang memasak. Karena itu, hamba
sangat yakin bahwa pelaku kejahatan yang kejam ini pastilah bukan Tuan Muda Xu
melainkan orang yang memiliki kemampuan memasak...demikianlah pemikiran hamba
Yang Mulia” jawab Menteri Jin Yong.
Kaisar Hongwu
terlihat mengangguk setuju. “Itu memang benar” katanya kemudian. “Aku juga
berpikir bahwa Changyi tidak akan pernah mungkin melakukan hal keji pada
putraku sebab aku mengenalnya dan melihatnya tumbuh bersama dengan Zhu Di”.
Senyap dalam ruangan
aula. Jenderal Xu Da menatap putranya dan berharap bahwa Changyi akan dapat
membaca apa yang sekarang sedang ada dalam pemikirannya. Namun, nampaknya apa
yang ia harapkan tidak mudah untuk terjadi. Changyi terlihat mulai terbawa oleh
arus kegelisahan dan ketakutannya.
“Perdana Menteri!”
panggil Kaisar Hongwu setelah sesaat terdiam.
“Hamba Yang Mulia!”
sahut Perdana Menteri Hu Weiyong seraya menjatuhkan dirinya memberi hormat.
“Aku setuju bahwa penyelidikan
seharusnya dimulai dari para juru masak, dayang dan juga pelayan. Oleh karena
itu, aku akan memulainya dari Kepala Dapur Istana sebab dialah yang bertanggung
jawab terhadap seluruh makanan dan minuman yang terhidang di istana termasuk
yang ada pada hari ini!”.
Perdana Menteri Hu
Weiyong sangat terkejut. Kenapa Kaisar justru ingin memulai penyelidikan dari
dapur utama dan dari kepala dapur istana?. Bukankah seharusnya, penyelidikan
dimulai dari dapur istana Pangeran Keempat?. Dan hal lain yang tidak biasa
adalah bahwa Kaisar bermaksud memimpin sendiri penyelidikan ini.
“Yang Mulia…hamba
sangat mengenal juru masak Jiu Zhong sebab ia telah tinggal dan bekerja bersama
dengan hamba selama empat tahun sebelum menjadi Kepala Dapur Istana. Hamba sangat
yakin bahwa Juru Masak Jiu tidak akan melakukan hal yang bodoh dengan berbuat
jahat pada Pangeran Zhu Di. Namun demikian, hamba mempersilahkan kerajaan
memanggilnya untuk bersaksi” jawab Perdana Menteri Hu Weiyong masih dalam
posisi menghormat pada Kaisar.
Kaisar Hongwu
mengangguk dan pandangannya beralih pada Jenderal Lan Yu.
“Jenderal Lan Yu..panggil
Kepala Dapur Istana sekarang!” perintah Kaisar Hongwu.
“Siap laksanakan perintah
Yang Mulia!” seru Jenderal Lan Yu dengan suara tegas.
Kembali
ketegangan menyelimuti ruang aula. Changyi semakin gelisah saat hatinya
membisikkan hal yang ditakutkannya akan terjadi. Pandangannya beralih pada Xiao
Chen yang berada tak jauh darinya pada sisi tandu Pangeran Zhu Di sementara
sang pangeran terlihat berusaha untuk menguatkan diri. Ia bisa melihat
kegelisahan yang sama di wajah pucat Pangeran Keempat namun kelemahan akibat
racun yang memasuki tubuh membuat sang pangeran yang cerdas itu benar-benar
telah kehilangan kekuatannya.
Changyi beringsut
mendekat saat ia melihat tangan lemah Pangeran Zhu Di bergerak pelan. Changyi
memberikan penghormatan pada Kaisar Hongwu yang menoleh dan menatap ke arahnya.
Tak ada kalimat meluncur dari bibir sang kaisar namun samar Changyi menangkap
sebuah anggukan tertuju padanya.
“Adik Zhu Di…seharusnya
Anda segera kembali ke kamar untuk istirahat dan meminum obat” bisik Changyi
saat berada di sisi Pangeran Zhu Di.
“Kakak Xu…” Pangeran
Zhu Di berusaha menggenggam tangan Changyi. “Yang mereka katakan tentang racun
itu…mereka…”
“Changyi!...bawa Zhu
Di ke kamarnya dan temani dia!” suara Kaisar Hongwu yang menjatuhkan perintah
terdengar memotong kalimat Pangeran Zhu Di.
Changyi menatap
Kaisar Hongwu dan membungkuk.
“Tidak!” bisik
Pangeran Zhu Di seraya menatap ke arah ayahnya.
Meski jarak yang agak
jauh membuat Kaisar Hongwu tidak dapat mendengar suara Pangeran keempat yang
lemah namun gerak kepala yang menggeleng kuat dapat ditangkap oleh pandangan
Kaisar.
“Yang Mulia!...Kepala
Dapur Istana datang menghadap” sebuah suara terdengar membuat Kaisar Hongwu
kembali beralih ke depan.
Sosok Kepala Dapur
Istana yang sejak semula terus berada di sisi bagian luar ruang aula kini
terlihat bersujud di hadapan Kaisar Hongwu. Semua mata kini tertuju ke arah
Juru Masak Jiu Zhong termasuk pandangan Changyi, Xiao Chen dan Pangeran Zhu Di.
Changyi merasakan jantungnya berdetak lebih keras membuatnya melirik ke arah
Xiao Chen. Namun, apa yang kemudian ditangkapnya dari wajah yang sangat di
sayanginya itu hanyalah ketenangan. Diam-diam, Changyi mengeluh dalam hati. Tangan
Pangeran Keempat masih menggenggam pergelangan tangannya. Terasa dingin dan
semakin erat.
“Juru Masak Jiu…kau
tahu kenapa hari ini aku memanggilmu?” tanya Kaisar Hongwu dengan suara berat
yang menggetarkan.
“Hamba mengerti Yang
Mulia” sahut Juru Masak Jiu Zhong saat ia telah mengangkat tubuhnya.
“Jika begitu,
sekarang katakan padaku apa yang kau ketahui tentang masakan dan minuman yang
terhidang pada hari ini terutama yang disantap oleh putraku Zhu Di”.
“Baik Yang Mulia”
jawab Juru Masak Jiu Zhong seraya kembali memberikan penghormatan. “Semua
makanan dan minuman yang terhidang pada hari ini hamba pilih sejak beberapa
hari sebelumnya dan bahan-bahan makanan dan minuman yang terbaik. Hamba mulai
memasak untuk pernikahan Pangeran Mahkota sejak sepuluh hari yang lalu.
Semuanya telah selesai pada satu hari yang lalu kecuali hidangan untuk Pangeran
Zhu Di”.
“Mengapa begitu?”
tanya Kaisar Hongwu. “Apakah ada bahan makanan dan minuman yang berbeda?”.
Juru Masak Jiu Zhong
menggelengkan kepalanya.
“Tidak Yang Mulia”
jawabnya. “Tidak ada yang berbeda dengan bahan masakan dan minuman untuk
Pangeran Zhu Di, semuanya sama dengan bahan makanan dan minuman yang ada di
dapur utama”.
“Jika begitu mengapa
hidangan untuk Zhu Di belum selesai sementara hidangan yang lain telah selesai
kau kerjakan?”.
“Karena Pangeran Zhu
Di tidak menyantap hidangan dari dapur istana Yang Mulia” jawab Juru Masak Jiu
Zhong menundukkan kepala. “Pangeran Zhu Di hanya menyantap hidangan yang dimasak
oleh Kasim Chen. Itulah sebabnya hamba tidak bisa menyelesaikan hidangan untuk
Pangeran Zhu Di”.
Kaisar Hongwu
terkejut. Demikian pula halnya dengan pejabat istana dan para tamu. Hal tentang
selera makan Pangeran Keempat yang hanya menyantap hidangan dari kasimnya
sesungguhnya telah diketahui oleh semua orang di istana ini – kecuali para tamu
kerajaan yang baru pertama datang ke Yingtian – namun, kenyataan bahwa keadaan
tersebut pada hari ini justru menjadi sebuah kemungkinan adalah hal yang sangat
mengejutkan. Mungkinkah Kasim Chen yang masih remaja dan terlihat polo situ mampu
melakukan sebuah kejahatan yang sangat kejam?.
“Yang Mulia…bukankah
sekarang jelas siapakah sebenarnya orang yang bersalah atas masuknya racun ke
dalam tubuh Pangeran Zhu Di? Tak ada orang lain yang memasak makanan dan
minuman selain Kasim Chen sehingga hanya kasim tersebutlah yang mesti
bertanggung jawab atas kejahatan keji ini” seru Perdana Menteri Hu Weiyong saat
melihat Kaisar terdiam.
“Tidak!” seru
Pangeran Zhu Di dalam bisiknya. Kepalanya yang lemah kembali menggeleng
kuat-kuat sementara Changyi tertegun. Rona merah dan memucat bergantian
menghiasi wajahnya yang rupawan sementara Xiao Chen menatap ke arah Juru Masak
Jiu Zhong. Tak terkilas apapun diwajah yang sejuk itu. Segalanya hanyalah
sebuah ketenangan meski Xiao Chen menyadari bahwa kini semua mata tengah
tertuju padanya. Sebagian besar dengan ekspresi marah dan menista. Di sisi yang
lain, Jenderal Xu Da mengepalkan kedua telapak tangannya. Hal yang semula
terpampang di dalam benaknya mulai menunjuk ke arah kenyataan.
Wajah Kaisar Hongwu
terlihat memerah. Sebagian karena kemurkaan yang semakin meluap dan separuh hal
lain adalah rasa terkejutnya atas kenyataan yang baru saja didengarnya.
Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Anak benama Xiao Chen itu terlihat demikian
lembut dan polos. Melihat tingkah lakunya selalu mengingatkan Kaisar Hongwu
pada sosok seorang biksu. Dan kepercayaan yang telah diberikannya pada anak
itu, melebihi kepercayaan yang diberikannya pada orang-orang yang lain termasuk
Changyi, putra dari sahabatnya sendiri justru telah menjadi sebuah bencana bagi
pangeran termuda yang paling dikasihinya.
“Yang Mulia…hamba
memohon Yang Mulia untuk memanggil Kasim Chen dan menanyakan hal tentang
makanan dan minuman untuk Pangeran Zhu Di. Mungkin saja ada hal lain yang tidak
kita ketahui telah terjadi. Bagaimanapun…seharusnya kita tetap memberikan
sebuah dugaan tidak bersalah” ucap Jenderal Xu Da.
Namuna, kemurkaan yang
telah mencapai puncaknya membuat Kaisar Hongwu seolah tertutup dari seluruh
penalaran. Pandangannya tajam menusuk saat ia menoleh ke arah Xiao Chen yang
berada di sisi Pangeran Zhu Di.
“Apa yang kalian
tunggu?! Lekas bawa Pangeran Zhu Di kembali ke kamarnya” bentak Kaisar Hongwu
seraya memandang para tabib istana.
“Tidak!...Tidak Yang
Mulia…tolong dengarkan hamba…” bisik Pangeran Zhu Di seraya berusaha beringsut
keluar dari tandunya. Namun, para tabib istana yang telah menjadi ketakutan
segera mengangkat sang pangeran yang lemah tersebut dan mulai beranjak menuju
samping aula membuat Pangeran Zhu Di memberontak dengan sisa-sisa tenanganya. Tetapi,
kelemahan teramat sangat yang membelenggu membuat apapun usaha yang
dilakukannya seperti sia-sia hingga akhirnya, dengan iringan sebulir airmata
yang jatuh dari kelopak matanya, sang pangeran menyerah pada kelemahan yang menyeretnya
menjauh dari seluruh kekacauan di ruang aula.
“Yang Mulia…Adik Chen
tidak bersalah…” bisik Pangeran Zhu Di pada titik akhir kesadaran sebelum
kemudian, ketenangan yang sangat dalam melingkupinya.
Sementara di ruang
aula…
“Tangkap kasim itu
sekarang juga dan hukum mati dia!” perintah Kaisar Hongwu yang telah tertutup
oleh kemurkaan seraya menunjuk ke arah Xiao Chen.
“Baik Yang Mulia”
sahut Jenderal Lan Yu cepat sementara semua pejabat dan tamu – termasuk Jenderal
Xu Da – masih terperangkap dalam rasa terkejut mereka setelah mendengar
perintah langsung kaisar. Selanjutnya, Jenderal bertubuh tinggih dan gagah itu
berseru dengan suara yang lantang dan tegas.
“Prajurit!...tangkap
Kasim Chen dan persiapkan dia untuk hukuman mati!”.
Changyi yang tertegun
dalam rasa kejutnya bagaikan tersadar saat beberapa prajurit khusus datang dan
meringkus Xiao Chen yang ada di sisinya. Pemuda itu seketika berdiri – terlupa bahwa
ia tengah berada di hadapan Kaisar Hongwu – dengan wajah pias.
“Tidak!...kalian
tidak bisa menangkap Adik Chen” seru Changyi dalam guncangan hatinya sementara
ia melihat Xiao Chen telah diseret ke tengah ruang aula dan dibelenggu dengan
tali-tali besar mulai batas leher hingga ke pinggang. Pemuda rupawan tersebut
berusaha menggapai ke arah Xiao Chen namun sebuah tangan lain mendadak telah
menghentikan gerak langkahnya. Changyi menoleh dan menatap wajah Jenderal Xu
Da. Pandangannya nanar dan panik.
“Ayah…Adik Chen tidak
bersalah!...Saya harus menolong Adik Chen karena dia sama sekali tidak bersalah.
Saya mohon Ayah percayalah!” seru Changyi pada ayah angkatnya.
“Changyi!” tegas
Jenderal Xu Da dalam bisiknya. “Ayah percaya padamu..juga kepada Xiao Chen. Tapi
sekarang bukan waktu yang tepat. Pergilah pada Pangeran Zhu Di dan temani
Pangeran. Kau telah mendengar perintah Yang Mulia Kaisar padamu bukan?”.
“Tapi Ayah, bagaimana
dengan Adik Chen?” tanya Changyi. Suaranya kini mengikuti bisik Jenderal Xu Da.
“Serahkan Xiao Chen
padaku. Sekarang pergilah pada Pangeran Zhu Di. Dengarkan Ayah” jawab Jenderal
Xu Da.
Changyi menatap ke
arah Xiao Chen yang semakin menjauh dan kini mulai digelandang keluar dari
ruang aula hingga nyaris mencapai pintu utama di bagian depan.
“Adik Chen!” seru
Changyi pada adiknya saudara sejiwanya tersebut. Ia tak lagi mempedulikan
banyaknya pasang mata yang memperhatikan ke arah dirinya dan Xiao Chen.
termasuk sepasang mata Kaisar Hongwu yang menyala merah dalam kemurkaan.
“Kakak!” sahut Xiao
Chen seraya menoleh ke arah Changyi. Seleret senyum tersungging di bibir Xiao
Chen saat menatap kakaknya. “Lindungi Pangeran!...Pangeran Zhu Di sangat
membutuhkan Kakak”.
“Adik Chen!” panggil
Changyi kembali.
Namun…sosok yang
selalu dan akan selamanya melekat dalam hati dan jiwa Changyi tersebut telah
keluar dari pintu utama dan menghilang dari pandangan membuat Xu Changyi
bagaikan terlempar dalam rasa pedih tak terkira.
Rasa pedih yang
menakutkan…
Seolah kepedihan itu
hendak menguburnya dalam kegelapan rasa tidak berdaya.
Ketidak berdayaan
yang benar-benar membelenggu dan membuat Changyi marah…
Namun, sekali lagi…sebuha
tangan yang kuat telah menyeretnya pula menjauh dan menghentikan seluruh
gerakannya yang ingin melompat untuk mengejar sang adik.
Tangan yang kemudian
mengarahkan Changyi untuk melesat dan berlari…dengan kabut yang menghiasi
sepasang mata terindah yang biasanya selalu bersinar cemerlang…
Menuju ke arah yang
berseberangan dengan pintu utama.
Menuju ke istana
Pangeran Zhu Di…
*************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar