Segalanya seperti
berjalan dalam kecepatan yang sangat lambat. Kegelisahan mewarnai udara di
seluruh penjuru istana. Terutama di ruang aula. Semua orang yang semula larut
dalam kegembiraan pesta pernikahan Pangeran Mahkota kini tertunduk dalam
ketakutan yang menyengat. Semua kepala tertunduk sementara mereka menunggu hal
selanjutnya yang akan terjadi.
Hal yang tak terduga
dan terpikirkan dalam benak siapapun sebelumnya.
Sebagian dari para
pangeran, Putri Mingxia dan putri-putri lain telah digiring kembali ke istana
masing-masing demikian pula dengan tandu tempat Pangeran Keempat menempatkan
persembahannya untuk Pangeran Zhu Biao telah dibawa kembali ke istana Pangeran
Keempat.
Hingga yang
tertinggal di ruang aula kini hanya tinggal Kaisar Hongwu, Permaisuri Ma
Xiuying, Pangeran Mahkota Zhu Biao, Jenderal Xu Da, Xu Changyi, para pejabat
menteri kerajaan dan para tamu. Selain daripada itu, masih berdiri dengan tegak
Jenderal Lan Yu yang telah berdiri pada sisi sebelah kanan tak jauh dari
kaisar, para kasim, dayang, pelayan
serta ratusan prajurit yang mengepung ruang aula dengan rapat.
Di tengah ruangan
aula, para tabib masih mengelilingi Pangeran Zhu Di yang kini benar-benar dalam
keadaan lemah dalam dekapan Changyi. Nyaris separuh tubuh sang pangeran keempat
telah mati rasa membuat Kaisar Hongwu kian kalut sementara Permaisuri Ma
Xiuying terus menangis tanpa kekuatan untuk mendekat ke arah Pangeran Keempat
yang tergeletak dalam jarak beberapa tombak di depannya.
Suasana hening
meliputi ruang aula. Kaisar Hongwu yang telah dikuasai oleh kemurkaan telah
kembali duduk di atas singgasananya dengan wajah merah padam. Kedua matanya tak
bergeming menatap ke arah para tabib yang masih terus memeriksa Pangeran Zhu Di.
Xiao Chen yang duduk
tepat di sisi Changyi menoleh ke arah tabib tertua yang nampak sebagai kepala
tabib istana.
“Tuan…saya pikir kita
harus membalikkan aliran darah Pangeran Zhu Di untuk mengeluarkan racun yang
telah mulai memasuki pembuluh darah. Hanya dengan cara itu kita dapat
menghentikan aliran racun dan mencegah racun itu memasuki ruang jantung” ujar
Xiao Chen seraya menatap ke arah tabib tua di depannya.
“Itu benar Tuan Chen..”
sang tabib mengangguk setuju. Sepasang matanya menatap Xiao Chen kemudian
beralih pada Changyi yang mendekap Pangeran Zhu Di. “Tapi, membalikkan aliran
darah juga memberikan bahaya bagi Pangeran Zhu Di sebab dapat menimbulkan
kerusakan pada pembuluh darah, organ jantung dan semua organ dalam tubuh yang
berhubungan langsung dengan aliran darah. Terlebih jika kita tidak bisa
mengatur kecepatan aliran darah yang membalik tersebut maka akan menyebabkan
urat-urat pembuluh halus menjadi pecah dan hal tersebut sangatlah berbahaya.
Hanya energi Chi yang sangat tinggi sajalah yang dapat membalikkan aliran darah
dengan kelembutan. Kita memerlukan orang yang memiliki energi Chi seperti itu
untuk melakukannya tanpa melukai Pangeran Zhu Di. Saya sendiri tidak berani
melakukannya Tuan Chen. Saya tidak memiliki kekuatan energi Chi yang cukup
untuk membantu Pangeran Zhu Di”.
“Biarkan kami
mencobanya Tuan” ujar Changyi diiringi anggukan kepala Xiao Chen. “Namun
sebelum itu, bisakah Tuan menunjukkan sampai di mana aliran racun itu saat ini?
Saya pikir jika kita mengetahui sampai titik mana aliran racun itu, maka akan
lebih mudah untuk menarik aliran darah yang membawa racun tersebut agar keluar
melalui pintu-pintu terdekat sehingga tidak akan melukai Pangeran Zhu Di”.
“Apa yang dikatakan
oleh Kakak Changyi benar Tuan…” sambung Xiao Chen. “Kami akan mencobanya. Kami
berharap Tuan Tabib dapat memandu kami”.
Sejenak, lelaki yang
menjabat sebagai kepala tabib istana itu menatap ke arah Changyi dan Xiao Chen
sebelum kemudian kepalanya mengangguk.
“Baiklah” sahut sang
kepala tabib kemudian. “Tuan Changyi dan Tuan Chen, racun itu sifatnya panas.
Sementara energi Chi sifatnya sejuk. Tuan Changyi dan Tuan Chen pasti bisa
merasakannya arena perbedaan antara keduanya sangatlah jelas. Salah satu dari
Tuan bisa memulai mengalirkan energi Chi pada jantung yang memompa darah. Saat
energi Chi menyatu dengan irama jantung, maka gerak jantung akan menjadi tenang
karena tertidur sehingga aliran darah menjadi lambat dan saat itulah salah satu
dari Tuan bisa mengalirkan energi pada bagian perut Pangeran Zhu Di tempat di
mana racun itu bermula dan diambil oleh darah. Namun, saya mohon untuk diingat
bahwa energi yang dialirkan pada jantung dengan energi yang dialirkan pada
perut memiliki kekuatan yang berbeda sebab pada bagian perut energi itu harus
merupakan energi yang bersifat menghisap sehingga aliran darah yang telah
melambat karena tidurnya jantung dapat ditarik kembali menuju pintu-pintu di
dinding usus. Karena itu Tuan yang mengeluarkan energi untuk menghisap mungkin
akan sedikit merasa lelah. Saya mohon pada Tuan Changyi dan Tuan Chen untuk
berhati-hati sebab demikian banyak pembuluh darah yang sangat halus dalam tubuh
Pangeran Zhu Di namun memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan tubuh”.
Sejenak Changyi dan
Xiao Chen saling berpandangan sebelum kemudian, nyaris bersamaan, keduanya
mengangguk sebagai tanda mengerti.
“Baiklah Tuan…kami
akan mencobanya” sahut Changyi kemudian. “Adik Chen, kau yang mengalirkan
energimu pada jantung dan biar aku yang menghisap racun itu”.
“Baiklah Kakak…”
jawab Xiao Chen. “Kita coba sekarang”
“Saya akan membuka
pembuluh-pembuluh darahhalus yang tersimpul agar aliran darah menjadi lancar
dan tidak terhambat sehingga saat Tuan Changyi menghisap racun tersebut, tidak
ada pembuluh darah halus yang pecah yang tersimpul” sela Kepala Tabib Istana.
Tangannya memberi isyarat pada salah satu tabib di sisinya yang segera
mengulurkan sebuah gulungan kain berisi puluhan jarum halus. “ Saya mohon Tuan
Chen mengalirkan energi ke jantung Pangeran Zhu Di sekarang kemudian saya akan
membuka semua simpul pembuluh darah di tubuh Pangeran Zhu Di”.
“Baik Tuan” sahut
Xiao Chen. Pandangannya kemudian beralih pada Changyi. “Kakak…kita rebahkan
Pangeran Zhu Di lebih dulu”.
Changyi tak menjawab
selain sebuah anggukan tegas. Dengan lembut kedua tangan Changyi menggeser
tubuh Pangeran Keempat dari dekapan dan meletakkannya kembali ke atas lantai.
Pangeran Zhu Di yang belum sepenuhnya kehilangan kesadaran mengeluh pelan.
Changyi mendekatkan wajahnya ke sisi telinga sang pangeran.
“Adik Zhu Di…kami
akan mengeluarkan racun dari tubuh Anda. Bertahanlah, dan jangan takut” bisik
Changyi lembut.
Pangeran Zhu Di tak
sepenuhnya mendengar bisikan Changyi namun samar suara Changyi yang mampu
ditangkapnya sang pangeran merasakan ketenangan. Ia tahu, Changyi dan Xiao Chen
akan berusaha menolongnya. Rasa percaya dalam ikatan persahabatan dan
persaudaraan yang kuat membuat Pangeran Zhu Di segera menganggukkan kepala
dengan gerak sangat lemah. Selanjutnya, sang pangeran yang biasa lincah dan
bersinar cerdas itu menyerah sepenuhnya saat perlahan sebuah hentakan rasa
sejuk memasuki ruang dadanya. Energi sejuk yang berputar dan kemudian mengalir
ke jantung membuat Pangeran Zhu Di merasakan dirinya seperti dilemparkan ke
dalam ketenangan. Ketenangan yang nyaris sunyi tersebut membuatnya seperti
kehilangan seluruh kekuatan untuk bergerak seolah seluruh tubuhnya seperti
tertidur meski Pangeran Zhu Di sangat yakin bahwa ia tidak sedang terlelap
hingga ia masih bisa merasakan saat puluhan jarum halus menusuk di banyak
tempat di tubuhnya. Untuk sejenak, Pangeran Zhu Di merasa nyaman sebab adanya
energi sejuk yang mengendap di ruang dada dan terutama jantungnya tersebut
dengan cepat mengurangi hunjaman rasa sakit yang semula dirasakannya.
Hingga kemudian,
sebuah energi lain masuk melalui perut.
Gerak energi yang
semula hanya perlahan mengalir masuk dan berputar di ruang perutnya. Energi
yang semula terasa sejuk sebagaimana energi yang memasuki ruang dadanya.
Namun, kesejukan yang
terasakan pada bagian perut itu hanya sesaat karena pada saat selanjutnya
aliran energi yang semula terasa lembut itu mendadak berubah membuat perutnya
seperti ditekan dengan kekuatan yang semakin lama semakin besar. Lebih dari
itu, seiring dengan menguatnya tekanan pada perut, aliran energi yang semula
terasa sejuk mendadak berubah menjadi panas. Rasa panas yang pada awalnya hanya
hangat biasa namun semakin lama semakin panas hingga Pangeran Zhu Di merasa
seolah perutnya kemudian penuh terisi oleh air mendidih!. Rasa panas yang
seolah berasal dari beberapa tempat di tubuhnya yang mengalir dengan kecepatan
pelan tapi pasti menuju ke ruang dalam perut.
Sang Pangeran Keempat
mulai meringis saat rasa tekanan dan panas membara pada bagian perut semakin
memuncak membuat tubuh gagah yang indah itu bergerak menggeliat tanpa kesadaran
dari pemiliknya. Kedua mata Pangeran Zhu Di memejam rapat sementara ia
merasakan kesakitan dari rasa tekanan kuat pada bagian perut disertai rasa
panas yang memenuhi ruang perutnya membuat ia merasa seolah perutnya hendak
meledak saat itu juga.
Pangeran Zhu Di ingin
bertanya pada Changyi sampai berapa lama rasa panas membara dan tekanan kuat
pada perutnya ini akan berlangsung namun mulutnya seperti terkatup rapat dan
lumpuh. Ia sudah benar-benar tak mampu lagi menahan rasa panas dan sakit yang berpusat
di perut tersebut membuat tubuhnya semakin lemas dan kehilangan kekuatan.
Namun, seiring
semakin penuhnya rasa panas mendidik di perutnya, Pangeran Zhu Di juga
merasakan bahwa pendengarannya perlahan kembali menguat hingga ia mampu
mendengar suara Kepala Tabib Istana, suara-suara tabib-tabib lain di
sekitarnya, suara Kaisar Hongwu yang terdengar sedih, gelisah bercampur murka,
suara langkah prajurit yang berlari di luar ruangan bahkan suara Permaisuri Ma
Xiuying yang menangis tersedu!.
Selain menguatnya
pendengaran yang semula melenyap, Pangeran Zhu Di juga merasakan rasa sakit
bagaikan tertusuk oleh ribuan jarum di seluruh permukaan kulita, telapak tangan
dan kakinya menghilang hingga ia kemudian bisa merasakan sentuhan tangan tabib
maupun usapan-usapan tangan lain pada permukaan kulitnya!.
Dan
perubahan-perubahan baik yang ditemukannya tersebut membuat Pangeran Zhu Di
merasa senang meski rasa sakit yang panas mendidih semakin menyengat memenuhi
ruang perut menimbulkan rasa mual luar biasa.
Rasa panas yang
kemudian menghentak kuat, naik ke atas melewati garis tengah di dadanya – dan
rasa panas yang menjalar ke atas itu sangat jelas terasa – hingga akhirnya
mencapai ujung bagian atas leher membuat sang pangeran dapat merasakan sengatan
rasa panas di pangkal lidahnya.
Hanya sedetik setelah
rasa panas yang memualkan itu mencapai pangkal lidahnya, mendadak Pangeran Zhu
Di tersentak hingga punggungnya melengkung dan bergerak miring ke kiri. Selanjutnya,
dengan diiringi suara tersedak keras, meluncur deras cairan berwarna hijau
gelap dari mulut sang pangeran dan mengalir membasahi lantai aula. Beberapa
tabib segera mengambil kain dan meletakkannya di sisi kepala Pangeran Zhu Di
hingga cairan yang terus meluncur keluar tersebut kemudian tertampung di atas
lembaran kain tersebut.
Kaisar Hongwu yang
telah kembali duduk di atas singgasananya kembali berdiri dan berjalan cepat
mendekat demikian ia melihat Pangeran Keempat memuntahkan seluruh apapun yang
semula berdiam di dalam perutnya. Kerut dalam menghias wajah yang selalu penuh
kharisma tersebut. Kerut cemas tatkala melihat betapa banyaknya cairan berwarna
hijau gelap yang keluar dari mulut pangeran termudanya.
Air hijau gelap itu masih terus meluncur hingga
kemudian, ketika air yang keluar telah berubah menjadi merah oleh darah, mendadak
Kepala Tabib Istana mengangkat tangannya dan memberi isyarat pada Changyi untuk
mengangkat Pangeran Zhu Di dari atas lantai.
Sang Pangeran Keempat
yang kini kembali bersandar di dada sahabatnya terlihat sangat lemah namun
perubahan yang sangat nyata segera terlihat. Rona biru yang semula menghias
wajah dan bibir kini menghilang, berganti dengan warna pucat yang normal. Demikian
pula kulit yang semula terlihat mengerut kini telah kembali mengencang dan
berkilau halus.
Beberapa tabib
terlihat masih bekerja di sekitar Pangeran Zhu Di sementara Kepala Tabib Istana
membalikkan tubuhnya dan memberikan sujud kepada Kaisar Hongwu yang berdiri tak
jauh darinya.
“Yang Mulia, racun di
tubuh Pangeran Zhu Di telah berhasil keluar” lapor Kepala Tabib Istana yang
segera disambut desah dan seruan lega dari semua orang yang berada dalam ruang
aula.
Permaisuri Ma
menghela nafas penuh kelegaan disertai deraian air mata sementara Kaisar Hongwu
mengangguk dengan ekspresi puas meski sama sekali tak menghilangkan raut
kemurkaan dari wajahnya.
“Bagus…” jawab Kaisar
Hongwu menyahut laporan Kepala Tabib Istana. “Apakah ada kerusakan pada tubuh
putraku karena masuknya racun itu?”
Kepala tabib
menggelengkan kepala.
“Tidak Yang Mulia…”
jawabnya dengan penuh yakin. “Namun demikian, masih ada sisa-sisa racun yang tidak
bisa dikeluarkan secara langsung karena telah menyatu dengan beberapa bagian
tubuh sehingga untuk menghilangkannya harus dilakukan setapak demi setapak
melalui obat dan makanan yang baik”.
Kaisar Hongwu
mendengus pelan. Sebuah kilatan kembali berpendar di kedua matanya.
“Bawa Pangeran Zhu Di
kembali ke tempatnya dan rawat dia” perintah Kaisar Hongwu pada sang tabib. Pandangannya
yang tajam menusuk kemudian beralih ke arah Jenderal Lan Yu. “Jenderal Lan Yu,
aku ingin semua orang yang hadir di ruangan ini diperiksa sekarang juga. Demikian
pula seluruh dayang, pelayan dan terlebih juru masak di dapur istana. Siapapun
orang yang telah meletakkan racun itu, aku ingin ia di tangkap hari ini juga
dan dijatuhi hukuman mati!”.
Semua orang terkejut
mendengar perintah yang telah jatuh. Seluruh pejabat dan tamu kerajaan yang
berkumpul di ruang aula segera tersungkur menjatuhkan diri di atas lantai
dengan tubuh gemetar ketakutan. Tak terkecuali para dayang, juru masak serta
pelayan yang turut berada di ruang aula. Semua tahu dan menyadari bahwa dalam
keadaan seperti sekarang, di mana sebuah kejahatan baru saja terjadi, siapapun
bisa menjadi bersalah dan dihukum mati bahkan jika sesungguhnya orang itu tidak
bersalah. Sebab, meracuni anggota keluarga kerajaan adalah sebuah kejahatan
yang sangat besar dan hukumannya hanyalah hukuman mati sehingga siapapun orang
yang telah merencanakan kejahatan besar ini, maka ia pastilah seorang yang
sangat berani dan pandai. Juga orang itu pasti telah memikirkan masak-masak
tentang apa yang akan terjadi dan bagaimana ia mesti bertindak. Kini, semua
hanya bergantung pada ketentuan nasib apakah mereka akan bisa keluar dari
istana ini dalam keadaan selamat dan hidup ataukah mereka harus menebus
kejahatan yang tidak mereka lakukan!.
“Siap laksanakan
perintah Yang Mulia Kaisar!” sahut Jenderal Lan Yu tegas dengan suara yang
keras membuat dinding-dinding ruang aula seperti bergetar karena pantulan
suaranya dan semakin menguatkan ketakutan semua orang yang berada di dalam
ruang yang megah tersebut. Selanjutnya, sang jenderal dari Kementerian Pertahanan
itu segera berdiri dan bersiap melangkah keluar dari ruang aula.
Namun sebuah suara
kemudian membuat langkah Jenderal Lan Yu terhenti dan sang jenderal seketika
menoleh ke arah asal suara yang sejak semula hanya terdiam tanpa bicara.
“Yang Mulia…ijinkan
hamba untuk menyampaikan apa yang menjadi pemikiran hamba" ucap suara yang
sejak awal hanya diam dan memperhatikan seluruh peristiwa membuat Kaisar Hongwu
segera mengalihkan pandangannya.
“Katakanlah Kakak Xu
Da” sahut Kaisar Hongwu seraya menatap Jenderal Xu Da yang masih duduk di
tempatnya.
Jenderal Xu Da
mengangguk sebelum kemudian mulai berbicara. “Terima kasih Yang Mulia. Apa yang
ingin hamba sampaikan hanyalah permohonan agar Yang Mulia tidak tergesa-gesa
dalam menentukan siapa yang bersalah sebelum kita meneliti lebih jauh karena
sebuah kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan racun biasanya dilakukan
dengan kerjasama dari beberapa orang meskipun orang yang merencanakan kejahatan
ini hanyalah satu orang. Namun, siapapun yang telah merencanakannya, maka ia
pastilah orang yang sangat tahu tentang kehidupan di istana”.
Kalimat yang segera
mengguncang kembali hati beberapa orang dalam ruang aula. Satu wajah terlihat
sangat kecut setelah mendengar kalimat yang diucapkan oleh Sang Panglima
Tertinggi Kerajaan Ming tersebut. Siapapun tahu bahwa Jenderal Xu Da adalah
seorang yang jujur dan sangat teliti dalam menentukan langkah sehingga setiap
dugaan yang dibuat oleh Sang Panglima tertinggi kerajaan trsebut biasanya
selalu benar.
Jenderal Lan Yu
menatap ke arah Jenderal Xu Da dengan tatapan menyiratkan rasa iri sementara
satu wajah lain terlihat gelisah.
Keglisahan yang membuat
wajah tersebut segera menajdi basah oleh keringat yang dingin dan deras
mengalir.
Kegelissahan yang
muncul dari rasa takut bahwa Sang Panglima Tertinggi akan segera menemukan
pelaku sesungguhnya!.
Kegelisaha yang
membuat si pemilik wajah tersebut maju
ke depan, menghaturkan sembah pada Sang Kaisar sebelum kemudian mulai berbicara
dengan suara yang keras menggema.
**********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar