Sabtu, 11 April 2015

Straight - Episode 3 ( Bagian Lima )


Delapan bulan berlalu sejak Changyi menjadi putra angkat dari Jenderal Xu Da. Meskipun keputusan Jenderal Xu Da mengangkat Changyi telah dapat diduga oleh semua prajurit, tamtama, pelayan di rumah sang panglima besar bahkan oleh Jenderal Chang Yu Chun yang terus berkonsentrasi di distrik pelatihan prajurit yang berada di wilayah timur, namun tak urung, saat pertama kali Jenderal Xu Da membawa remaja yang cemerlang itu di depan khalayak ramai, seruan kaget jelas terdengar. Banyak sekali pihak yang merasa senang dengan keputusan Jenderal Xu Da mengangkat Changyi sebagai putra angkat. Terlebih, jelas terlihat bahwa meskipun Changyi tidak memiliki ikatan darah dengan sang panglima besar, namun remaja itu memang pantas untuk menjadi putra dari Jenderal Xu Da dengan bakat besar yang terlihat jelas memancar dalam diri Changyi. Prestasi demi prestasi berhasil di raih oleh Changyi membuat remaja tersebut segera melesat dari bukan siapa-siapa menjadi sebuah bintang yang sangat cemerlang di langit istana.
Changyi lulus dalam ujian akhir di istana yang dilakukan langsung oleh Kaisar Ming Tai Zhu sebagai prajurit muda terbaik dengan nilai tertinggi disusul Lan Fengyin di tempat kedua. Selain daripada itu, dengan status Changyi sebagai putra Jenderal Xu Da serta atas desakan dari pangeran keempat, maka Kaisar Ming Tai Zhu mengijinkan Changyi untuk mempelajari Buku Strategi Perang bersama dengan Pangeran Zhu Di. Hal yang membuat Jenderal Lan Yu kembali di hantam oleh rasa kecewa. Namun kini, ia seolah telah mati langkah membuat Jenderal Lan Yu tak memiliki pilihan lain selain menerima keputusan sang kaisar untuk saat ini. Pernyataan Jenderal Xu Da bahwa Changyi adalah putranya membuat Jenderal Lan Yu semakin tersudut dalam rasa persaingan pada sang panglima besar. Terlebih dengan kemenangan besar yang dibawa oleh Jenderal Xu Da dari Karakorum membuat Sang Kaisar segera menerima Changyi dengan tangan terbuka sebagai bentuk penghargaan dan hadiah pada Sang Panglima Besar yang telah membawa kemenangan bagi Dinasti Ming. Ditambah lagi dengan kedekatan Pangeran Zhu Di yang jelas terlihat sangat senang dengan masuknya Changyi dalam keluarga sang panglima besar yang juga telah lama dikaguminya. Hal lain yang membuat Jenderal Lan Yu sangat terkejut adalah saat akhirnya ia menyadari adanya peran dari sang pangeran keempat dalam mengembalikan Changyi ke lingkungan istana. Bagaimana sang pangeran kecil itu bisa mengenal Changyi?. Dari laporan prajurit yang masuk padanya, Jenderal Lan Yu-pun mengetahui bahwa sang pangeran keempat-lah yang telah memberitahu Jenderal Xu Da mengenai hukuman yang diterima oleh Changyi dari kaisar sehingga sang panglima besar tersebut akhirnya memutuskan untuk mengangkat Changyi sebagai putranya dan menyandangkan nama keluarga Xu di depan nama asli remaja tersebut.
Apa yang diharapkan oleh Jenderal Lan Yu untuk menyingkirkan Changyi telah gagal secara total karena peran dari pangeran kecil yang menjadi mutiara istana membuat Jenderal Lan Yu secara diam-diam memiliki rasa kesal yang aneh terhadap Pangeran Zhu Di dan terlebih pada Changyi. Namun kini, ia tak lagi dapat melakukan apapun untuk menyingkirkan Changyi karena posisi Changyi yang telah menjadi putra dari panglima tertinggi kerajaan membuat remaja tersebut mendapat tempat yang terhormat di kalangan istana. Apalagi sejak Changyi kembali ke istana, Pangeran Zhu Di segera menempel pada remaja tersebut dan bahkan memutuskan meninggalkan istana pangeran untuk tinggal dalam satu kamar dengan Changyi di asrama/barak prajurit dan selanjutnya, sang pangeran kecil yang cerdas itu memanggil Changyi dengan sebutan ‘Kakak’ yang semakin menegaskan kedekatan di antara keduanya. Kaisar Ming Tai Zhu mengijinkan pangeran kecilnya untuk tinggal dan belajar di sekolah prajurit khusus karena sang kaisar melihat sendiri perubahan yang terjadi pada Pangeran Zhu Di sejak bergaul dengan Changyi. Sang mutiara istana itu tak lagi membuat masalah yang memusingkan semua orang. Tingkah lakunya kini penuh sopan santun meski nada tegasnya dalam berbicara tak pernah tertinggal. Lebih dari itu, perkembangan Pangeran Zhu Di dalam berbagai pelajaran baik ketatanegaraan maupun keprajuritan melesat cepat hingga dalam waktu singkat, sang pangeran keempat segera menjadi bintang yang cemerlang di istana bersama dengan Changyi, mengungguli para pangeran lain terlebih pangeran mahkota yang justru lebih menyukai kehidupan sederhana dan sering menghilang untuk bergaul dengan rakyat di luar tembok istana.
Kini, semua orang di istana segera mengenal adanya dua remaja yang sangat cemerlang. Yang pertama adalah Pangeran Zhu Di yang mendapat julukan sebagai mutiara istana karena merupakan pangeran yang sangat disayangi oleh semua orang mulai dari Kaisar Ming Tai Zhu hingga pelayan dan juru masak. Sedang yang kedua adalah Xu Changyi, putra angkat dari Sang Panglima Tertinggi Jenderal Xu Da. Remaja yang dalam waktu singkat segera merebut hati seluruh gadis dan wanita di istana maupun di luar tembok istana dengan wajah dan penampilannya yang nyaris sempurna serta prestasinya yang sangat cemerlang. Bahkan kemudian Changyi mendapat julukan sebagai sang matahari kecil. Hal yang diam-diam membuat Jenderal Xu Da merasa bangga pada putra angkatnya tersebut. Meskipun di sisi lain,  keputusan Jenderal Xu Da mengangkat Changyi sebagai bagian dari keluarga telah membuat Nyonya Xu Da kembali merajuk dalam rasa kesal. Namun, biarpun Nyonya Xu Da belum bisa menerima keputusan suaminya, tapi sikap Changyi yang sangat sopan, rendah hati dan penuh hormat serta terangkatnya nama Nyonya Xu secara tidak langsung karena kemahsyuran Changyi sebagai sang matahari kecil baik di dalam istana maupun di luar istana membuat wanita yang sangat cantik dan lembut itu memilih untuk diam dan tidak menunjukkan ketidak setujuannya di depan Jenderal Xu Da maupun Changyi. Apalagi, meskipun Changyi telah menjadi putra angkat Jenderal Xu Da, namun remaja tersebut selalu memilih untuk tinggal di asrama prajurit bersama dengan sang pangeran keempat sehingga Nyonya Xu tidak selalu bertemu dengan Changyi.
Tetapi, kecemerlangan Changyi dan Pangeran Zhu Di telah menciptakan keretakan yang tersembunyi dalam hati Lan Fengyin dan saudara-saudaranya yang seolah terkubur dan sama sekali tak dikenal baik di kalangan istana apalagi di luar istana. Kelima bersaudara tersebut kemudian justru semakin sewenang-wenang dalam sikap mereka, yang sesungguhnya hanya karena keinginan untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
Sementara Jenderal Lan Yu semakin jauh dari Jenderal Xu Da. Bahkan kini, persaingan di antara dua jenderal besar tersebut telah terlihat secara nyata, menciptakan dua kelompok yang saling berseteru. Dan persaingan yang semakin nyata tersebut justru membuat Jenderal Xu Da menjadi tegas dalam bertindak. Sebagaimana yang telah dijanjikan sebelumnya, Jenderal Xu Da kemudian mengambil alih Jenderal Chang Yu Chun kembali pada kesatuan prajurit di bawah naungannya meskipun Jenderal Chang Yu Chun masih tetap bertugas di distrik pelatihan prajurit di wilayah timur. Namun, dengan masuknya Jenderal Chang Yu Chun pada kubu Jenderal Xu Da, maka dengan sendirinya menegaskan bahwa  wilayah distrik timur telah pula menjadi wilayah di bawah komando Jenderal Xu Da dan hal ini semakin memanaskan hati Jenderal Lan Yu. Terlebih, dengan kemenangan-kemenangan yang telah diraih oleh Jenderal Xu Da dan dipersembahkan pada Kaisar Ming Tai Zhu membuat Sang Kaisar memberikan tempat khusus di hati sang panglima tertinggi kerajaan tersebut sehingga apapun keinginan Jenderal Xu Da nyaris selalu dikabulkan oleh Kaisar. Karena itu, di saat-saat Sang Panglima Tertinggi sedang bertugas keluar dari istana untuk tujuan ekspedisi di wilayah-wilayah Tiongkok, maka Jenderal Lan Yu menggunakan waktu tersebut untuk mendekati Kaisar Ming Tai Zhu dalam upaya merebut perhatian dan hati sang Kaisar.
Kaisar Ming Tai Zhu sesungguhnya mengerti dan mengetahui adanya perpecahan yang terjadi di antara Jenderal Lan Yu dengan Panglima Besar Jenderal Xu Da, namun, karena sang kaisar menyadari bahwa ia masih sangat membutuhkan baik Jenderal Lan Yu dan terutama Jenderal Xu Da yang sudah seperti kakak baginya, maka ia tidak mengambil tindakan apapun. Tetapi, melihat bahwa kekuatan militer kini telah pula pecah menjadi dua kubu antara kubu yang berada di bawah komando Jenderal Xu Da dan kubu yang berada di bawah kewenangan Kementerian Pertahanan yang merupakan wilayah Jenderal Lan Yu, secara diam-diam menimbulkan kecemasan di hati Sang Kaisar. Rasa cemas bahwa pada akhirnya, kekuatan militer yang terlihat sangat tunduk pada perintah dari pimpinan mereka, akhirnya akan membahayakan kedudukannya sebagai seorang kaisar. Terlebih saat sang kaisar melihat sendiri betapa tinggi loyalitas para prajurit pada jenderal mereka. Seperti loyalitas yang ditunjukkan oleh Tamtama Bohai pada Jenderal Xu Da dan loyalitas anak-anak angkat Jenderal Lan Yu pada ayah mereka yang semakin mengentalkan rasa cemas di hati Kaisar Ming Tai Zhu. Apakah pada akhirnya, para prajurit itu akan lebih taat pada jenderal mereka daripada ketaatan pada Kaisar?.
Rasa cemas tersebut perlahan mulai menetap dalam hati Kaisar Ming Tai Zhu meskipun sang kaisar seringkali berusaha menepisnya dan dalam keadaan sibuk, ia melupakan kecemasannya itu. Namun di kala malam tiba, sang kaisar seringkali teringat pada kecemasan-kecemasan yang sulit untuk diungkapkannya pada siapapun karena rasa malu jika hal itu di ketahui oleh orang lain. Dan secara perlahan, kecemasan yang tak terungkapkan itu mulai merebut waktu istirahat sang kaisar di malam hari membuat Kaisar Ming Tai Zhu sedikit demi sedikit mulai dihinggapi penyakit sulit tidur.
Maka, saat ia melihat bakat-bakat Changyi yang luar biasa, segera timbul keinginan dalam hati Kaisar untuk membawa Changyi masuk dalam lingkaran kekuasaannya serta menjauhkannya dari loyalitas tanpa batas pada ayah angkat maupun orang lain selain kaisar. Karena itu, Kaisar Ming Tai Zhu terus melibatkan Changyi dalam setiap kegiatan-kegiatan kaisar yang bersifat di luar urusan negara seperti kegiatan berburu, mengunjungi distrik-distrik pelatihan prajurit serta menciptakan senjata-senjata baru di tempat penempaan besi. Tentu saja bersama dengan Pangeran Zhu Di. Justru kemudian, terlihat bahwa Sang Kaisar dengan sengaja membuat agar kedekatan antara Changyi dan Pangeran Zhu Di semakin erat dan kuat. Hal lain yang menjadi tujuan Kaisar Ming Tai Zhu adalah dengan merengkuh Changyi dalam lingkaran kekuasaannya, maka ia akan dapat merengkuh Jenderal Xu Da dalam genggamannya pula karena ia melihat dengan jelas sebesar apa kebanggaan sang panglima tertinggi kerajaan pada putra angkat yang sangat cemerlang itu.
Sangat berbeda halnya dengan Lan Fengyin dan saudara-saudaranya yang menjadi anak angkat dari Jenderal Lan Yu dimana kelima bersaudara tersebut justru telah membuat Kaisar Ming Tai Zhu memendam kekecewaan saat dengan jelas-jelas Fengyin dan saudara-saudaranya tidak melaksanakan perintahnya sebelum mendapatkan persetujuan dari Jenderal Lan Yu yang merupakan ayah angkat mereka. Dan kekecewaan yang terpendam ini membuat Sang Kaisar dengan sendirinya menyisihkan Lan Fengyin dan adik-adiknya.
Jenderal Xu Da sendiri sesungguhnya menyadari kecemasan yang di rasakan oleh Kaisar Ming Tai Zhu meskipun sang kaisar tidak secara langsung mengungkapkan padanya. Kedekatan di antara dirinya dengan sang kaisar membuat Jenderal Xu Da dapat memahami Kaisar Ming Tai Zhu meski tanpa kata-kata. Karena itu, sang jenderal besar tersebut dengan sengaja membiarkan Changyi masuk dalam lingkaran Kaisar dan banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan pribadi Kaisar Ming Tai Zhu di luar urusan negara. Meskipun hal itu berarti membuat dirinya-pun telah masuk dalam genggaman kekuasaan Kaisar Ming Tai Zhu. Tetapi, mengingat perjalanan persahabatan yang telah terjalin begitu lama dalam menempuh kesulitan dalam perjuangan bersama-sama, Jenderal Xu Da merasa rela berada dalam genggaman kekuasaan kaisar hingga loyalitasnya pada sang kaisar menjadi sangat tinggi nyaris tak berbatas lagi.
Seperti yang terjadi saat ini.
Untuk kesekian kalinya, Changyi diundang oleh Kaisar untuk ikut dalam perburuan musim semi di hutan yang ada di wilayah selatan luar Ibukota Yingtian.
Rombongan Kaisar Ming Tai Zhu meninggalkan gerbang istana pada pagi-pagi sekali saat matahari belum lagi sepenuhnya memunculkan sinarnya di langit. Meskipun tidak ada pemberitahuan bahwa pada hari ini Kaisar akan pergi berburu, namun rakyat telah banyak menantikan pemimpin mereka dan berdiri berjajar di sepanjang jalan yang akan dilalui oleh rombongan sang kaisar.
Changyi duduk di atas punggung si Hitam yang telah menjadi miliknya sebagaimana janji Jenderal Xu Da dulu. Jenderal Xu Da sendiri segera mendapat ganti kuda lain yang tak kalah hebat dengan si Hitam meskipun pamornya masih jauh dari si Hitam yang telah merasakan puluhan kali peperangan bersama dengan Jenderal Besar Xu Da.
Sang remaja putra Jenderal Xu Da itu kini benar-benar terlihat bersinar dalam seragam prajuritnya yang gagah. Penampilannya yang bersih dan rapi semakin memancarkan keelokan rupanya yang tak tercela. Setelah ia menjadi putra angkat Jenderal Xu Da, maka Sang Panglima Tertinggi segera memenuhi seluruh kebutuhan Changyi termasuk dalam pakaian yang pantas untuk dikenakan oleh putra seorang jenderal. Rambut Changyi yang semula hanya di ikat biasa dengan sehelai tali dari jalinan rumput kini telah di tata dalam tatanan yang bagus dan indah dengan ikat rambut dari kepingan emas yang ditempa hingga membentuk sebuah lempengan tipis dengan symbol matahari pada bagian depannya. Terdapat potongan pucuk sehelai bulu Burung Merak di selipkan diikat kepala Changyi dan memendarkan cahaya redup berwarna hijau biru. Jenderal Xu Da sendiri yang memesan ikat kepala tersebut dan entah kenapa, symbol matahari di ikat rambut itu di buat oleh Sang Panglima Tertinggi seolah hendak menegaskan keberadaan Changyi sebagai sang matahari kecil dengan sinarnya yang cemerlang sekaligus hangat. Rambut Changyi yang hitam dan panjang sebagian terurai melewati bahu dengan anak-anak rambut sebagian menjuntai di kening dan pelipisnya yang indah. Itupun, Jenderal Xu Da yang meminta agar Changyi tidak mengepang rambutnya sebagaimana tatanan rambut para lelaki pada Dinasti Yuan. Sementara Jenderal Xu Da sendiri selalu menggelung rambutnya ke atas dan mengikatnya dengan lempengan baja yang sangat kuat, dalam warna perak cemerlang yang kemilau. Tatanan rambut yang sama yang di lakukan oleh Kaisar Ming Tai Zhu di balik mahkota rajanya yang indah.
Dan tatanan rambut Changyi yang berbeda itu segera di tiru oleh banyak remaja dan generasi muda bahkan menjadi tatanan rambut yang sangat terkenal sebagaimana kemasyuran Changyi yang melesat sebagai matahari kecil Sang Panglima Tertinggi. Terlebih, Pangeran Zhu Di yang sama-sama terkenal sebagai mutiara istana-pun menata rambutnya sebagaimana Changyi dengan ikat kepala berhias batu mutiara, yang seolah hendak menegaskan pula kedudukan sang pangeran keempat sebagai mutiara dari istana yang menjadi kesayangan semua orang.
Changyi memegang tali kekang si Hitam dengan tenang sementara di depannya barisan prajurit khusus dalam senjata lengkap berderap mengiringi kereta yang membawa Kaisar Ming Tai Zhu dan Permaisuri Ma Xiuying. Di depan kereta yang membawa Kaisar dan ratu, terdapat rombongan prajurit khusus dalam persenjataan lengkap pula dan di pimpin oleh Jenderal Lan Yu. Jenderal Xu Da tidak ikut dalam perburuan kali ini karena tengah memeriksa distrik-distrik pelatihan prajurit di seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Ming. Di sisi kiri dan kanan Jenderal Lan Yu terlihat Lan Fengyin dan Lan Dingziang. Entah kemana tiga saudara Fengyin yang lain, namun kedua remaja tersebut terlihat gagah pula dalam seragam prajurit mereka.
Changyi berkuda tanpa mengucapkan kata-kata. Sinar wajahnya yang cemerlang terlihat semakin berkilau oleh cahaya mentari pagi yang muncul di langit sementara di sisi kanannya terlihat Pangeran Zhu Di di atas kuda coklat yang besar dan gagah. Sang pangeran keempat yang berwajah tampan itu terlihat ceria dan sesekali melambaikan tangannya pada setiap penduduk yang berlutut di sepanjang jalan dan meneriakkan namanya dalam doa panjang umur dan kejayaan setelah meneriakkan nama sang kaisar dan ratu. Senyum mengembang di wajah sang pangeran keempat sementara sepasang matanya sesekali berputar menatap ke sekeliling. Di belakang mereka masih panjang rombongan prajurit dan juru masak yang membawa pedati berisi perbekalan dan alat masak.
Pangeran Zhu Di menoleh ke arah Changyi dan sejenak memperhatikan wajah remaja yang berkuda di sisinya itu. Lalu, tangan kiri Pangeran Zhu Di bergerak menepuk lengan Changyi.
“Kakak?” panggil Pangeran Zhu Di membuat Changyi menoleh.
“Ada apa Pangeran?” sahut Changyi tersenyum.
Pangeran Zhu Di mengangkat satu alisnya sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Changyi. Senyum simpulnya telah merebak dengan indah sebelum kalimatnya meluncur dengan nada ringan menggoda.
“Apakah Kakak baik-baik saja?” tanya Pangeran Zhu Di kemudian.
Changyi mengerutkan alisnya. Sepasang matanya menatap Pangeran Zhu Di, lalu kepalanya mengangguk.
“Saya baik-baik saja Pangeran. Kenapa Anda bertanya seperti itu?” jawab Changyi sebelum kemudian balik bertanya.
“Benarkan Kakak baik-baik saja? Tidak merasakan sakit sama sekali?” tanya Pangeran Zhu Di membuat kerut di dahi halus Changyi semakin dalam.
“Saya tidak merasa sakit Pangeran. Tidak…setahu saya tidak” jawab Changyi kembali dengan nada lebih tegas dan yakin.
Namun Pangeran Zhu Di justru tertawa hingga menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi.
“Bagaimana Kakak tidak merasa sakit dengan tubuh penuh lubang seperti itu?” seloroh Pangeran Zhu Di sambil menggerak-gerakkan sepasang alisnya. Rautnya yang usil dan jenaka membuat Changyi tertawa juga namun bahunya mengerdik dengan ekspresi menyerah.
“Coba Kakak lihat sekeliling” bisik Pangeran Zhu Di membuat Changyi mau tak mau mengedarkan pandang matanya ke sekeliling juga. “Apakah Kakak tidak merasa sakit dengan sekian banyak mata yang melubangi tubuh Kakak seperti itu? Benar tidak sakit?”.
Changyi yang menatap ke sekeliling akhirnya menyadari apa yang dimaksud oleh Pangeran Zhu Di. Deretan rakyat yang berlutut di sisi kiri dan kanan jalan terlihat pepat. Ia baru saja mengetahui betapa rapat dan penuhnya rakyat yang keluar dari rumah hanya untuk melihat rombongan Kaisar pergi berburu. Dan kerut di alis Changyi segera menghilang saat ia melihat begitu banyak wanita dan gadis di deretan rakyat yang berlutut tersebut. Dan setiap dari mereka semua tengah menatap ke arahnya. Changyi mengedarkan pandangannya ke setiap sisi jalan dan menemui hal sama. Pandangan malu-malu dari setiap gadis dan wanita yang tengah menatap ke arah rombongan. Padanya? Ah…Changyi tak ingin merasa berbesar hati. Bukankah di sisinya tengah duduk dengan gagah seorang pangeran kesayangan yang sangat tampan dan berbinar cemerlang?
Mendadak, satu dari gadis yang berlutut di sisi jalan sebelah kanan melambaikan tangan dengan senyum malu-malu dan sepasang pipi memerah. Changyi tersenyum tepat bersamaan dengan sodokan Pangeran Zhu Di pada lengannya. Changyi menoleh.
“Kakak mengerti sekarang? Bagaimana bisa tubuh Kakak di penuhi lubang?” tanya Pangeran Zhu Di dengan senyum miring khasnya.
“Mungkin yang dipenuhi lubang bukan tubuh saya Pangeran, tapi tubuh Anda” sahut Changyi sambil tertawa kecil.
Sepasang mata Pangeran Zhu Di membesar sesaat. Lalu, dengan ekspresi nyaris kikuk, sang pangeran kecil tersebut menoleh ke arah para gadis dan wanita di setiap sisi jalan. Terlihat beberapa wanita dan gadis yang berlari-lari kecil mengikuti arah rombongan bergerak. Pangeran Zhu Di kembali menepuk lengan Changyi.
“Kakak, lihatlah para wanita dan gadis itu!” serunya dalam nada berbisik sambil mengerling ke belakang membuat Changyi segera mengikuti arah pandangan mata Pangeran Zhu Di. “Lihatlah, mereka bergerak mengikuti kita dan mereka memilih untuk berada di sisi jalan sebelah kiri. Jadi itu artinya, mereka semua tengah memperhatikan Kakak…bukan aku”.
Changyi tertawa. Kali ini dengan nada lepas yang justru semakin menguatkan pesonanya. Sepasang matanya menatap ke arah Pangeran Zhu Di dengan gemas sementara sang pangeran kecil tersenyum penuh kemenangan.
Rombongan terus bergerak. Changyi tak lagi banyak berbicara meski ia terus menjawab setiap pertanyaan dari Pangeran Zhu Di. Matahari mulai menampakkan dirinya dengan binar yang sangat cerah saat rombongan telah meninggalkan batas Ibukota Yingtian dan kini menyusuri jalan yang menghubungkan antara ibukota kerajaan dengan desa-desa di sekitarnya. Rakyat masih berkumpul di sepanjang jalan yang dilalui oleh rombongan Kaisar. Pangeran Zhu Di masih terus berceloteh dan berbicara tentang banyak hal sementara Changyi lebih banyak sekedar menanggapi dan sesekali, keduanya tertawa saat terdapat hal-hal lucu yang diucapkan oleh Pangeran Zhu Di.
Hingga mendadak….
“Kakak!” sebuah suara panggilan terdengar di antara deretan rakyat yang berlutut di sepanjang jalan.
Suara yang tidak keras karena diteriakkan dengan balutan keraguan bila saja orang yang dipanggil ternyata tak mengenali.
Namun, meski, hanya sekejab, dan tidak keras, namun suara panggilan tersebut bagaikan sebuah magnet berkekuatan super dahsyat yang menarik Changyi membuat remaja berparas rupawan itu seketika, nyaris tanpa sadar, menarik tali kekang si Hitam membuat kuda hitam yang sangat termasyur sebagaimana tuan kecilnya itu seketika meringkik karena kaget dan nyaris mengangkat dua kaki depannya ke atas membuat beberapa prajurit segera menggerakkan kuda mereka keluar dari barisan agar tidak terhantam pukulan dua kaki depan si Hitam yang sangat kuat. Sesaat suasana menjadi agak gaduh.
Pangeran Zhu Di menatap Changyi dengan ekspresi tak kalah kaget dan sekaligus heran. Sejenak kemudian, pandangannya beredar ke sekeliling karena ia-pun sempat mendengar suara panggilan sekejab yang berasal dari deretan rakyat di sisi jalan. Namun, hingga beberapa saat berlalu, Pangeran Zhu Di tak juga menemukan seserang yang terlihat mencurigakan hingga mampu memecahkan konsentrasi seorang Changyi yang ia tahu sangat fokus dalam setiap kegiatan maupun belajarnya tersebut.
“Kakak, ada apa?” tanya Pangeran Zhu Di pada Changyi saat dilihatnya Changyi membelokkan si Hitam keluar dari barisan dan kini, remaja berparas elok rupawan itu berdiri di sisi jalan, dalam arah berlawanan dengan arah gerak rombongan kaisar dan prajurit. Sepasang matanya yang jernih dan indah berkelebat cepat dan nanar meneliti di antara kerumunan rakyat yang memenuhi sisi jalan. Menanti-nanti datangnya panggilan sekejab yang di dengarnya sedetik lalu.
“Kakak!” suara panggilan yang dinanti Changyi akhirnya terdengar membuat Changyi seketika mengarahkan pandangan matanya pada arah asal suara. Dan hanya butuh waktu sekejab pula bagi Changyi untuk menemukan asal suara.
“Adik Chen?” panggil Changyi membalas panggilan yang di dengarnya seraya menatap sesosok remaja lain yang berdiri di bagian belakang barisan rakyat. Sosok remaja yang akan selalu dikenalinya dan selalu tinggal dalam ruang ingatan Changyi meski kini ia telah tinggal di kalangan terhormat sebagai putra seorang Jenderal Besar. Sosok remaja bertubuh kurus dan kecil dalam balutan pakaian kumal dengan beberapa tambalan yang telah membuat Changyi selalu mendapatkan semangat untuk berjuang. Sepasang mata Changyi melebar dengan binar berpendar di kedua matanya. Binar yang menyiratkan kerinduan mendalam pada sosok berpakaian kumal beberapa tombak di depannya.
“Kakak!...Kakak Changyi!” seru sosok remaja bertubuh kecil dan kurus yang dikenali sebagai Chen. Terdengar nada gembira dalam seruan Chen saat melihat bahwa ternyata Changyi mengenalinya dan ia memang tidak salah lihat. “Kakak gagah sekali….dan sangat…..”
“Adik Chen!...kenapa kau di sini? Dengan siapa kau di sini?” tanya Changyi memotong perkataan Chen. Remaja itu kini telah melompat turun dari atas punggung si Hitam dan berdiri di sisi jalan membuat rakyat yang bersimpuh di setiap sisi jalan terutama pada sisi jalan di mana Changyi berdiri segera menjadi gaduh karena puluhan wanita dan gadis segera mendesak maju untuk mendekat ke arah matahari yang turun dari langit dan menjejak bumi dengan segala kecemerlangannya yang sangat indah. Dengan sendirinya rombongan prajurit, kasim, dayang dan juru masak yang berbaris di belakang Changyi dan Pangeran Zhu Di menjadi berhenti pula sementara rombongan di bagian depan terus bergerak maju menyebabkan putusnya barisan yang semula berderet rapi dan rapat.  
Pangeran Zhu Di yang melihat Changyi keluar dari barisan segera pula mengikuti keluar dari barisan lalu, saat ia melihat Changyi berseru pada sesosok remaja bertubuh kecil kurus yang kumal, alis sang pangeran yang sangat cerdas itu segera berkerut dalam. Pandangannya menyapu remaja bertubuh kurus yang dipanggil Changyi dengan sebutan “Adik Chen” itu dengan teliti penuh selidik.
“Kakak, aku mencari bumbu bersama bersama beberapa biksu” jawab Chen ceria dan gembira sambil menunjuk buntalan kain di bahunya. Kedua kakinya kemudian bergerak maju, berusaha menggeser tubuhnya mendekat ke arah Changyi. “Kakak akan kemanakah? Kenapa tidak pernah lagi datang ke kuil?”.
Namun, betapa sulit bagi Chen untuk bergerak maju sebab puluhan wanita dan gadis-gadis yang mendesak maju untuk lebih dekat dengan Changyi menjadi semakin banyak bahkan kini, mulai diiringi oleh seruan-seruan memanggil “Tuan Muda Xu” yang merupakan panggilan Changyi sejak ia menjadi putra dari Panglima Tertinggi Jenderal Xu Da. Dan seolah tak lagi memiliki rasa jengah atau malu, puluhan wanita dan gadis-gadis muda itu berusaha untuk mengulurkan tangan mereka ke arah Changyi seolah ingin menyentuh keindahan yang baru saja turun dari langit dan kini berdiri di depan mereka dalam jarak yang begitu dekat.
Kegaduhan yang terjadi di barisan belakang serta terputusnya barisan pada akhirnya membuat rombongan di bagian depan yang semula terus bergerak akhirnya turut berhenti setelah beberapa prajurit melapor pada Jenderal Lan Yu yang memimpin rombongan. Hanya butuh sedetik bagi Jenderal Lan Yu untuk mengerti dan kemudian, Jenderal Besar yang tak pernah berhenti bersaing dengan Sang Panglima Besar itu segera menggebrak kudanya. Ia sendiri yang melaju ke belakang barisan tempat di mana kegaduhan semakin lama semakin riuh dan barisan rakyat di sisi jalan di mana Changyi berdiri telah menjadi kacau seluruhnya hingga beberapa prajurit turun dari kuda mereka untuk menjadi pagar betis bagi Changyi atas perintah dari Pangeran Zhu Di yang melihat bagaimana para wanita dan gadis-gadis menjadi hilang kendali seluruhnya. Beberapa gadis mulai menjerit dan menangis sambil meneriakkan nama “Tuan Muda Xu”, saling mendorong untuk bisa mencapai tempat di depan dan paling dekat dengan Changyi. Puluhan pasang tangan menggapai-gapai berusaha untuk menyentuh Changyi namun selalu gagal karena beberapa prajurit yang berdiri di depan Changyi segera menepiskan tangan-tangan yang menggapai tersebut.
Changyi merasa bingung dengan kegaduhan yang terjadi di depannya. Ia sungguh tidak menduga bahwa reaksi yang akan diterimanya akan sehebat itu. Sekilas pandangannya menyapu para wanita dan gadis yang berdesak-desakan di depannya dan berusaha untuk menyentuhnya. Beberapa di antara mereka terlihat menangis dan menjerit menyebut namanya. Bahkan kemudian, satu gadis terlihat terguling pingsan setelah terhimpit di antara puluhan wanita dan gadis lain yang terus saling mendesak. Dalam hati Changyi merasa tersentuh  melihat gadis-gadis dan wanita yang terus berusaha untuk mendekat ke arahnya tersebut. Namun di sisi lain, ia juga sungguh tak mengerti, hal apa yang mereka lihat dalam dirinya hingga membuat mereka semua kehilangan kendali dan rasa malu yang biasanya selalu mengikat para wanita dan gadis dalam tindak-tanduk yang penuh sopan santun? Sungguh Changyi tak merasa bahwa dirinya berbeda dengan para pemuda lain. Justru ia selalu merasa bahwa dalam satu atau dua tahun lagi, Pangeran Zhu Di yang menjadi mutiara istana pasti akan segera berbunga sebagai seorang pemuda yang luar biasa dan sangat tampan dan menjadi idaman seluruh gadis di Kerajaan Ming.
Pandangan Changyi melayang ke belakang kerumunan para wanita dan gadis yang terus berkumpul semakin banyak di depannya, mencari-cari sosok Chen yang kini terdesak ke belakang, jauh di belakang. Changyi mulai cemas saat ia melihat sosok Chen yang hilang timbul di antara desakan para wanita dan gadis. Suara jeritan para gadis yang bising dan gaduh membuatnya tak bisa lagi mendengar suara Chen meski ia melihat bibir Chen bergerak seperti mengucapkan sesuatu padanya.
“Adik Chen!...apa yang kau katakan? Aku tidak bisa mendengarmu!...apa yang kau katakan Adik Chen?!” teriak Changyi pada Chen di belakang. Namun suara Changyi segera tenggelam pula digulung oleh suara teriakan dan jerit tangis wanita dan gadis yang hilang kendali. Changyi berusaha untuk maju namun, gerakannya itu justru membuat para wanita dan gadis di depannya menjadi semakin hilang kendali karena mengira bahwa Tuan Muda Xu sedang berusaha untuk mendekat ke arah mereka.
Beberapa prajurit yang menjadi pagar betis mulai kewalahan untuk mencegah desakan para wanita dan gadis yang semakin menggila.
“Tuan Muda…tolong Anda mundur Tuan Muda!” seru salah satu prajurit sambil membentangkan tangannya menahan desakan para wanita dan gadis di depannya.
“Itu benar Tuan Muda. Ini akan menjadi berbahaya untuk Anda” sahut prajurit lain sambil menepiskan tangan-tangan yang menerobos di bawah lengannya berusaha untuk menyentuh ujung pakaian Changyi.
Changyi tertegun. Namun, di saat lain, ia melihat bayangan tubuh Chen kini telah tertutup seluruhnya di balik kumpulan tubuh-tubuh lain yang berhimpitan dan berdesakan untuk maju ke depan. Kaki Changyi menjinjit untuk dapat melihat di mana gerangan Chen, namun hingga ia beberapa detik ia berusaha menjulurkan lehernya, tak juga sosok Chen dapat dilihatnya. Ia hanya melihat sekilas beberapa sosok lelaki berpakaian biksu berkelebat di bagian belakang para wanita dan gadis.
Pangeran Zhu Di menjadi cemas saat melihat keadaan menjadi semakin tak terkendali. Semakin cemas saat dilihatnya Kaisar Ming Tai Zhu yang berada dalam keretanya akhirnya menjulurkan kepalanya dari jendela kereta karena mendengar suara kegaduhan  di bagian belakang dan rombongan berhenti melaju dalam waktu yang cukup lama. Jika Kaisar sampai melihat, maka kejadian ini pasti akan menjadi masalah, mungkin tidak di saat acara perburuan namun setelah nanti pulang ke istana. Sebagai putra sang kaisar, Pangeran Zhu Di hafal  benar karakter dari ayahnya. Karena itulah ia menjadi cemas. Maka dari itu, tangannya segera bergerak memberi isyarat pada Kasim Anta yang tak pernah beranjak dari sisinya.
“Pergi dan beritahu Paman Bohai di  belakang. Katakan padanya untuk membawa Kakak Changyi. Aku tidak mau Yang Mulia Kaisar menjadi marah pada Kakak Changyi dan memberikan hukuman. Cepat!” perintah Pangeran Zhu Di pada telinga Kasim Anta.
“Baik Pangeran” sahut Kasim Anta sambil membungkuk hormat di atas kudanya. Lalu, setengah detik kemudian, kuda sang kasim yang sangat setia itu segera berbalik dan berpacu ke belakang barisan di mana Tamtama Bohai bertugas untuk menutup barisan bersama prajurit penjaga.
Sungguh beruntung bahwa untuk acara perburuan kali ini, Sang Panglima Tertinggi meninggalkan prajurit kepercayaannya untuk mengikuti kegiatan Sang Kaisar. Seolah Sang Panglima Tertinggi telah dapat merasakan bahwa akan terjadi sesuatu pada putra angkat kesayangannya, maka ia meminta Tamtama Bohai untuk menjaga Changyi dari kejauhan. Dan niat hati Jenderal Xu Da itu dapat dibaca oleh kecerdasan Pangeran Zhu Di. Karena itulah, demikian sang pangeran keempat melihat betapa keadaan menjadi semakin tak terkendali dan Kaisar telah melihat kegaduhan yang timbul karena keluarnya Changyi dari barisan dan berdiri di sisi jalan dekat dengan rakyat, maka pangeran Zhu Di segera teringat akan keberadaan Tamtama Bohai di belakang barisan dan maksud tersembunyi dari Sang Panglima Tertinggi mengikutsertakan prajurit kesayangannya dalam acara perburuan kaisar di saat Jenderal Xu Da sendiri tak dapat mengikutinya karena tugas yang diembannya.
Sementara itu, prajurit yang akhirnya turun dan menjadi pagar betis semakin banyak setelah melihat teman mereka kewalahan dalam mencegah para wanita dan gadis-gadis yang hilang kendali itu untuk mendekati Changyi.
Hingga mendadak….
“HENTIKAN!!!!!!!......KALIAN SEMUA TENANG!!!!!!” sebuah bentakan yang sangat keras mengguntur terdengar membuat semua jeritan dan teriakan dari para wanita dan gadis seketika menjadi senyap. Semua mata menatap ke arah sosok tinggi besar yang duduk di atas kudanya dengan raut wajah merah padam penuh amarah.
Para prajurit yang menjadi pagar betis segera berbalik ke arah sosok yang baru saja datang, membungkuk dengan hormat dan kemudian berdiri dengan posisi siap.
Sementara Changyi sendiri menatap sosok yang baru saja datang tersebut dengan raut terkejut. Ada sedikit rasa marah terselip dalam hatinya setiap kali ia teringat bagaimana orang di atas kuda itu telah berusaha untuk membuangnya dari ujian akhir calon prajurit khusus dan juga mengusirnya dari istana lebih dari delapan bulan yang lalu. Namun, meski ada sedikit rasa marah dalam hati Changyi, namun tubuhnya membungkuk juga dengan penuh hormat.
“Tuan Jenderal Lan Yu” panggil Changyi dalam posisi hormatnya. Meski kini ia telah menjadi putra dari Jenderal Xu Da dan diminta untuk memanggil Jenderal Lan Yu maupun para jenderal lain dengan sebutan ‘Paman’ yang lebih mengesankan kekeluargaan sekaligus rasa hormat, namun khusus pada Jenderal Lan Yu, Changyi selalu tak bisa memanggilnya dengan sebutan ‘Paman Lan Yu’ sebagaimana yang diajarkan oleh ayah angkatnya.
“SIAPAPUN YANG BERGERAK DAN MENDESAK KE DEPAN AKAN DI TANGKAP DAN DI HUKUM BERAT!!!!” bentak Jenderal Lan Yu sambil menatap ke arah kerumunan wanita dan gadis-gadis yang seketika mengkerut ketakutan dan dengan cepat bergerak kembali ke belakang, pada garis sisi jalan di mana semula deretan rakyat berlutut untuk menghormati sang kaisar. “TIDAK TAHU MALU!!!”
Para wanita dan gadis terlihat tertunduk dengan tubuh gemetar meskipun beberapa isak tangis masih terdengar.
Sementara Jenderal Lan Yu kemudian berpaling ke arah Changyi dan menatap dengan tatapan tajam nyaris seperti sebilah pedang yang hendak membelah tubuh Changyi dengan sekali tebas.
“Changyi!...apa yang kau lakukan?! Apa kau tidak tahu apa yang sedang kita lakukan sekarang sebagai prajurit?! Apa kau lupa tugasmu?!!! Apa ayahmu tidak mengajarimu dengan baik?!!!!!!!” bentak Jenderal Lan Yu keras.
Changyi mengangkat tubuh dan wajahnya dan menatap ke arah Jenderal Lan Yu dengan tajam. Ia sungguh tidak menginginkan kegaduhan itu akan terjadi. Ia sendiri sama sekali tak menduga akan terjadi keadaan di luar kendali karena para wanita dan gadis yang kehilangan penalaran mereka. Karena itu, ia akan menerima jika Jenderal Lan Yu menyalahkannya atau menjatuhkan hukuman padanya. Namun, ia sungguh tidak dapat menerima saat sang jenderal dari Kementerian Pertahanan itu menyebut Jenderal Xu Da yang berperan dalam membentuk kesalahannya.
“Tuan Jenderal Lan Yu….saya bersalah telah membuat kegaduhan dan merusak perjalanan Yang Mulia Kaisar. Tapi, ayah saya sungguh tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini. Mohon Tuan Jenderal Lan Yu jangan membawa-bawa ayah saya” sahut Changyi dengan nada pelan namun tajam.
“Jika begitu, maka seharusnya kau dapat menjaga nama baik ayahmu bukan? Tapi lihat apa yang kau lakukan? Kau hanya menunjukkan bahwa ayahmu itu tidak bisa mendidikmu dengan baik!” dengus Jenderal Lan Yu dengan keras membuat wajah Changyi semakin memerah.
Remaja berparas elok rupawan itu membuka mulutnya siap untuk menjawab kalimat Jenderal Lan Yu yang pedas dan terasa sangat panas menyengat kedua pendengaran dan hatinya. Namun belum lagi Changyi mengeluarkan sepatah kata dari mulutnya, mendadak sepasang lengan telah memeluk Changyi dari belakang dengan kuat di susul kemudian sebuah tekanan pada punggung yang membuat Changyi membungkuk seolah memberi hormat pada Sang Jenderal Besar dari Kementerian Pertahanan. Sebuah suara yang berat terdengar di belakang kepala Changyi.
“Mohon Jenderal Lan Yu berkenan memaafkan Tuan Muda. Saya yakin Tuan Muda Xu tidak memiliki maksud untuk melanggar tata aturan dalam keprajuritan. Mohon Jenderal Lan Yu dapat mengerti dan memaafkan kecerobohan Tuan Muda Xu” ujar suara yang berdengung di belakang Changyi.
Changyi menoleh dan melihat Tamtama Bohai yang tengah berdiri tepat di sisinya agak sedikit di belakang dan tengah membungkuk pula di depan Jenderal Lan Yu.
“Paman Bohai…aku harus menemui Adik Chen…” bisik Changyi sementara ia masih membungkuk di depan Jenderal Lan Yu.
“Ssst…diamlah Tuan Muda, itu bisa di urus nanti” bisik Tamtama Bohai sambil mengedipkan matanya sebagai isyarat agar Changyi bersabar.
Terdengar suara Jenderal Lan Yu mendengus dengan nada kesal, namun penghormatan dari Tamtama Bohai dan Changyi disertai kalimat permohonan dan pengakuan yang diucapkan oleh Tamtama Bohai telah meredakan kemarahan di ubun-ubunnya.
“Didik dia dengan baik!” cetus Jenderal Lan Yu dengan  nada ketus. “Atau kalau tidak, buang dia jauh-jauh agar tidak menyusahkan semua orang!”.
“Baik Jenderal. Nasihat Jenderal yang sangat bijaksana akan selalu kami ingat dan akan kami laksanakan” sahut Tamtama Bohai dengan nada patuh.
“Kembali ke barisan! Kita harus sampai sebelum matahari tepat di tengah langit!” perintah Jenderal Lan Yu, kali ini tampaknya di tujukan pada semua prajurit bukan hanya pada Tamtama Bohai dan Changyi saja sebelum kemudian, jenderal bertubuh besar yang sebenarnya tampan itu membalikkan kudanya dan kembali berpacu ke depan barisan setelah terlebih dahulu memberikan hormat pada Pangeran Zhu Di yang masih duduk di atas kudanya di temani oleh Kasim Anta yang telah kembali ke sisi sang pangeran keempat.  
Changyi menegakkan tubuhnya dan berbalik menatap Tamtama Bohai. Sepasang matanya kemudian berkelebat menatap ke arah di mana ia semula melihat sosok Chen. Namun, Chen tak lagi ada di tempatnya. Para wanita dan gadis-gadis yang telah kembali ke deretan rakyat di sisi jalan dan berlutut – meski masih tetap terus menatap Changyi – tak lagi menghalangi pandangan mata Changyi sehingga ia bisa mengedarkan matanya dengan bebas ke seluruh penjuru arah. Namun tetap saja, sosok Chen tak terlihat. Demikian pula dengan sosok-sosok lelaki berpakaian biksu yang sempat di lihatnya. Mungkin saja, biksu-biksu tersebut telah membawa Chen pergi sebelum terjadi keributan di luar kendali yang akan menyultr kemarahan Sang Kaisar dan membuat Kaisar menjatuhkan hukuman bagi banyak orang termasuk para biksu dan Chen.
Dan mengingat akan hal tersebut telah menyulut rasa sesal dan sekaligus sedih di hati Changyi.
“Tuan Muda…sebaiknya Tuan Muda sekarang kembali ke barisan dan kita melanjutkan perjalanan sebelum Yang Mulia Kaisar menjadi murka” bisik Tamtama Bohai di telinga Changyi.
Changyi tertunduk namun kepalanya perlahan mengangguk. Tubuhnya bergerak pelan menuju ke arah si Hitam yang masih berdiri dengan gelisah menunggunya lalu, dengan gerakan ringan, Changyi melompat ke atas punggung kudanya dan menggeser kuda yang luar biasa itu kembali pada posisinya di dalam barisan sementara Tamtama Bohai segera naik ke atas kudanya sendiri dan kini, setelah kegaduhan yang terjadi, sang prajurit kepercayaan Panglima Tertinggi itu menempatkan dirinya tepat di belakang Changyi, di sisi Kasim Anta yang berada di belakang Pangeran Zhu Di.
Sejenak kemudian, setelah para prajurit yang semula menjadi pagar betis telah kembali ke barisan mereka, rombongan Kaisar Ming Tai Zhu kembali bergerak melanjutkan perjalanan, meninggalkan para wanita dan gadis yang berlutut di sisi jalan dalam sedu dan ratap tangis mereka saat perlahan bayangan punggung Changyi semakin menjauh untuk kemudian hilang dari pandangan mata mereka.
Sementara itu, Pangeran Zhu Di terlihat menatap ke arah Changyi yang duduk di atas punggung si Hitam dengan kepala tertunduk. Tak ada percakapan di antara keduanya sejak mereka kembali bergerak. Dan hal itu membuat Pangeran Zhu Di menjadi gelisah. Terlebih saat ia melihat mendung di wajah Changyi yang biasa ceria dan gembira. Karena itu, dengan gerak pelan, tangan Pangeran Zhu Di menyenggol lengan Changyi.
“Kakak?” panggil Pangeran Zhu Di sambil melempar senyum manis saat Changyi menegakkan kepalanya dan menatapnya. Di lihatnya Changyi yang membalas senyumnya dengan senyum indah yang sangat dikenalinya. Namun, Pangeran Zhu Di dapat dengan jelas melihat semburat merah di sepasang mata Changyi yang biasanya selalu bening dan jernih dan hal itu memberikan pengertian pada Pangeran Zhu Di bahwa, siapapun orang yang dilihat oleh Changyi sebelumnya, pastilah seseorang yang sangat penting bagi sahabat yang sangat dikagumi dan disukainya itu.
Pangeran Zhu Di bermaksud membuka mulutnya untuk bertanya lebih banyak, namun suara deheman pelan yang berasal dari belakang punggungnya membuat sang pangeran mengurungkan niatnya. Itu adalah suara Kasim Anta yang memberikan isyarat padanya agar menunda apapun yang hendak di ucapkannya pada Changyi setelah kegaduhan yang terjadi. Dan Pangeran Zhu Di percaya pada naluri dari kasimnya itu. Meskipun Kasim Anta seringkali membuatnya bosan, namun ia mengakui bahwa sang kasim setia itu memiliki naluri yang tajam dalam membaca suatu keadaan yang sekiranya kurang menguntungkan atau berbahaya. Karena itu, Pangeran Zhu Di kemudian memutuskan untuk menahan semua pertanyaan dan kalimatnya untuk Changyi setidaknya sampai mereka sampai di lokasi perburuan nanti.
Maka kemudian, sambil terus bergerak, tangan Pangeran Zhu Di terulur dan menepuk bahu Changyi pelan lalu kembali pada tali kekang kudanya.
Dan rombongan Kaisar Ming Tai Zhu terus melaju seiring semakin merambatnya matahari raksasa di langit menaiki singgasananya yang cemerlang.
*************

Tidak ada komentar:

Posting Komentar