Delapan bulan berlalu sejak Changyi menjadi putra
angkat dari Jenderal Xu Da. Meskipun keputusan Jenderal Xu Da mengangkat
Changyi telah dapat diduga oleh semua prajurit, tamtama, pelayan di rumah sang
panglima besar bahkan oleh Jenderal Chang Yu Chun yang terus berkonsentrasi di distrik
pelatihan prajurit yang berada di wilayah timur, namun tak urung, saat pertama
kali Jenderal Xu Da membawa remaja yang cemerlang itu di depan khalayak ramai,
seruan kaget jelas terdengar. Banyak sekali pihak yang merasa senang dengan
keputusan Jenderal Xu Da mengangkat Changyi sebagai putra angkat. Terlebih,
jelas terlihat bahwa meskipun Changyi tidak memiliki ikatan darah dengan sang
panglima besar, namun remaja itu memang pantas untuk menjadi putra dari Jenderal
Xu Da dengan bakat besar yang terlihat jelas memancar dalam diri Changyi.
Prestasi demi prestasi berhasil di raih oleh Changyi membuat remaja tersebut
segera melesat dari bukan siapa-siapa menjadi sebuah bintang yang sangat
cemerlang di langit istana.
Changyi lulus dalam ujian akhir di istana yang
dilakukan langsung oleh Kaisar Ming Tai Zhu sebagai prajurit muda terbaik
dengan nilai tertinggi disusul Lan Fengyin di tempat kedua. Selain daripada
itu, dengan status Changyi sebagai putra Jenderal Xu Da serta atas desakan dari
pangeran keempat, maka Kaisar Ming Tai Zhu mengijinkan Changyi untuk
mempelajari Buku Strategi Perang bersama dengan Pangeran Zhu Di. Hal yang
membuat Jenderal Lan Yu kembali di hantam oleh rasa kecewa. Namun kini, ia
seolah telah mati langkah membuat Jenderal Lan Yu tak memiliki pilihan lain
selain menerima keputusan sang kaisar untuk saat ini. Pernyataan Jenderal Xu Da
bahwa Changyi adalah putranya membuat Jenderal Lan Yu semakin tersudut dalam
rasa persaingan pada sang panglima besar. Terlebih dengan kemenangan besar yang
dibawa oleh Jenderal Xu Da dari Karakorum membuat Sang Kaisar segera menerima
Changyi dengan tangan terbuka sebagai bentuk penghargaan dan hadiah pada Sang
Panglima Besar yang telah membawa kemenangan bagi Dinasti Ming. Ditambah lagi
dengan kedekatan Pangeran Zhu Di yang jelas terlihat sangat senang dengan
masuknya Changyi dalam keluarga sang panglima besar yang juga telah lama
dikaguminya. Hal lain yang membuat Jenderal Lan Yu sangat terkejut adalah saat
akhirnya ia menyadari adanya peran dari sang pangeran keempat dalam
mengembalikan Changyi ke lingkungan istana. Bagaimana sang pangeran kecil itu
bisa mengenal Changyi?. Dari laporan prajurit yang masuk padanya, Jenderal Lan
Yu-pun mengetahui bahwa sang pangeran keempat-lah yang telah memberitahu
Jenderal Xu Da mengenai hukuman yang diterima oleh Changyi dari kaisar sehingga
sang panglima besar tersebut akhirnya memutuskan untuk mengangkat Changyi
sebagai putranya dan menyandangkan nama keluarga Xu di depan nama asli remaja
tersebut.
Apa yang diharapkan oleh Jenderal Lan Yu untuk
menyingkirkan Changyi telah gagal secara total karena peran dari pangeran kecil
yang menjadi mutiara istana membuat Jenderal Lan Yu secara diam-diam memiliki
rasa kesal yang aneh terhadap Pangeran Zhu Di dan terlebih pada Changyi. Namun
kini, ia tak lagi dapat melakukan apapun untuk menyingkirkan Changyi karena
posisi Changyi yang telah menjadi putra dari panglima tertinggi kerajaan
membuat remaja tersebut mendapat tempat yang terhormat di kalangan istana.
Apalagi sejak Changyi kembali ke istana, Pangeran Zhu Di segera menempel pada
remaja tersebut dan bahkan memutuskan meninggalkan istana pangeran untuk
tinggal dalam satu kamar dengan Changyi di asrama/barak prajurit dan
selanjutnya, sang pangeran kecil yang cerdas itu memanggil Changyi dengan
sebutan ‘Kakak’ yang semakin menegaskan kedekatan di antara keduanya. Kaisar
Ming Tai Zhu mengijinkan pangeran kecilnya untuk tinggal dan belajar di sekolah
prajurit khusus karena sang kaisar melihat sendiri perubahan yang terjadi pada
Pangeran Zhu Di sejak bergaul dengan Changyi. Sang mutiara istana itu tak lagi
membuat masalah yang memusingkan semua orang. Tingkah lakunya kini penuh sopan
santun meski nada tegasnya dalam berbicara tak pernah tertinggal. Lebih dari
itu, perkembangan Pangeran Zhu Di dalam berbagai pelajaran baik ketatanegaraan
maupun keprajuritan melesat cepat hingga dalam waktu singkat, sang pangeran
keempat segera menjadi bintang yang cemerlang di istana bersama dengan Changyi,
mengungguli para pangeran lain terlebih pangeran mahkota yang justru lebih
menyukai kehidupan sederhana dan sering menghilang untuk bergaul dengan rakyat
di luar tembok istana.
Kini, semua orang di istana segera mengenal adanya
dua remaja yang sangat cemerlang. Yang pertama adalah Pangeran Zhu Di yang
mendapat julukan sebagai mutiara istana karena merupakan pangeran yang sangat
disayangi oleh semua orang mulai dari Kaisar Ming Tai Zhu hingga pelayan dan
juru masak. Sedang yang kedua adalah Xu Changyi, putra angkat dari Sang
Panglima Tertinggi Jenderal Xu Da. Remaja yang dalam waktu singkat segera
merebut hati seluruh gadis dan wanita di istana maupun di luar tembok istana
dengan wajah dan penampilannya yang nyaris sempurna serta prestasinya yang
sangat cemerlang. Bahkan kemudian Changyi mendapat julukan sebagai sang
matahari kecil. Hal yang diam-diam membuat Jenderal Xu Da merasa bangga pada
putra angkatnya tersebut. Meskipun di sisi lain, keputusan Jenderal Xu Da mengangkat Changyi
sebagai bagian dari keluarga telah membuat Nyonya Xu Da kembali merajuk dalam
rasa kesal. Namun, biarpun Nyonya Xu Da belum bisa menerima keputusan suaminya,
tapi sikap Changyi yang sangat sopan, rendah hati dan penuh hormat serta
terangkatnya nama Nyonya Xu secara tidak langsung karena kemahsyuran Changyi sebagai
sang matahari kecil baik di dalam istana maupun di luar istana membuat wanita
yang sangat cantik dan lembut itu memilih untuk diam dan tidak menunjukkan
ketidak setujuannya di depan Jenderal Xu Da maupun Changyi. Apalagi, meskipun
Changyi telah menjadi putra angkat Jenderal Xu Da, namun remaja tersebut selalu
memilih untuk tinggal di asrama prajurit bersama dengan sang pangeran keempat
sehingga Nyonya Xu tidak selalu bertemu dengan Changyi.
Tetapi, kecemerlangan Changyi dan Pangeran Zhu Di
telah menciptakan keretakan yang tersembunyi dalam hati Lan Fengyin dan
saudara-saudaranya yang seolah terkubur dan sama sekali tak dikenal baik di
kalangan istana apalagi di luar istana. Kelima bersaudara tersebut kemudian
justru semakin sewenang-wenang dalam sikap mereka, yang sesungguhnya hanya
karena keinginan untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
Sementara Jenderal Lan Yu semakin jauh dari
Jenderal Xu Da. Bahkan kini, persaingan di antara dua jenderal besar tersebut
telah terlihat secara nyata, menciptakan dua kelompok yang saling berseteru. Dan
persaingan yang semakin nyata tersebut justru membuat Jenderal Xu Da menjadi
tegas dalam bertindak. Sebagaimana yang telah dijanjikan sebelumnya, Jenderal
Xu Da kemudian mengambil alih Jenderal Chang Yu Chun kembali pada kesatuan
prajurit di bawah naungannya meskipun Jenderal Chang Yu Chun masih tetap
bertugas di distrik pelatihan prajurit di wilayah timur. Namun, dengan masuknya
Jenderal Chang Yu Chun pada kubu Jenderal Xu Da, maka dengan sendirinya
menegaskan bahwa wilayah distrik timur
telah pula menjadi wilayah di bawah komando Jenderal Xu Da dan hal ini semakin
memanaskan hati Jenderal Lan Yu. Terlebih, dengan kemenangan-kemenangan yang
telah diraih oleh Jenderal Xu Da dan dipersembahkan pada Kaisar Ming Tai Zhu
membuat Sang Kaisar memberikan tempat khusus di hati sang panglima tertinggi
kerajaan tersebut sehingga apapun keinginan Jenderal Xu Da nyaris selalu
dikabulkan oleh Kaisar. Karena itu, di saat-saat Sang Panglima Tertinggi sedang
bertugas keluar dari istana untuk tujuan ekspedisi di wilayah-wilayah Tiongkok,
maka Jenderal Lan Yu menggunakan waktu tersebut untuk mendekati Kaisar Ming Tai
Zhu dalam upaya merebut perhatian dan hati sang Kaisar.
Kaisar Ming Tai Zhu sesungguhnya mengerti dan
mengetahui adanya perpecahan yang terjadi di antara Jenderal Lan Yu dengan
Panglima Besar Jenderal Xu Da, namun, karena sang kaisar menyadari bahwa ia
masih sangat membutuhkan baik Jenderal Lan Yu dan terutama Jenderal Xu Da yang
sudah seperti kakak baginya, maka ia tidak mengambil tindakan apapun. Tetapi,
melihat bahwa kekuatan militer kini telah pula pecah menjadi dua kubu antara
kubu yang berada di bawah komando Jenderal Xu Da dan kubu yang berada di bawah
kewenangan Kementerian Pertahanan yang merupakan wilayah Jenderal Lan Yu, secara
diam-diam menimbulkan kecemasan di hati Sang Kaisar. Rasa cemas bahwa pada
akhirnya, kekuatan militer yang terlihat sangat tunduk pada perintah dari
pimpinan mereka, akhirnya akan membahayakan kedudukannya sebagai seorang
kaisar. Terlebih saat sang kaisar melihat sendiri betapa tinggi loyalitas para
prajurit pada jenderal mereka. Seperti loyalitas yang ditunjukkan oleh Tamtama
Bohai pada Jenderal Xu Da dan loyalitas anak-anak angkat Jenderal Lan Yu pada
ayah mereka yang semakin mengentalkan rasa cemas di hati Kaisar Ming Tai Zhu.
Apakah pada akhirnya, para prajurit itu akan lebih taat pada jenderal mereka
daripada ketaatan pada Kaisar?.
Rasa cemas tersebut perlahan mulai menetap dalam
hati Kaisar Ming Tai Zhu meskipun sang kaisar seringkali berusaha menepisnya dan dalam
keadaan sibuk, ia melupakan kecemasannya itu. Namun di kala malam tiba, sang
kaisar seringkali teringat pada kecemasan-kecemasan yang sulit untuk
diungkapkannya pada siapapun karena rasa malu jika hal itu di ketahui oleh
orang lain. Dan secara perlahan, kecemasan yang tak terungkapkan itu mulai
merebut waktu istirahat sang kaisar di malam hari membuat Kaisar Ming Tai Zhu
sedikit demi sedikit mulai dihinggapi penyakit sulit tidur.
Maka, saat ia melihat bakat-bakat Changyi yang
luar biasa, segera timbul keinginan dalam hati Kaisar untuk membawa Changyi
masuk dalam lingkaran kekuasaannya serta menjauhkannya dari loyalitas tanpa
batas pada ayah angkat maupun orang lain selain kaisar. Karena itu, Kaisar Ming
Tai Zhu terus melibatkan Changyi dalam setiap kegiatan-kegiatan kaisar yang
bersifat di luar urusan negara seperti kegiatan berburu, mengunjungi
distrik-distrik pelatihan prajurit serta menciptakan senjata-senjata baru di
tempat penempaan besi. Tentu saja bersama dengan Pangeran Zhu Di. Justru
kemudian, terlihat bahwa Sang Kaisar dengan sengaja membuat agar kedekatan
antara Changyi dan Pangeran Zhu Di semakin erat dan kuat. Hal lain yang menjadi
tujuan Kaisar Ming Tai Zhu adalah dengan merengkuh Changyi dalam lingkaran kekuasaannya,
maka ia akan dapat merengkuh Jenderal Xu Da dalam genggamannya pula karena ia
melihat dengan jelas sebesar apa kebanggaan sang panglima tertinggi kerajaan
pada putra angkat yang sangat cemerlang itu.
Sangat berbeda halnya dengan Lan Fengyin dan saudara-saudaranya
yang menjadi anak angkat dari Jenderal Lan Yu dimana kelima bersaudara tersebut
justru telah membuat Kaisar Ming Tai Zhu memendam kekecewaan saat dengan
jelas-jelas Fengyin dan saudara-saudaranya tidak melaksanakan perintahnya
sebelum mendapatkan persetujuan dari Jenderal Lan Yu yang merupakan ayah angkat
mereka. Dan kekecewaan yang terpendam ini membuat Sang Kaisar dengan sendirinya
menyisihkan Lan Fengyin dan adik-adiknya.
Jenderal Xu Da sendiri sesungguhnya menyadari
kecemasan yang di rasakan oleh Kaisar Ming Tai Zhu meskipun sang kaisar tidak
secara langsung mengungkapkan padanya. Kedekatan di antara dirinya dengan sang
kaisar membuat Jenderal Xu Da dapat memahami Kaisar Ming Tai Zhu meski tanpa
kata-kata. Karena itu, sang jenderal besar tersebut dengan sengaja membiarkan
Changyi masuk dalam lingkaran Kaisar dan banyak terlibat dalam
kegiatan-kegiatan pribadi Kaisar Ming Tai Zhu di luar urusan negara. Meskipun
hal itu berarti membuat dirinya-pun telah masuk dalam genggaman kekuasaan Kaisar
Ming Tai Zhu. Tetapi, mengingat perjalanan persahabatan yang telah terjalin
begitu lama dalam menempuh kesulitan dalam perjuangan bersama-sama, Jenderal Xu
Da merasa rela berada dalam genggaman kekuasaan kaisar hingga loyalitasnya pada
sang kaisar menjadi sangat tinggi nyaris tak berbatas lagi.
Seperti yang terjadi saat ini.
Untuk kesekian kalinya, Changyi diundang oleh
Kaisar untuk ikut dalam perburuan musim semi di hutan yang ada di wilayah
selatan luar Ibukota Yingtian.
Rombongan Kaisar Ming Tai Zhu meninggalkan gerbang
istana pada pagi-pagi sekali saat matahari belum lagi sepenuhnya memunculkan
sinarnya di langit. Meskipun tidak ada pemberitahuan bahwa pada hari ini Kaisar
akan pergi berburu, namun rakyat telah banyak menantikan pemimpin mereka dan berdiri
berjajar di sepanjang jalan yang akan dilalui oleh rombongan sang kaisar.
Changyi duduk di atas punggung si Hitam yang telah
menjadi miliknya sebagaimana janji Jenderal Xu Da dulu. Jenderal Xu Da sendiri
segera mendapat ganti kuda lain yang tak kalah hebat dengan si Hitam meskipun
pamornya masih jauh dari si Hitam yang telah merasakan puluhan kali peperangan
bersama dengan Jenderal Besar Xu Da.
Sang remaja putra Jenderal Xu Da itu kini benar-benar
terlihat bersinar dalam seragam prajuritnya yang gagah. Penampilannya yang
bersih dan rapi semakin memancarkan keelokan rupanya yang tak tercela. Setelah
ia menjadi putra angkat Jenderal Xu Da, maka Sang Panglima Tertinggi segera
memenuhi seluruh kebutuhan Changyi termasuk dalam pakaian yang pantas untuk dikenakan
oleh putra seorang jenderal. Rambut Changyi yang semula hanya di ikat biasa
dengan sehelai tali dari jalinan rumput kini telah di tata dalam tatanan yang
bagus dan indah dengan ikat rambut dari kepingan emas yang ditempa hingga
membentuk sebuah lempengan tipis dengan symbol matahari pada bagian depannya.
Terdapat potongan pucuk sehelai bulu Burung Merak di selipkan diikat kepala
Changyi dan memendarkan cahaya redup berwarna hijau biru. Jenderal Xu Da
sendiri yang memesan ikat kepala tersebut dan entah kenapa, symbol matahari di
ikat rambut itu di buat oleh Sang Panglima Tertinggi seolah hendak menegaskan
keberadaan Changyi sebagai sang matahari kecil dengan sinarnya yang cemerlang
sekaligus hangat. Rambut Changyi yang hitam dan panjang sebagian terurai
melewati bahu dengan anak-anak rambut sebagian menjuntai di kening dan
pelipisnya yang indah. Itupun, Jenderal Xu Da yang meminta agar Changyi tidak
mengepang rambutnya sebagaimana tatanan rambut para lelaki pada Dinasti Yuan.
Sementara Jenderal Xu Da sendiri selalu menggelung rambutnya ke atas dan
mengikatnya dengan lempengan baja yang sangat kuat, dalam warna perak cemerlang
yang kemilau. Tatanan rambut yang sama yang di lakukan oleh Kaisar Ming Tai Zhu
di balik mahkota rajanya yang indah.
Dan tatanan rambut Changyi yang berbeda itu segera
di tiru oleh banyak remaja dan generasi muda bahkan menjadi tatanan rambut yang
sangat terkenal sebagaimana kemasyuran Changyi yang melesat sebagai matahari
kecil Sang Panglima Tertinggi. Terlebih, Pangeran Zhu Di yang sama-sama
terkenal sebagai mutiara istana-pun menata rambutnya sebagaimana Changyi dengan
ikat kepala berhias batu mutiara, yang seolah hendak menegaskan pula kedudukan
sang pangeran keempat sebagai mutiara dari istana yang menjadi kesayangan semua
orang.
Changyi memegang tali kekang si Hitam dengan
tenang sementara di depannya barisan prajurit khusus dalam senjata lengkap
berderap mengiringi kereta yang membawa Kaisar Ming Tai Zhu dan Permaisuri Ma
Xiuying. Di depan kereta yang membawa Kaisar dan ratu, terdapat rombongan
prajurit khusus dalam persenjataan lengkap pula dan di pimpin oleh Jenderal Lan
Yu. Jenderal Xu Da tidak ikut dalam perburuan kali ini karena tengah memeriksa
distrik-distrik pelatihan prajurit di seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Ming. Di
sisi kiri dan kanan Jenderal Lan Yu terlihat Lan Fengyin dan Lan Dingziang.
Entah kemana tiga saudara Fengyin yang lain, namun kedua remaja tersebut
terlihat gagah pula dalam seragam prajurit mereka.
Changyi berkuda tanpa mengucapkan kata-kata. Sinar
wajahnya yang cemerlang terlihat semakin berkilau oleh cahaya mentari pagi yang
muncul di langit sementara di sisi kanannya terlihat Pangeran Zhu Di di atas
kuda coklat yang besar dan gagah. Sang pangeran keempat yang berwajah tampan
itu terlihat ceria dan sesekali melambaikan tangannya pada setiap penduduk yang
berlutut di sepanjang jalan dan meneriakkan namanya dalam doa panjang umur dan
kejayaan setelah meneriakkan nama sang kaisar dan ratu. Senyum mengembang di
wajah sang pangeran keempat sementara sepasang matanya sesekali berputar
menatap ke sekeliling. Di belakang mereka masih panjang rombongan prajurit dan
juru masak yang membawa pedati berisi perbekalan dan alat masak.
Pangeran Zhu Di menoleh ke arah Changyi dan
sejenak memperhatikan wajah remaja yang berkuda di sisinya itu. Lalu, tangan
kiri Pangeran Zhu Di bergerak menepuk lengan Changyi.
“Kakak?” panggil Pangeran Zhu Di membuat Changyi
menoleh.
“Ada apa Pangeran?” sahut Changyi tersenyum.
Pangeran Zhu Di mengangkat satu alisnya sambil
mencondongkan tubuhnya ke arah Changyi. Senyum simpulnya telah merebak dengan
indah sebelum kalimatnya meluncur dengan nada ringan menggoda.
“Apakah Kakak baik-baik saja?” tanya Pangeran Zhu
Di kemudian.
Changyi mengerutkan alisnya. Sepasang matanya
menatap Pangeran Zhu Di, lalu kepalanya mengangguk.
“Saya baik-baik saja Pangeran. Kenapa Anda
bertanya seperti itu?” jawab Changyi sebelum kemudian balik bertanya.
“Benarkan Kakak baik-baik saja? Tidak merasakan
sakit sama sekali?” tanya Pangeran Zhu Di membuat kerut di dahi halus Changyi
semakin dalam.
“Saya tidak merasa sakit Pangeran. Tidak…setahu
saya tidak” jawab Changyi kembali dengan nada lebih tegas dan yakin.
Namun Pangeran Zhu Di justru tertawa hingga
menampakkan deretan giginya yang putih dan rapi.
“Bagaimana Kakak tidak merasa sakit dengan tubuh
penuh lubang seperti itu?” seloroh Pangeran Zhu Di sambil menggerak-gerakkan
sepasang alisnya. Rautnya yang usil dan jenaka membuat Changyi tertawa juga
namun bahunya mengerdik dengan ekspresi menyerah.
“Coba Kakak lihat sekeliling” bisik Pangeran Zhu
Di membuat Changyi mau tak mau mengedarkan pandang matanya ke sekeliling juga.
“Apakah Kakak tidak merasa sakit dengan sekian banyak mata yang melubangi tubuh
Kakak seperti itu? Benar tidak sakit?”.
Changyi yang menatap ke sekeliling akhirnya
menyadari apa yang dimaksud oleh Pangeran Zhu Di. Deretan rakyat yang berlutut
di sisi kiri dan kanan jalan terlihat pepat. Ia baru saja mengetahui betapa
rapat dan penuhnya rakyat yang keluar dari rumah hanya untuk melihat rombongan
Kaisar pergi berburu. Dan kerut di alis Changyi segera menghilang saat ia
melihat begitu banyak wanita dan gadis di deretan rakyat yang berlutut
tersebut. Dan setiap dari mereka semua tengah menatap ke arahnya. Changyi
mengedarkan pandangannya ke setiap sisi jalan dan menemui hal sama. Pandangan
malu-malu dari setiap gadis dan wanita yang tengah menatap ke arah rombongan.
Padanya? Ah…Changyi tak ingin merasa berbesar hati. Bukankah di sisinya tengah
duduk dengan gagah seorang pangeran kesayangan yang sangat tampan dan berbinar
cemerlang?
Mendadak, satu dari gadis yang berlutut di sisi
jalan sebelah kanan melambaikan tangan dengan senyum malu-malu dan sepasang
pipi memerah. Changyi tersenyum tepat bersamaan dengan sodokan Pangeran Zhu Di
pada lengannya. Changyi menoleh.
“Kakak mengerti sekarang? Bagaimana bisa tubuh
Kakak di penuhi lubang?” tanya Pangeran Zhu Di dengan senyum miring khasnya.
“Mungkin yang dipenuhi lubang bukan tubuh saya
Pangeran, tapi tubuh Anda” sahut Changyi sambil tertawa kecil.
Sepasang mata Pangeran Zhu Di membesar sesaat.
Lalu, dengan ekspresi nyaris kikuk, sang pangeran kecil tersebut menoleh ke
arah para gadis dan wanita di setiap sisi jalan. Terlihat beberapa
wanita dan gadis yang berlari-lari kecil mengikuti arah rombongan bergerak.
Pangeran Zhu Di kembali menepuk lengan Changyi.
“Kakak, lihatlah para wanita dan gadis itu!”
serunya dalam nada berbisik sambil mengerling ke belakang membuat Changyi segera mengikuti arah
pandangan mata Pangeran Zhu Di. “Lihatlah, mereka bergerak mengikuti kita dan
mereka memilih untuk berada di sisi jalan sebelah kiri. Jadi itu artinya,
mereka semua tengah memperhatikan Kakak…bukan aku”.
Changyi tertawa. Kali ini dengan nada lepas yang
justru semakin menguatkan pesonanya. Sepasang matanya menatap ke arah Pangeran
Zhu Di dengan gemas sementara sang pangeran kecil tersenyum penuh kemenangan.
Rombongan terus bergerak. Changyi tak
lagi banyak berbicara meski ia terus menjawab setiap pertanyaan dari Pangeran
Zhu Di. Matahari mulai menampakkan dirinya dengan binar yang sangat cerah saat
rombongan telah meninggalkan batas Ibukota Yingtian dan kini menyusuri jalan
yang menghubungkan antara ibukota kerajaan dengan desa-desa di sekitarnya. Rakyat masih berkumpul di sepanjang jalan yang dilalui oleh rombongan Kaisar.
Pangeran Zhu Di masih terus berceloteh dan berbicara tentang banyak hal
sementara Changyi lebih banyak sekedar menanggapi dan sesekali, keduanya
tertawa saat terdapat hal-hal lucu yang diucapkan oleh Pangeran Zhu Di.
Hingga mendadak….
“Kakak!” sebuah suara panggilan terdengar di
antara deretan rakyat yang berlutut di sepanjang jalan.
Suara yang tidak keras karena diteriakkan dengan
balutan keraguan bila saja orang yang dipanggil ternyata tak mengenali.
Namun, meski, hanya sekejab, dan tidak keras,
namun suara panggilan tersebut bagaikan sebuah magnet berkekuatan super dahsyat
yang menarik Changyi membuat remaja berparas rupawan itu seketika, nyaris tanpa
sadar, menarik tali kekang si Hitam membuat kuda hitam yang sangat termasyur
sebagaimana tuan kecilnya itu seketika meringkik karena kaget dan nyaris mengangkat
dua kaki depannya ke atas membuat beberapa prajurit segera menggerakkan kuda
mereka keluar dari barisan agar tidak terhantam pukulan dua kaki depan si Hitam
yang sangat kuat. Sesaat suasana menjadi agak gaduh.
Pangeran Zhu Di menatap Changyi dengan ekspresi
tak kalah kaget dan sekaligus heran. Sejenak kemudian, pandangannya beredar ke
sekeliling karena ia-pun sempat mendengar suara panggilan sekejab yang berasal
dari deretan rakyat di sisi jalan. Namun, hingga beberapa saat berlalu,
Pangeran Zhu Di tak juga menemukan seserang yang terlihat mencurigakan hingga
mampu memecahkan konsentrasi seorang Changyi yang ia tahu sangat fokus dalam
setiap kegiatan maupun belajarnya tersebut.
“Kakak, ada apa?” tanya Pangeran Zhu Di pada
Changyi saat dilihatnya Changyi membelokkan si Hitam keluar dari barisan dan
kini, remaja berparas elok rupawan itu berdiri di sisi jalan, dalam arah
berlawanan dengan arah gerak rombongan kaisar dan prajurit. Sepasang matanya
yang jernih dan indah berkelebat cepat dan nanar meneliti di antara kerumunan
rakyat yang memenuhi sisi jalan. Menanti-nanti datangnya panggilan sekejab yang
di dengarnya sedetik lalu.
“Kakak!” suara panggilan yang dinanti Changyi
akhirnya terdengar membuat Changyi seketika mengarahkan pandangan matanya pada
arah asal suara. Dan hanya butuh waktu sekejab pula bagi Changyi untuk
menemukan asal suara.
“Adik Chen?” panggil Changyi membalas panggilan
yang di dengarnya seraya menatap sesosok remaja lain yang berdiri di bagian
belakang barisan rakyat. Sosok remaja yang akan selalu dikenalinya dan selalu
tinggal dalam ruang ingatan Changyi meski kini ia telah tinggal di kalangan
terhormat sebagai putra seorang Jenderal Besar. Sosok remaja bertubuh kurus dan
kecil dalam balutan pakaian kumal dengan beberapa tambalan yang telah membuat
Changyi selalu mendapatkan semangat untuk berjuang. Sepasang mata Changyi
melebar dengan binar berpendar di kedua matanya. Binar yang menyiratkan
kerinduan mendalam pada sosok berpakaian kumal beberapa tombak di depannya.
“Kakak!...Kakak Changyi!” seru sosok remaja
bertubuh kecil dan kurus yang dikenali sebagai Chen. Terdengar nada gembira
dalam seruan Chen saat melihat bahwa ternyata Changyi mengenalinya dan ia
memang tidak salah lihat. “Kakak gagah sekali….dan sangat…..”
“Adik Chen!...kenapa kau di sini? Dengan siapa kau
di sini?” tanya Changyi memotong perkataan Chen. Remaja itu kini telah melompat
turun dari atas punggung si Hitam dan berdiri di sisi jalan membuat rakyat yang
bersimpuh di setiap sisi jalan terutama pada sisi jalan di mana Changyi berdiri
segera menjadi gaduh karena puluhan wanita dan gadis segera mendesak maju untuk
mendekat ke arah matahari yang turun dari langit dan menjejak bumi dengan
segala kecemerlangannya yang sangat indah. Dengan sendirinya rombongan
prajurit, kasim, dayang dan juru masak yang berbaris di belakang Changyi dan
Pangeran Zhu Di menjadi berhenti pula sementara rombongan di bagian depan terus
bergerak maju menyebabkan putusnya barisan yang semula berderet rapi dan rapat.
Pangeran Zhu Di yang melihat Changyi keluar dari
barisan segera pula mengikuti keluar dari barisan lalu, saat ia melihat Changyi
berseru pada sesosok remaja bertubuh kecil kurus yang kumal, alis sang pangeran
yang sangat cerdas itu segera berkerut dalam. Pandangannya menyapu remaja
bertubuh kurus yang dipanggil Changyi dengan sebutan “Adik Chen” itu dengan
teliti penuh selidik.
“Kakak, aku mencari bumbu bersama bersama beberapa
biksu” jawab Chen ceria dan gembira sambil menunjuk buntalan kain di bahunya. Kedua
kakinya kemudian bergerak maju, berusaha menggeser tubuhnya mendekat ke arah
Changyi. “Kakak akan kemanakah? Kenapa tidak pernah lagi datang ke kuil?”.
Namun, betapa sulit bagi Chen untuk bergerak maju
sebab puluhan wanita dan gadis-gadis yang mendesak maju untuk lebih dekat
dengan Changyi menjadi semakin banyak bahkan kini, mulai diiringi oleh
seruan-seruan memanggil “Tuan Muda Xu” yang merupakan panggilan Changyi sejak
ia menjadi putra dari Panglima Tertinggi Jenderal Xu Da. Dan seolah tak lagi
memiliki rasa jengah atau malu, puluhan wanita dan gadis-gadis muda itu
berusaha untuk mengulurkan tangan mereka ke arah Changyi seolah ingin menyentuh
keindahan yang baru saja turun dari langit dan kini berdiri di depan mereka
dalam jarak yang begitu dekat.
Kegaduhan yang terjadi di barisan belakang serta
terputusnya barisan pada akhirnya membuat rombongan di bagian depan yang semula
terus bergerak akhirnya turut berhenti setelah beberapa prajurit melapor pada Jenderal
Lan Yu yang memimpin rombongan. Hanya butuh sedetik bagi Jenderal Lan Yu untuk
mengerti dan kemudian, Jenderal Besar yang tak pernah berhenti bersaing dengan
Sang Panglima Besar itu segera menggebrak kudanya. Ia sendiri yang melaju ke
belakang barisan tempat di mana kegaduhan semakin lama semakin riuh dan barisan
rakyat di sisi jalan di mana Changyi berdiri telah menjadi kacau seluruhnya
hingga beberapa prajurit turun dari kuda mereka untuk menjadi pagar betis bagi
Changyi atas perintah dari Pangeran Zhu Di yang melihat bagaimana para wanita
dan gadis-gadis menjadi hilang kendali seluruhnya. Beberapa gadis mulai
menjerit dan menangis sambil meneriakkan nama “Tuan Muda Xu”, saling mendorong
untuk bisa mencapai tempat di depan dan paling dekat dengan Changyi. Puluhan
pasang tangan menggapai-gapai berusaha untuk menyentuh Changyi namun selalu
gagal karena beberapa prajurit yang berdiri di depan Changyi segera menepiskan
tangan-tangan yang menggapai tersebut.
Changyi merasa bingung dengan kegaduhan yang
terjadi di depannya. Ia sungguh tidak menduga bahwa reaksi yang akan
diterimanya akan sehebat itu. Sekilas pandangannya menyapu para wanita dan gadis
yang berdesak-desakan di depannya dan berusaha untuk menyentuhnya. Beberapa di
antara mereka terlihat menangis dan menjerit menyebut namanya. Bahkan kemudian,
satu gadis terlihat terguling pingsan setelah terhimpit di antara puluhan
wanita dan gadis lain yang terus saling mendesak. Dalam hati Changyi merasa
tersentuh melihat gadis-gadis dan wanita
yang terus berusaha untuk mendekat ke arahnya tersebut. Namun di sisi lain, ia
juga sungguh tak mengerti, hal apa yang mereka lihat dalam dirinya hingga
membuat mereka semua kehilangan kendali dan rasa malu yang biasanya selalu
mengikat para wanita dan gadis dalam tindak-tanduk yang penuh sopan santun? Sungguh
Changyi tak merasa bahwa dirinya berbeda dengan para pemuda lain. Justru ia
selalu merasa bahwa dalam satu atau dua tahun lagi, Pangeran Zhu Di yang menjadi
mutiara istana pasti akan segera berbunga sebagai seorang pemuda yang luar
biasa dan sangat tampan dan menjadi idaman seluruh gadis di Kerajaan Ming.
Pandangan Changyi melayang ke belakang kerumunan para
wanita dan gadis yang terus berkumpul semakin banyak di depannya, mencari-cari
sosok Chen yang kini terdesak ke belakang, jauh di belakang. Changyi mulai
cemas saat ia melihat sosok Chen yang hilang timbul di antara desakan para
wanita dan gadis. Suara jeritan para gadis yang bising dan gaduh membuatnya tak
bisa lagi mendengar suara Chen meski ia melihat bibir Chen bergerak seperti
mengucapkan sesuatu padanya.
“Adik Chen!...apa yang kau katakan? Aku tidak bisa
mendengarmu!...apa yang kau katakan Adik Chen?!” teriak Changyi pada Chen di
belakang. Namun suara Changyi segera tenggelam pula digulung oleh suara
teriakan dan jerit tangis wanita dan gadis yang hilang kendali. Changyi
berusaha untuk maju namun, gerakannya itu justru membuat para wanita dan gadis
di depannya menjadi semakin hilang kendali karena mengira bahwa Tuan Muda Xu
sedang berusaha untuk mendekat ke arah mereka.
Beberapa prajurit yang menjadi pagar betis mulai
kewalahan untuk mencegah desakan para wanita dan gadis yang semakin menggila.
“Tuan Muda…tolong Anda mundur Tuan Muda!” seru
salah satu prajurit sambil membentangkan tangannya menahan desakan para wanita
dan gadis di depannya.
“Itu benar Tuan Muda. Ini akan menjadi berbahaya
untuk Anda” sahut prajurit lain sambil menepiskan tangan-tangan yang menerobos
di bawah lengannya berusaha untuk menyentuh ujung pakaian Changyi.
Changyi tertegun. Namun, di saat lain, ia melihat
bayangan tubuh Chen kini telah tertutup seluruhnya di balik kumpulan
tubuh-tubuh lain yang berhimpitan dan berdesakan untuk maju ke depan. Kaki
Changyi menjinjit untuk dapat melihat di mana gerangan Chen, namun hingga ia
beberapa detik ia berusaha menjulurkan lehernya, tak juga sosok Chen dapat dilihatnya.
Ia hanya melihat sekilas beberapa sosok lelaki berpakaian biksu berkelebat di
bagian belakang para wanita dan gadis.
Pangeran Zhu Di menjadi cemas saat melihat keadaan
menjadi semakin tak terkendali. Semakin cemas saat dilihatnya Kaisar Ming Tai
Zhu yang berada dalam keretanya akhirnya menjulurkan kepalanya dari jendela
kereta karena mendengar suara kegaduhan
di bagian belakang dan rombongan berhenti melaju dalam waktu yang cukup
lama. Jika Kaisar sampai melihat, maka kejadian ini pasti akan menjadi masalah,
mungkin tidak di saat acara perburuan namun setelah nanti pulang ke istana. Sebagai
putra sang kaisar, Pangeran Zhu Di hafal
benar karakter dari ayahnya. Karena itulah ia menjadi cemas. Maka dari itu,
tangannya segera bergerak memberi isyarat pada Kasim Anta yang tak pernah
beranjak dari sisinya.
“Pergi dan beritahu Paman Bohai di belakang. Katakan padanya untuk membawa Kakak
Changyi. Aku tidak mau Yang Mulia Kaisar menjadi marah pada Kakak Changyi dan
memberikan hukuman. Cepat!” perintah Pangeran Zhu Di pada telinga Kasim Anta.
“Baik Pangeran” sahut Kasim Anta sambil membungkuk
hormat di atas kudanya. Lalu, setengah detik kemudian, kuda sang kasim yang
sangat setia itu segera berbalik dan berpacu ke belakang barisan di mana
Tamtama Bohai bertugas untuk menutup barisan bersama prajurit penjaga.
Sungguh beruntung bahwa untuk acara perburuan kali
ini, Sang Panglima Tertinggi meninggalkan prajurit kepercayaannya untuk
mengikuti kegiatan Sang Kaisar. Seolah Sang Panglima Tertinggi telah dapat
merasakan bahwa akan terjadi sesuatu pada putra angkat kesayangannya, maka ia
meminta Tamtama Bohai untuk menjaga Changyi dari kejauhan. Dan niat hati
Jenderal Xu Da itu dapat dibaca oleh kecerdasan Pangeran Zhu Di. Karena itulah,
demikian sang pangeran keempat melihat betapa keadaan menjadi semakin tak terkendali
dan Kaisar telah melihat kegaduhan yang timbul karena keluarnya Changyi dari
barisan dan berdiri di sisi jalan dekat dengan rakyat, maka pangeran Zhu Di segera
teringat akan keberadaan Tamtama Bohai di belakang barisan dan maksud
tersembunyi dari Sang Panglima Tertinggi mengikutsertakan prajurit
kesayangannya dalam acara perburuan kaisar di saat Jenderal Xu Da sendiri tak
dapat mengikutinya karena tugas yang diembannya.
Sementara itu, prajurit yang akhirnya turun dan menjadi
pagar betis semakin banyak setelah melihat teman mereka kewalahan dalam
mencegah para wanita dan gadis-gadis yang hilang kendali itu untuk mendekati Changyi.
Hingga mendadak….
“HENTIKAN!!!!!!!......KALIAN SEMUA TENANG!!!!!!”
sebuah bentakan yang sangat keras mengguntur terdengar membuat semua jeritan
dan teriakan dari para wanita dan gadis seketika menjadi senyap. Semua mata
menatap ke arah sosok tinggi besar yang duduk di atas kudanya dengan raut wajah
merah padam penuh amarah.
Para prajurit yang menjadi pagar betis segera
berbalik ke arah sosok yang baru saja datang, membungkuk dengan hormat dan
kemudian berdiri dengan posisi siap.
Sementara Changyi sendiri menatap sosok yang baru
saja datang tersebut dengan raut terkejut. Ada sedikit rasa marah terselip
dalam hatinya setiap kali ia teringat bagaimana orang di atas kuda itu telah
berusaha untuk membuangnya dari ujian akhir calon prajurit khusus dan juga
mengusirnya dari istana lebih dari delapan bulan yang lalu. Namun, meski ada
sedikit rasa marah dalam hati Changyi, namun tubuhnya membungkuk juga dengan
penuh hormat.
“Tuan Jenderal Lan Yu” panggil Changyi dalam
posisi hormatnya. Meski kini ia telah menjadi putra dari Jenderal Xu Da dan diminta
untuk memanggil Jenderal Lan Yu maupun para jenderal lain dengan sebutan ‘Paman’
yang lebih mengesankan kekeluargaan sekaligus rasa hormat, namun khusus pada
Jenderal Lan Yu, Changyi selalu tak bisa memanggilnya dengan sebutan ‘Paman Lan
Yu’ sebagaimana yang diajarkan oleh ayah angkatnya.
“SIAPAPUN YANG BERGERAK DAN MENDESAK KE DEPAN AKAN
DI TANGKAP DAN DI HUKUM BERAT!!!!” bentak Jenderal Lan Yu sambil menatap ke
arah kerumunan wanita dan gadis-gadis yang seketika mengkerut ketakutan dan
dengan cepat bergerak kembali ke belakang, pada garis sisi jalan di mana semula
deretan rakyat berlutut untuk menghormati sang kaisar. “TIDAK TAHU MALU!!!”
Para wanita dan gadis terlihat tertunduk dengan
tubuh gemetar meskipun beberapa isak tangis masih terdengar.
Sementara Jenderal Lan Yu kemudian berpaling ke
arah Changyi dan menatap dengan tatapan tajam nyaris seperti sebilah pedang
yang hendak membelah tubuh Changyi dengan sekali tebas.
“Changyi!...apa yang kau lakukan?! Apa kau tidak
tahu apa yang sedang kita lakukan sekarang sebagai prajurit?! Apa kau lupa
tugasmu?!!! Apa ayahmu tidak mengajarimu dengan baik?!!!!!!!” bentak Jenderal
Lan Yu keras.
Changyi mengangkat tubuh dan wajahnya dan menatap
ke arah Jenderal Lan Yu dengan tajam. Ia sungguh tidak menginginkan kegaduhan
itu akan terjadi. Ia sendiri sama sekali tak menduga akan terjadi keadaan di
luar kendali karena para wanita dan gadis yang kehilangan penalaran mereka. Karena
itu, ia akan menerima jika Jenderal Lan Yu menyalahkannya atau menjatuhkan
hukuman padanya. Namun, ia sungguh tidak dapat menerima saat sang jenderal dari
Kementerian Pertahanan itu menyebut Jenderal Xu Da yang berperan dalam
membentuk kesalahannya.
“Tuan Jenderal Lan Yu….saya bersalah telah membuat
kegaduhan dan merusak perjalanan Yang Mulia Kaisar. Tapi, ayah saya sungguh
tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini. Mohon Tuan Jenderal Lan Yu jangan membawa-bawa
ayah saya” sahut Changyi dengan nada pelan namun tajam.
“Jika begitu, maka seharusnya kau dapat menjaga
nama baik ayahmu bukan? Tapi lihat apa yang kau lakukan? Kau hanya menunjukkan
bahwa ayahmu itu tidak bisa mendidikmu dengan baik!” dengus Jenderal Lan Yu
dengan keras membuat wajah Changyi semakin memerah.
Remaja berparas elok rupawan itu membuka mulutnya
siap untuk menjawab kalimat Jenderal Lan Yu yang pedas dan terasa sangat panas
menyengat kedua pendengaran dan hatinya. Namun belum lagi Changyi mengeluarkan
sepatah kata dari mulutnya, mendadak sepasang lengan telah memeluk Changyi dari
belakang dengan kuat di susul kemudian sebuah tekanan pada punggung yang
membuat Changyi membungkuk seolah memberi hormat pada Sang Jenderal Besar dari
Kementerian Pertahanan. Sebuah suara yang berat terdengar di belakang
kepala Changyi.
“Mohon Jenderal Lan Yu berkenan memaafkan Tuan
Muda. Saya yakin Tuan Muda Xu tidak memiliki maksud untuk melanggar tata aturan
dalam keprajuritan. Mohon Jenderal Lan Yu dapat mengerti dan memaafkan kecerobohan
Tuan Muda Xu” ujar suara yang berdengung di belakang Changyi.
Changyi menoleh dan melihat Tamtama Bohai yang
tengah berdiri tepat di sisinya agak sedikit di belakang dan tengah membungkuk pula di depan Jenderal
Lan Yu.
“Paman Bohai…aku harus menemui Adik Chen…” bisik
Changyi sementara ia masih membungkuk di depan Jenderal Lan Yu.
“Ssst…diamlah Tuan Muda, itu bisa di urus nanti”
bisik Tamtama Bohai sambil mengedipkan matanya sebagai isyarat agar Changyi
bersabar.
Terdengar suara Jenderal Lan Yu mendengus dengan
nada kesal, namun penghormatan dari Tamtama Bohai dan Changyi disertai kalimat
permohonan dan pengakuan yang diucapkan oleh Tamtama Bohai telah meredakan
kemarahan di ubun-ubunnya.
“Didik dia dengan baik!” cetus Jenderal Lan Yu
dengan nada ketus. “Atau kalau tidak,
buang dia jauh-jauh agar tidak menyusahkan semua orang!”.
“Baik Jenderal. Nasihat Jenderal yang sangat
bijaksana akan selalu kami ingat dan akan kami laksanakan” sahut Tamtama Bohai
dengan nada patuh.
“Kembali ke barisan! Kita harus sampai sebelum
matahari tepat di tengah langit!” perintah Jenderal Lan Yu, kali ini tampaknya
di tujukan pada semua prajurit bukan hanya pada Tamtama Bohai dan Changyi saja
sebelum kemudian, jenderal bertubuh besar yang sebenarnya tampan itu
membalikkan kudanya dan kembali berpacu ke depan barisan setelah terlebih
dahulu memberikan hormat pada Pangeran Zhu Di yang masih duduk di atas kudanya
di temani oleh Kasim Anta yang telah kembali ke sisi sang pangeran keempat.
Changyi menegakkan tubuhnya dan berbalik menatap
Tamtama Bohai. Sepasang matanya kemudian berkelebat menatap ke arah di mana ia
semula melihat sosok Chen. Namun, Chen tak lagi ada di tempatnya. Para wanita
dan gadis-gadis yang telah kembali ke deretan rakyat di sisi jalan dan berlutut
– meski masih tetap terus menatap Changyi – tak lagi menghalangi pandangan mata
Changyi sehingga ia bisa mengedarkan matanya dengan bebas ke seluruh penjuru
arah. Namun tetap saja, sosok Chen tak terlihat. Demikian pula dengan
sosok-sosok lelaki berpakaian biksu yang sempat di lihatnya. Mungkin saja,
biksu-biksu tersebut telah membawa Chen pergi sebelum terjadi keributan di luar
kendali yang akan menyultr kemarahan Sang Kaisar dan membuat Kaisar menjatuhkan
hukuman bagi banyak orang termasuk para biksu dan Chen.
Dan mengingat akan hal tersebut telah menyulut
rasa sesal dan sekaligus sedih di hati Changyi.
“Tuan Muda…sebaiknya Tuan Muda sekarang kembali ke
barisan dan kita melanjutkan perjalanan sebelum Yang Mulia Kaisar menjadi murka”
bisik Tamtama Bohai di telinga Changyi.
Changyi tertunduk namun kepalanya perlahan
mengangguk. Tubuhnya bergerak pelan menuju ke arah si Hitam yang masih berdiri
dengan gelisah menunggunya lalu, dengan gerakan ringan, Changyi melompat ke
atas punggung kudanya dan menggeser kuda yang luar biasa itu kembali pada
posisinya di dalam barisan sementara Tamtama Bohai segera naik ke atas kudanya
sendiri dan kini, setelah kegaduhan yang terjadi, sang prajurit kepercayaan
Panglima Tertinggi itu menempatkan dirinya tepat di belakang Changyi, di sisi
Kasim Anta yang berada di belakang Pangeran Zhu Di.
Sejenak kemudian, setelah para prajurit yang
semula menjadi pagar betis telah kembali ke barisan mereka, rombongan Kaisar
Ming Tai Zhu kembali bergerak melanjutkan perjalanan, meninggalkan para wanita
dan gadis yang berlutut di sisi jalan dalam sedu dan ratap tangis mereka saat
perlahan bayangan punggung Changyi semakin menjauh untuk kemudian hilang dari
pandangan mata mereka.
Sementara itu, Pangeran Zhu Di terlihat menatap ke
arah Changyi yang duduk di atas punggung si Hitam dengan kepala tertunduk. Tak ada
percakapan di antara keduanya sejak mereka kembali bergerak. Dan hal itu membuat
Pangeran Zhu Di menjadi gelisah. Terlebih saat ia melihat mendung di wajah
Changyi yang biasa ceria dan gembira. Karena itu, dengan gerak pelan, tangan
Pangeran Zhu Di menyenggol lengan Changyi.
“Kakak?” panggil Pangeran Zhu Di sambil melempar
senyum manis saat Changyi menegakkan kepalanya dan menatapnya. Di lihatnya Changyi
yang membalas senyumnya dengan senyum indah yang sangat dikenalinya. Namun,
Pangeran Zhu Di dapat dengan jelas melihat semburat merah di sepasang mata
Changyi yang biasanya selalu bening dan jernih dan hal itu memberikan
pengertian pada Pangeran Zhu Di bahwa, siapapun orang yang dilihat oleh Changyi
sebelumnya, pastilah seseorang yang sangat penting bagi sahabat yang sangat
dikagumi dan disukainya itu.
Pangeran Zhu Di bermaksud membuka mulutnya untuk
bertanya lebih banyak, namun suara deheman pelan yang berasal dari belakang
punggungnya membuat sang pangeran mengurungkan niatnya. Itu adalah suara Kasim
Anta yang memberikan isyarat padanya agar menunda apapun yang hendak di
ucapkannya pada Changyi setelah kegaduhan yang terjadi. Dan Pangeran Zhu Di
percaya pada naluri dari kasimnya itu. Meskipun Kasim Anta seringkali
membuatnya bosan, namun ia mengakui bahwa sang kasim setia itu memiliki naluri
yang tajam dalam membaca suatu keadaan yang sekiranya kurang menguntungkan atau
berbahaya. Karena itu, Pangeran Zhu Di kemudian memutuskan untuk menahan semua
pertanyaan dan kalimatnya untuk Changyi setidaknya sampai mereka sampai di
lokasi perburuan nanti.
Maka kemudian, sambil terus bergerak, tangan
Pangeran Zhu Di terulur dan menepuk bahu Changyi pelan lalu kembali pada tali
kekang kudanya.
Dan rombongan Kaisar Ming Tai Zhu terus melaju
seiring semakin merambatnya matahari raksasa di langit menaiki singgasananya yang
cemerlang.
*************
Tidak ada komentar:
Posting Komentar