Senin, 30 Mei 2016

Straight - Episode 7 ( Bagian Lima )

Segalanya seperti berjalan dalam kecepatan yang sangat lambat. Kegelisahan mewarnai udara di seluruh penjuru istana. Terutama di ruang aula. Semua orang yang semula larut dalam kegembiraan pesta pernikahan Pangeran Mahkota kini tertunduk dalam ketakutan yang menyengat. Semua kepala tertunduk sementara mereka menunggu hal selanjutnya yang akan terjadi.
Hal yang tak terduga dan terpikirkan dalam benak siapapun sebelumnya.
Sebagian dari para pangeran, Putri Mingxia dan putri-putri lain telah digiring kembali ke istana masing-masing demikian pula dengan tandu tempat Pangeran Keempat menempatkan persembahannya untuk Pangeran Zhu Biao telah dibawa kembali ke istana Pangeran Keempat.
Hingga yang tertinggal di ruang aula kini hanya tinggal Kaisar Hongwu, Permaisuri Ma Xiuying, Pangeran Mahkota Zhu Biao, Jenderal Xu Da, Xu Changyi, para pejabat menteri kerajaan dan para tamu. Selain daripada itu, masih berdiri dengan tegak Jenderal Lan Yu yang telah berdiri pada sisi sebelah kanan tak jauh dari kaisar, para kasim, dayang,  pelayan serta ratusan prajurit yang mengepung ruang aula dengan rapat.
Di tengah ruangan aula, para tabib masih mengelilingi Pangeran Zhu Di yang kini benar-benar dalam keadaan lemah dalam dekapan Changyi. Nyaris separuh tubuh sang pangeran keempat telah mati rasa membuat Kaisar Hongwu kian kalut sementara Permaisuri Ma Xiuying terus menangis tanpa kekuatan untuk mendekat ke arah Pangeran Keempat yang tergeletak dalam jarak beberapa tombak di depannya.
Suasana hening meliputi ruang aula. Kaisar Hongwu yang telah dikuasai oleh kemurkaan telah kembali duduk di atas singgasananya dengan wajah merah padam. Kedua matanya tak bergeming menatap ke arah para tabib yang masih terus memeriksa Pangeran Zhu Di.
Xiao Chen yang duduk tepat di sisi Changyi menoleh ke arah tabib tertua yang nampak sebagai kepala tabib istana.
“Tuan…saya pikir kita harus membalikkan aliran darah Pangeran Zhu Di untuk mengeluarkan racun yang telah mulai memasuki pembuluh darah. Hanya dengan cara itu kita dapat menghentikan aliran racun dan mencegah racun itu memasuki ruang jantung” ujar Xiao Chen seraya menatap ke arah tabib tua di depannya.
“Itu benar Tuan Chen..” sang tabib mengangguk setuju. Sepasang matanya menatap Xiao Chen kemudian beralih pada Changyi yang mendekap Pangeran Zhu Di. “Tapi, membalikkan aliran darah juga memberikan bahaya bagi Pangeran Zhu Di sebab dapat menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah, organ jantung dan semua organ dalam tubuh yang berhubungan langsung dengan aliran darah. Terlebih jika kita tidak bisa mengatur kecepatan aliran darah yang membalik tersebut maka akan menyebabkan urat-urat pembuluh halus menjadi pecah dan hal tersebut sangatlah berbahaya. Hanya energi Chi yang sangat tinggi sajalah yang dapat membalikkan aliran darah dengan kelembutan. Kita memerlukan orang yang memiliki energi Chi seperti itu untuk melakukannya tanpa melukai Pangeran Zhu Di. Saya sendiri tidak berani melakukannya Tuan Chen. Saya tidak memiliki kekuatan energi Chi yang cukup untuk membantu Pangeran Zhu Di”.
“Biarkan kami mencobanya Tuan” ujar Changyi diiringi anggukan kepala Xiao Chen. “Namun sebelum itu, bisakah Tuan menunjukkan sampai di mana aliran racun itu saat ini? Saya pikir jika kita mengetahui sampai titik mana aliran racun itu, maka akan lebih mudah untuk menarik aliran darah yang membawa racun tersebut agar keluar melalui pintu-pintu terdekat sehingga tidak akan melukai Pangeran Zhu Di”.
“Apa yang dikatakan oleh Kakak Changyi benar Tuan…” sambung Xiao Chen. “Kami akan mencobanya. Kami berharap Tuan Tabib dapat memandu kami”.
Sejenak, lelaki yang menjabat sebagai kepala tabib istana itu menatap ke arah Changyi dan Xiao Chen sebelum kemudian kepalanya mengangguk.
“Baiklah” sahut sang kepala tabib kemudian. “Tuan Changyi dan Tuan Chen, racun itu sifatnya panas. Sementara energi Chi sifatnya sejuk. Tuan Changyi dan Tuan Chen pasti bisa merasakannya arena perbedaan antara keduanya sangatlah jelas. Salah satu dari Tuan bisa memulai mengalirkan energi Chi pada jantung yang memompa darah. Saat energi Chi menyatu dengan irama jantung, maka gerak jantung akan menjadi tenang karena tertidur sehingga aliran darah menjadi lambat dan saat itulah salah satu dari Tuan bisa mengalirkan energi pada bagian perut Pangeran Zhu Di tempat di mana racun itu bermula dan diambil oleh darah. Namun, saya mohon untuk diingat bahwa energi yang dialirkan pada jantung dengan energi yang dialirkan pada perut memiliki kekuatan yang berbeda sebab pada bagian perut energi itu harus merupakan energi yang bersifat menghisap sehingga aliran darah yang telah melambat karena tidurnya jantung dapat ditarik kembali menuju pintu-pintu di dinding usus. Karena itu Tuan yang mengeluarkan energi untuk menghisap mungkin akan sedikit merasa lelah. Saya mohon pada Tuan Changyi dan Tuan Chen untuk berhati-hati sebab demikian banyak pembuluh darah yang sangat halus dalam tubuh Pangeran Zhu Di namun memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan tubuh”.
Sejenak Changyi dan Xiao Chen saling berpandangan sebelum kemudian, nyaris bersamaan, keduanya mengangguk sebagai tanda mengerti.
“Baiklah Tuan…kami akan mencobanya” sahut Changyi kemudian. “Adik Chen, kau yang mengalirkan energimu pada jantung dan biar aku yang menghisap racun itu”.
“Baiklah Kakak…” jawab Xiao Chen. “Kita coba sekarang”
“Saya akan membuka pembuluh-pembuluh darahhalus yang tersimpul agar aliran darah menjadi lancar dan tidak terhambat sehingga saat Tuan Changyi menghisap racun tersebut, tidak ada pembuluh darah halus yang pecah yang tersimpul” sela Kepala Tabib Istana. Tangannya memberi isyarat pada salah satu tabib di sisinya yang segera mengulurkan sebuah gulungan kain berisi puluhan jarum halus. “ Saya mohon Tuan Chen mengalirkan energi ke jantung Pangeran Zhu Di sekarang kemudian saya akan membuka semua simpul pembuluh darah di tubuh Pangeran Zhu Di”.
“Baik Tuan” sahut Xiao Chen. Pandangannya kemudian beralih pada Changyi. “Kakak…kita rebahkan Pangeran Zhu Di lebih dulu”.
Changyi tak menjawab selain sebuah anggukan tegas. Dengan lembut kedua tangan Changyi menggeser tubuh Pangeran Keempat dari dekapan dan meletakkannya kembali ke atas lantai. Pangeran Zhu Di yang belum sepenuhnya kehilangan kesadaran mengeluh pelan. Changyi mendekatkan wajahnya ke sisi telinga sang pangeran.
“Adik Zhu Di…kami akan mengeluarkan racun dari tubuh Anda. Bertahanlah, dan jangan takut” bisik Changyi lembut.
Pangeran Zhu Di tak sepenuhnya mendengar bisikan Changyi namun samar suara Changyi yang mampu ditangkapnya sang pangeran merasakan ketenangan. Ia tahu, Changyi dan Xiao Chen akan berusaha menolongnya. Rasa percaya dalam ikatan persahabatan dan persaudaraan yang kuat membuat Pangeran Zhu Di segera menganggukkan kepala dengan gerak sangat lemah. Selanjutnya, sang pangeran yang biasa lincah dan bersinar cerdas itu menyerah sepenuhnya saat perlahan sebuah hentakan rasa sejuk memasuki ruang dadanya. Energi sejuk yang berputar dan kemudian mengalir ke jantung membuat Pangeran Zhu Di merasakan dirinya seperti dilemparkan ke dalam ketenangan. Ketenangan yang nyaris sunyi tersebut membuatnya seperti kehilangan seluruh kekuatan untuk bergerak seolah seluruh tubuhnya seperti tertidur meski Pangeran Zhu Di sangat yakin bahwa ia tidak sedang terlelap hingga ia masih bisa merasakan saat puluhan jarum halus menusuk di banyak tempat di tubuhnya. Untuk sejenak, Pangeran Zhu Di merasa nyaman sebab adanya energi sejuk yang mengendap di ruang dada dan terutama jantungnya tersebut dengan cepat mengurangi hunjaman rasa sakit yang semula dirasakannya.
Hingga kemudian, sebuah energi lain masuk melalui perut.
Gerak energi yang semula hanya perlahan mengalir masuk dan berputar di ruang perutnya. Energi yang semula terasa sejuk sebagaimana energi yang memasuki ruang dadanya.
Namun, kesejukan yang terasakan pada bagian perut itu hanya sesaat karena pada saat selanjutnya aliran energi yang semula terasa lembut itu mendadak berubah membuat perutnya seperti ditekan dengan kekuatan yang semakin lama semakin besar. Lebih dari itu, seiring dengan menguatnya tekanan pada perut, aliran energi yang semula terasa sejuk mendadak berubah menjadi panas. Rasa panas yang pada awalnya hanya hangat biasa namun semakin lama semakin panas hingga Pangeran Zhu Di merasa seolah perutnya kemudian penuh terisi oleh air mendidih!. Rasa panas yang seolah berasal dari beberapa tempat di tubuhnya yang mengalir dengan kecepatan pelan tapi pasti menuju ke ruang dalam perut.
Sang Pangeran Keempat mulai meringis saat rasa tekanan dan panas membara pada bagian perut semakin memuncak membuat tubuh gagah yang indah itu bergerak menggeliat tanpa kesadaran dari pemiliknya. Kedua mata Pangeran Zhu Di memejam rapat sementara ia merasakan kesakitan dari rasa tekanan kuat pada bagian perut disertai rasa panas yang memenuhi ruang perutnya membuat ia merasa seolah perutnya hendak meledak saat itu juga.
Pangeran Zhu Di ingin bertanya pada Changyi sampai berapa lama rasa panas membara dan tekanan kuat pada perutnya ini akan berlangsung namun mulutnya seperti terkatup rapat dan lumpuh. Ia sudah benar-benar tak mampu lagi menahan rasa panas dan sakit yang berpusat di perut tersebut membuat tubuhnya semakin lemas dan kehilangan kekuatan.
Namun, seiring semakin penuhnya rasa panas mendidik di perutnya, Pangeran Zhu Di juga merasakan bahwa pendengarannya perlahan kembali menguat hingga ia mampu mendengar suara Kepala Tabib Istana, suara-suara tabib-tabib lain di sekitarnya, suara Kaisar Hongwu yang terdengar sedih, gelisah bercampur murka, suara langkah prajurit yang berlari di luar ruangan bahkan suara Permaisuri Ma Xiuying yang menangis tersedu!.
Selain menguatnya pendengaran yang semula melenyap, Pangeran Zhu Di juga merasakan rasa sakit bagaikan tertusuk oleh ribuan jarum di seluruh permukaan kulita, telapak tangan dan kakinya menghilang hingga ia kemudian bisa merasakan sentuhan tangan tabib maupun usapan-usapan tangan lain pada permukaan kulitnya!.
Dan perubahan-perubahan baik yang ditemukannya tersebut membuat Pangeran Zhu Di merasa senang meski rasa sakit yang panas mendidih semakin menyengat memenuhi ruang perut menimbulkan rasa mual luar biasa.
Rasa panas yang kemudian menghentak kuat, naik ke atas melewati garis tengah di dadanya – dan rasa panas yang menjalar ke atas itu sangat jelas terasa – hingga akhirnya mencapai ujung bagian atas leher membuat sang pangeran dapat merasakan sengatan rasa panas di pangkal lidahnya.
Hanya sedetik setelah rasa panas yang memualkan itu mencapai pangkal lidahnya, mendadak Pangeran Zhu Di tersentak hingga punggungnya melengkung dan bergerak miring ke kiri. Selanjutnya, dengan diiringi suara tersedak keras, meluncur deras cairan berwarna hijau gelap dari mulut sang pangeran dan mengalir membasahi lantai aula. Beberapa tabib segera mengambil kain dan meletakkannya di sisi kepala Pangeran Zhu Di hingga cairan yang terus meluncur keluar tersebut kemudian tertampung di atas lembaran kain tersebut.
Kaisar Hongwu yang telah kembali duduk di atas singgasananya kembali berdiri dan berjalan cepat mendekat demikian ia melihat Pangeran Keempat memuntahkan seluruh apapun yang semula berdiam di dalam perutnya. Kerut dalam menghias wajah yang selalu penuh kharisma tersebut. Kerut cemas tatkala melihat betapa banyaknya cairan berwarna hijau gelap yang keluar dari mulut pangeran termudanya.
Air  hijau gelap itu masih terus meluncur hingga kemudian, ketika air yang keluar telah berubah menjadi merah oleh darah, mendadak Kepala Tabib Istana mengangkat tangannya dan memberi isyarat pada Changyi untuk mengangkat Pangeran Zhu Di dari atas lantai.
Sang Pangeran Keempat yang kini kembali bersandar di dada sahabatnya terlihat sangat lemah namun perubahan yang sangat nyata segera terlihat. Rona biru yang semula menghias wajah dan bibir kini menghilang, berganti dengan warna pucat yang normal. Demikian pula kulit yang semula terlihat mengerut kini telah kembali mengencang dan berkilau halus.
Beberapa tabib terlihat masih bekerja di sekitar Pangeran Zhu Di sementara Kepala Tabib Istana membalikkan tubuhnya dan memberikan sujud kepada Kaisar Hongwu yang berdiri tak jauh darinya.
“Yang Mulia, racun di tubuh Pangeran Zhu Di telah berhasil keluar” lapor Kepala Tabib Istana yang segera disambut desah dan seruan lega dari semua orang yang berada dalam ruang aula.
Permaisuri Ma menghela nafas penuh kelegaan disertai deraian air mata sementara Kaisar Hongwu mengangguk dengan ekspresi puas meski sama sekali tak menghilangkan raut kemurkaan dari wajahnya.
“Bagus…” jawab Kaisar Hongwu menyahut laporan Kepala Tabib Istana. “Apakah ada kerusakan pada tubuh putraku karena masuknya racun itu?”
Kepala tabib menggelengkan kepala.
“Tidak Yang Mulia…” jawabnya dengan penuh yakin. “Namun demikian, masih ada sisa-sisa racun yang tidak bisa dikeluarkan secara langsung karena telah menyatu dengan beberapa bagian tubuh sehingga untuk menghilangkannya harus dilakukan setapak demi setapak melalui obat dan makanan yang baik”.
Kaisar Hongwu mendengus pelan. Sebuah kilatan kembali berpendar di kedua matanya.
“Bawa Pangeran Zhu Di kembali ke tempatnya dan rawat dia” perintah Kaisar Hongwu pada sang tabib. Pandangannya yang tajam menusuk kemudian beralih ke arah Jenderal Lan Yu. “Jenderal Lan Yu, aku ingin semua orang yang hadir di ruangan ini diperiksa sekarang juga. Demikian pula seluruh dayang, pelayan dan terlebih juru masak di dapur istana. Siapapun orang yang telah meletakkan racun itu, aku ingin ia di tangkap hari ini juga dan dijatuhi hukuman mati!”.
Semua orang terkejut mendengar perintah yang telah jatuh. Seluruh pejabat dan tamu kerajaan yang berkumpul di ruang aula segera tersungkur menjatuhkan diri di atas lantai dengan tubuh gemetar ketakutan. Tak terkecuali para dayang, juru masak serta pelayan yang turut berada di ruang aula. Semua tahu dan menyadari bahwa dalam keadaan seperti sekarang, di mana sebuah kejahatan baru saja terjadi, siapapun bisa menjadi bersalah dan dihukum mati bahkan jika sesungguhnya orang itu tidak bersalah. Sebab, meracuni anggota keluarga kerajaan adalah sebuah kejahatan yang sangat besar dan hukumannya hanyalah hukuman mati sehingga siapapun orang yang telah merencanakan kejahatan besar ini, maka ia pastilah seorang yang sangat berani dan pandai. Juga orang itu pasti telah memikirkan masak-masak tentang apa yang akan terjadi dan bagaimana ia mesti bertindak. Kini, semua hanya bergantung pada ketentuan nasib apakah mereka akan bisa keluar dari istana ini dalam keadaan selamat dan hidup ataukah mereka harus menebus kejahatan yang tidak mereka lakukan!.
“Siap laksanakan perintah Yang Mulia Kaisar!” sahut Jenderal Lan Yu tegas dengan suara yang keras membuat dinding-dinding ruang aula seperti bergetar karena pantulan suaranya dan semakin menguatkan ketakutan semua orang yang berada di dalam ruang yang megah tersebut. Selanjutnya, sang jenderal dari Kementerian Pertahanan itu segera berdiri dan bersiap melangkah keluar dari ruang aula.
Namun sebuah suara kemudian membuat langkah Jenderal Lan Yu terhenti dan sang jenderal seketika menoleh ke arah asal suara yang sejak semula hanya terdiam tanpa bicara.
“Yang Mulia…ijinkan hamba untuk menyampaikan apa yang menjadi pemikiran hamba" ucap suara yang sejak awal hanya diam dan memperhatikan seluruh peristiwa membuat Kaisar Hongwu segera mengalihkan pandangannya.
“Katakanlah Kakak Xu Da” sahut Kaisar Hongwu seraya menatap Jenderal Xu Da yang masih duduk di tempatnya.
Jenderal Xu Da mengangguk sebelum kemudian mulai berbicara. “Terima kasih Yang Mulia. Apa yang ingin hamba sampaikan hanyalah permohonan agar Yang Mulia tidak tergesa-gesa dalam menentukan siapa yang bersalah sebelum kita meneliti lebih jauh karena sebuah kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan racun biasanya dilakukan dengan kerjasama dari beberapa orang meskipun orang yang merencanakan kejahatan ini hanyalah satu orang. Namun, siapapun yang telah merencanakannya, maka ia pastilah orang yang sangat tahu tentang kehidupan di istana”.
Kalimat yang segera mengguncang kembali hati beberapa orang dalam ruang aula. Satu wajah terlihat sangat kecut setelah mendengar kalimat yang diucapkan oleh Sang Panglima Tertinggi Kerajaan Ming tersebut. Siapapun tahu bahwa Jenderal Xu Da adalah seorang yang jujur dan sangat teliti dalam menentukan langkah sehingga setiap dugaan yang dibuat oleh Sang Panglima tertinggi kerajaan trsebut biasanya selalu benar.
Jenderal Lan Yu menatap ke arah Jenderal Xu Da dengan tatapan menyiratkan rasa iri sementara satu wajah lain terlihat gelisah.
Keglisahan yang membuat wajah tersebut segera menajdi basah oleh keringat yang dingin dan deras mengalir.
Kegelissahan yang muncul dari rasa takut bahwa Sang Panglima Tertinggi akan segera menemukan pelaku sesungguhnya!.
Kegelisaha yang membuat si pemilik wajah tersebut  maju ke depan, menghaturkan sembah pada Sang Kaisar sebelum kemudian mulai berbicara dengan suara yang keras menggema.
**********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar