Setelah bertemu dengan Chen di kuil Bulan Merah,
Changyi semakin bersemangat untuk membawa adiknya tinggal di istana bersama
dengannya. Meskipun, Changyi sangat tahu, bahwa apa yang diharapkannya tidak
akan mudah. Dan hal itu karena, bagaimanapun, Changyi menyadari, bahwa ia bisa
masuk ke dalam istana dan menjalani pendidikannya di sekolah calon prajurit
khusus karena Jenderal Xu Da yang mengangkatnya sebagai anak sementara ayah
angkatnya sendiri tak pernah sekalipun menyebut kemungkinan Chen akan masuk ke
dalam istana – meskipun saat Jenderal Xu Da datang ke Kuil Bulan Merah dulu, ia
pernah meminta Chen untuk belajar dengan giat karena mungkin Kaisar akan
membutuhkan kemampuan dan bakatnya - atau harapan untuk mengangkat Chen sebagai
anak sebagaimana dirinya. Dan hal tersebut menjadi satu hal yang membuat
Changyi merasa sedih saat Jenderal Xu Da memutuskan untuk mengangkatnya sebagai
bagian dari keluarga Xu dan memberinya nama marga Xu hingga semua orang
termasuk seluruh rakyat di luar tembok istana mengenalnya sebagai seorang tuan
muda, bernama Xu Changyi.
Tetapi, meskipun kemungkinannya sangat kecil,
namun Changyi hanya bisa berharap pada ayah angkatnya untuk membawa Chen masuk
ke dalam istana. Adakah orang lain lagi yang bisa diharapkannya untuk membawa
Chen ke lingkungan istana agar mereka bisa berkumpul kembali? Rasanya
kemungkinan tersebut sangatlah mustahil. Karena itu, ketika Changyi mendapatkan
satu kesempatan saat kegiatan berburu Kaisar Ming Tai Zhu telah usai dan mereka
telah kembali ke istana, ia datang juga pada Jenderal Xu Da dan mengutarakan
harapannya pada sang ayah.
"Changyi, maafkan ayahmu ini, sepertinya aku
tidak bisa melakukan hal itu" jawab Jenderal Xu Da setelah terdiam sesaat.
"Aku tahu, bagaimana kau sangat menyayangi Chen dan aku bisa melihat
bagaimana kau sangat ingin melindunginya, tapi aku sungguh-sungguh tidak bisa
membawanya masuk ke dalam keluarga kita sebagaimana dirimu".
Changyi merasakan seleret kesedihan melintas di
dadanya dan kemudian menetap di hatinya, pada dasar yang dalam dan tersembunyi.
Namun, kesedihan itu tak sedikitpun terbiaskan di wajah malaikatnya. Sepasang
matanya bening menatap sang ayah yang duduk di depannya dan tengah memandang ke
arahnya dengan sinar mata penuh selidik. Sebuah senyum menyeruak dari bibir
Changyi.
"Bisakah saya tahu, mengapa Ayah tidak bisa
membawa Chen masuk ke dalam keluarga kita?" tanya Changyi kemudian dengan
alunan suara yang jernih dan sopan.
Jenderal Xu Da menghela nafas. Setelah delapan
bulan Changyi menjadi putranya, bagaimanapun ia mulai mengenal watak dan sifat
anak yang terlihat semakin cemerlang dalam usianya yang ke empat belas tahun
tersebut. Sehingga, meskipun Changyi tersenyum dalam keindahan wajahnya dan tak
terlihat sedikitpun kesedihan di wajah remaja tersebut, namun Jenderal Xu Da
tahu pasti bahwa Changyi merasa sedih. Ia bisa melihat sendiri, betapa besar
kecintaan Changyi pada Chen meskipun mereka berdua berasal dari keluarga yang
berbeda.
"Tidakkah kau melihat bagaimana anak-anak
angkat Jenderal Lan Yu?" tanya Jenderal Xu Da sesaat kemudian.
"Ya Ayah" sahut Changyi mengangguk.
"Sikap mereka ternyata telah mulai
membuat Yang Mulia Kaisar tidak suka.
Meskipun aku melihat bahwa sesungguhnya, anak-anak itu menunjukkan kepatuhan
yang tinggi pada ayah angkat mereka, namun, lebih patuh kepada ayah angkat
daripada raja, adalah sebuah kesalahan. Karena kita semua di sini mengabdi pada
Kaisar Ming Tai Zhu dalam masa masa Pemerintahan Hongwu. Beliaulah pemimpin
kita, yang memegang perintah tertinggi dalam tata pemerintahan kerajaan di mana
kita tinggal. Dan kekecewaan Yang Mulia Kaisar pada anak-anak Jenderal Lan Yu
telah membuat Yang Mulia membuat larangan untuk mengambil anak angkat. Yang
Mulia Kaisar merasa khawatir bahwa anak-anak angkat itu akan lebih mematuhi
ayah mereka daripada kepatuhan pada raja sendiri. Itulah alasan mengapa aku
tidak bisa membawa Chen masuk ke dalam keluarga kita Changyi. Dan selain
itu....kau tahu bagaimana sifat ibu bukan? Chen adalah anak yang sangat perasa.
Aku tahu bahwa ia merasa sangat sedih dengan sikap ibu pada kalian yang tidak
seharusnya. Meskipun aku tidak melihat langsung bagaimana sikap ibu pada
kalian, tapi aku tahu. Itulah alasan kenapa aku tidak bisa memberi apa yang kau
harapkan".
Changyi tertunduk. Ia mengerti, terutama mengenai
sikap Nyonya Xu Da, ibu angkatnya yang tak pernah dapat menerimanya meskipun ia
telah delapan bulan lebih menjadi bagian dari keluarga besar Jenderal Xu Da.
Namun, ia tak pernah mengambil hati rasa tidak suka Nyonya Xu Da padanya.
Terlebih, meskipun ib angkatnya itu masih belum bisa menerimanya, namun ia juga
tak lagi menunjukkan sikap tidak suka tersebut secara terbuka seperti dulu.
Bahkan beberapa waktu ini, Changyi merasakan bahwa sikap Nyonya Zu Da pada jauh
lebih baik dan lembut. Tapi, Chen tidak akan dapat menepiskan rasa tidak
disukai itu dengan mudah. Dan Changyi menyadari sepenuhnya, bahwa Chen memang
sangat sedih dengan sikap Nyonya Xu Da.
"Tapi....jika kau memang sangat ingin membawa
adikmu masuk dan tinggal di istana, maka aku bisa memberimu sebuah jalan"
ujar Jenderal Xu Da membuat Changyi seketika mengangkat wajahnya dan menatap
ayah angkatnya dengan sepasang mata berbinar.
"Bisakah Ayah? Apakah jalan itu?" tanya
Changyi.
"Jalan itu, hanya kau yang bisa melakukannya
Changyi. Kau tahu istana ini hanya tunduk pada kekuasaan. Jika kau punya
kekuasaan, maka kau bisa membawa siapapun yang kau mau untuk masuk ke dalam
istana dan tinggal di sisimu. Karena itu, jika kau memang sungguh-sungguh ingin
membawa Chen masuk ke istana, maka kau harus memiliki pengaruh dan kekuasaan di
istana ini. Dan hal itu hanya bisa kau capai jika kau memiliki prestasi. Apa
kau mengerti?" tutur Jenderal Xu Da sambil menatap putra angkatnya.
Changyi termenung sejenak. Ya, ia mengerti.
Meskipun itu berarti ia harus bersabar dan berusaha dengan keras, namun ia akan
melakukannya agar Chen bisa kembali bersamanya sebagaimana dulu saat mereka
masih tinggal di desa dan mencuri beras dari penduduk untuk bertahan hidup.
Agar ia bisa menepati janjinya untuk melindungi Chen, apapun yang terjadi.
Bukan masalah jika Jenderal Xu Da tidak bisa mengambil Chen sebagai anak angkat
sebagaimana dirinya, karena bagi Changyi, Chen akan selalu menjadi adiknya.
Keluarganya yang sejati.
"Ya Ayah..." Changyi mengangguk tegas
dan tersenyum. "Saya mengerti. Dan saya akan berusaha untuk menembus jalan
itu".
“Dan sekarang kau harus menjawab pertanyaan ayahmu
Changyi” tukas Jenderal Xu Da kembali.
“Tentang Apa Ayah?” tanya Changyi sambil menatap
ayahnya dengan alis berkerut. Mendadak jantungnya terasa berdetak.
Jangan-jangan tentang…
“Apa yang telah kau lakukan di jalan saat
mengiringi Yang Mulia Kaisar berangkat berburu Changyi? Kenapa kau turun dari
kudamu dan berdiri di sisi jalan sehingga rakyat terutama wanita dan
gadis-gadis menjadi kehilangan akal mereka dan mendesak maju untuk menyentuhmu?
Apa yang ingin kau tunjukkan?” tanya Jenderal Xu Da sambil menatap putranya.
Nada suaranya terdengar wajar bahkan cenderung halus namun terasa menusuk di
hati Changyi.
Maka Changyi segera tertunduk dengan rasa
penyesalan yang dalam meliputi hatinya. Sungguh, sekali lagi ia sendiri tak
pernah membayangkan bahwa reaksi para wanita dan gadis-gadis akan sebesar itu.
Ia tak pernah merasa sebagai seseorang yang bisa membuat wanita dan gadis
kehilangan kendali dan rasa malu mereka.
“Maafkan saya Ayah” sahut Changyi setengah
berbisik. Kepalanya masih tertunduk.
“Jawab Ayahmu Changyi dan jangan menunduk seperti
itu. Menunduk dan minta maaf tanpa memberikan jawaban yang jelas hanyalah
perbuatan lelaki pengecut, lelaki yang tidak berani menghadapi resiko dari
perbuatannya sendiri. Angkat wajahmu dan jawab Ayahmu, sekarang!” bentak
Jenderal Xu Da dengan suara halus membuat Changyi seketika mengangkat wajahnya
dan menatap ayah angkat yang sangat di hormati dan dikaguminya itu.
“Saya telah bersalah karena keluar dari dalam
barisan dan bahkan turun dari kuda saya Ayah. Saya melakukan hal itu karena
saya melihat Adik Chen di sisi jalan di belakang barisan rakyat yang tengah
berlutut di pinggir jalan. Adik Chen memanggil saya dan….saya sungguh
merindukannya. Karena itulah saya menjadi lupa pada keberadaan dan tugas saya
sebagai salah satu prajurit” Changyi mengakui dengan jujur setelah menelan
ludah dengan sulit. Betapa beratnya kini
baginya untuk menentang pandangan mata sang ayah yang sangat sejuk dan teduh
itu. Hal yang sangat bertentangan dengan sosok Jenderal Xu Da yang tinggi besar
penuh wibawa dan terkesan angker saat mengenakan baju perangnya yang berlapis
besi dan sebilah pedang yang sangat tajam ataupun sebuah tombak panjang. Kesejukan
dan keteduhan mata yang justru membuat Changyi merasa sangat tunduk terlebih
setelah ia menjadi putra angkat Sang Jenderal Besar itu.
Kening Jenderal Xu Da berkerut.
“Chen? Kau melihatnya di pinggir jalan di belakang
barisan rakyat? Tapi kenapa ia bisa berada di sana?” tanya Jenderal Xu Da
kemudian.
“Menurut Adik Chen, ia dan beberapa biksu sedang
turun ke pasar untuk membeli beberapa bumbu dan keperluan kuil” jawab Changyi.
Ada rasa sedih yang menyelip saat bayangan sosok Chen dalam balutan pakaian
kumal penuh tambalan menyelinap dalam benaknya.
“Hmm” Jenderal Xu Da menggumam pelan. Pandangannya
melayang ke arah Changyi dan perlahan ia mulai mengerti dan memahami perasaan
putra angkat yang telah membawa kebahagiaan tersendiri baginya itu.
“Yang Mulia Kaisar bercerita padaku tentang
kejadian itu dan bertanya kenapa kau sampai bisa keluar dari barisan dan turun
dari kudamu. Kupikir Yang Mulia akan sangat marah tapi ternyata, ia justru
mencemaskanmu Changyi. Yang Mulia Kaisar berpikir bahwa kau terlalu baik hati
pada rakyat hingga membahayakan keselamatanmu sendiri. Karena itu, yang Mulia
Kaisar memintaku untuk mengingatkanmu agar jangan lagi melakukan hal itu. Masih
banyak cara untuk memberikan perhatian dan kebaikan pada rakyat. Tapi tidak
dengan membuatmu berada dalam bahaya seperti kemarin. Rakyat adalah sekelompok
besar manusia dengan pikiran dan hati yang sangat polos. Mereka akan
mengungkapkan apapun yang mereka rasakan dengan sangat jujur. Jika kau tidak
bisa memilih dan memilah kapan saat kau mendekat dan kapan saat kau menjauh
dari rakyat, maka kau akan menempatkan dirimu pada posisi yang sulit. Apakah
kau mengerti Changyi?” sambung Jenderal Xu Da kembali.
“Saya mengerti Ayah. Maafkan saya. Dan saya akan
menghadap Yang Mulia Kaisar untuk memohon ampun atas kesalahan saya ini” jawab
Changyi sambil kembali tertunduk.
“Itu bagus. Lakukanlah secepatnya begitu kau
kembali ke sekolah prajurit. Jangan sampai kau membuat Yang Mulia Kaisar kecewa
dan jangan kau ulangi lagi kesalahan seperti yang kau lakukan itu” tukas
Jenderal Xu Da tegas.
“Baik Ayah. Segera setelah menghadap Ayah, saya
akan menghadap pada Yang Mulia Kaisar untuk memohon ampun. saya tidak akan
mengulangi kesalahan saya ini” jawab Changyi kembali dengan penuh keyakinan.
Jenderal Xu Da mengangguk, merasa senang karena
secara tidak langsung, Changyi telah mendapatkan semangat untuk semakin menempa
dirinya sendiri agar lebih baik sebagaimana harapannya dan Kaisar Ming Tai Zhu.
Dan memang sebenarnyalah, Changyi mendapatkan
semangatnya yang menyala-nyala sehingga, begitu kembali ke sekolah prajurit
khusus setelah menghadap Kaisar Ming Tai Zhu dan mengungkapkan rasa penyesalan
dan pemohonan ampun untuk kesalahan yang dilakukannya saat keberangkatan pada
kegiatan berburu yang lalu, remaja yang semakin mempesona di usia empat belas
tahunnya itu segera tenggelam dalam kegiatan belajarnya, menempa beladiri yang
semakin matang, mempelajari ilmu strategi perang, penggunaan berbagai macam
senjata dan dalam saat tertentu, Changyi menggunakan waktu malam harinya
untuk mempelajari ilmu ketatanegaraan dari buku-buku yang diberikan oleh
Pangeran Zhu Di. Ilmu ketatanegaraan adalah keilmuan yang hanya diberikan pada
para pangeran putra Kaisar Hongwu dan tidak diberikan pada para calon prajurit
khusus yang belajar di sekolah militer. Namun, kedekatan persahabatan antara
Changyi dengan Pangeran Zhu Di-lah yang membuat sang pangeran meminjamkan
beberapa buku pada sahabatnya itu.
**************
Berbeda dengan Changyi yang dipenuhi semangat
menyala dalam menempa dirinya, Pangeran Zhu Di justru terus teringat pada rasa
kue dan makanan yang dibuat oleh Chen dan di bawanya ke perkemahan. Changyi
bahkan mengalah dengan tidak mengambil bagian dari makanan dan kue yang
dibungkuskan oleh Chen untuk mereka. Sang pangeran sendiri memakan kue-kue
buatan Chen sedikit demi sedikit hingga saat Kaisar menyudahi kegiatan berburu
mereka, ia masih membawa sedikit sisa kue dalam mangkuk kayu yang dibungkus
dalam buntalan kain.
Namun, setelah memakan makanan dan kue yang dibuat
oleh Chen, Pangeran Zhu Di menjadi berubah.
Hal yang kemudian terjadi, sang pangeran
pemberontak yang tampan itu tak lagi mau memakan makanan yang disajikan oleh para
juru masak istana pangeran karena setiap makanan yang terhidang di hadapannya
seolah tak memiliki rasa. Seperti makanan yang terlihat lezat pada penampilan
namun kosong dalam rasa. Dalam sifatnya yang pemarah, setiap makanan yang
terhidang di lempar keluar dari kamarnya, membuat Kasim Anta, setiap koki dan
dayang menjadi cemas. Dan setelah beberapa hari tak lagi terisi makanan, maka
tubuh sang pangeran itupun menjadi lemah dan tak lagi mampu datang ke sekolah prajurit
khusus untuk belajar ilmu beladiri dan keilmuan lain sebagaimana biasanya.
Kabar masalah yang terjadi di istana pangeran pada
akhirnya sampai ke telinga Kaisar Ming Tai Zhu dan Permaisuri Ma Xiuying dan
membuat sang kaisar besar itu melangkahkan kakinya untuk menjenguk
pangeran keempat yang sering membuat masalah di istana namun
sesungguhnya, jauh di dalam hati, Kaisar Hongwu sangat bangga pada putra
keempatnya yang terlihat menonjol dalam kecerdasan dan ketangkasan di banding
para pangeran yang lain. Disamping tentu saja, wajahnya yang tampan dan
gerak-geriknya yang selalu lincah dan tangkas.
Dan apa yang kemudian terlihat di depan mata
membuat Kaisar Ming Tai Zhu marah. Pangeran Zhu Di terlihat lemas di atas
pembaringannya. Meskipun sepasang mata pangeran muda itu masih terlihat bening
dan bercahaya, namun kelincahan dan kegesitannya telah menghilang karena tubuh
yang lemah tak terisi oleh makanan apapun sejak berhari-hari lamanya.
Sang Kaisar menjadi lebih marah lagi saat ia tahu tak
ada seorangpun dari juru masak istana yang berhasil membuat sang pangeran
menyantap makanan yang dihidangkan. Di hadapan Sang Kaisar, Pangeran Zhu Di
kembali melempar nampan berisi hidangan yang dibawa oleh juru masak istana
pangeran. Maka, dengan suara mengguntur, Kaisar Ming Tai Zhu memerintahkan
prajurit khusus pengawal kaisar untuk menangkap seluruh juru masak istana pangeran, dayang serta kasim dan
mempersiapkan hukuman mati bagi mereka semua. Suasana di istana pangeran
menjadi sangat mencekam. Semua orang ketakutan sementara seluruh juru masak dan
dayang istana pangeran menangis karena rasa takut dan sedih. Sang permaisuri
mendekati Kaisar Ming Tai Zhu dan mencoba menyabarkan hati sang maha raja yang
tengah murka.
“Yang Mulia, tidakkah sebaiknya diselidiki lebih
dulu, mengapa pangeran keempat kehilangan selera makannya? Mungkin saja, ada
masalah dengan kesehatan pangeran keempat yang membuatnya tak bisa memakan
apapun yang dibawa oleh juru masak istana” ujar Permaisuri Ma Xiuying dengan
nada lembut.
Kaisar Ming Tai Zhu menatap permaisurinya sesaat.
Rona merah masih terlihat di wajahnya menunjukkan kemarahan yang belum surut,
namun keningnya sedikit berkerut menandakan bahwa sang raja besar itu tengah
mempertimbangkan kata-kata sang permaisuri.
“Tugas dari setiap juru masak istana pangeran
adalah membuat masakan bagi para putraku bagaimanapun selera mereka. Sudah
seharusnya pada juru masak itu bisa memenuhi semua selera para pangeran. Itu
adalah tugas mereka dan itu adalah bentuk pengabdian mereka padaku dan pada
kerajaan ini. Jika mereka tidak bisa melaksanakan tugas mereka, maka itu sama
saja mereka telah menentangku dan hukumannya adalah hukuman mati” sahut Kaisar
Ming Tai Zhu tegas.
“Tetapi Yang Mulia…para pangeran lain tidak
memiliki masalah dengan makanan yang dihidangkan oleh para juru masak. Hanya
Pangeran Zhu Di yang bermasalah. Jika memang para juru masak membuat masakan
yang salah, bukankah seharusnya semua pangeran saat ini telah mendapatkan
masalah yang sama dengan pangeran keempat?” tanya Sang Ratu memberikan
pendapat.
“Karena itulah aku katakan bahwa seharusnya para
juru masak itu bisa memenuhi selera semua pangeran. Itu adalah tugas mereka”
tegas Kaisar Ming Tai Zhu sekali lagi, kali ini diiringi tatapan tajam ke arah
permaisurinya membuat wanita yang sangat anggun dan cantik itu menunduk.
Permaisuri Ma Xiuying sangat mengerti, bahwa jika Sang Kaisar telah bicara
dengan nada tegas dan sepasang mata yang menyala tajam seperti itu, maka
otoritasnya sebagai raja-lah yang bicara. Pantang ditentang apalagi dilawan.
“Aku akan menyuruh dokter istana untuk memeriksa
Pangeran Zhu Di agar kita tahu kenapa pangeran keempat tak suka memakan semua
makanan yang terhidang untuknya. Dan sementara itu, sampai aku benar-benar tahu
penyebab sakitnya Pangeran Zhu Di, semua juru masak istana pangeran harus tinggal di dalam penjara” kata Kaisar Hongwu.
“Ya Yang Mulia” sahut Permaisuri Ma Xiuying lembut
sambil mengangguk hormat. Tahu bahwa apa yang telah di ucapkan oleh Kaisar Ming
Tai Zhu sekarang adalah titah seorang raja, pemimpin tertinggi kerajaan yang
mesti dilaksanakan dengan patuh dan tanpa membantah.
Dan pada hari itu juga, seluruh juru masak istana
pangeran dijebloskan ke dalam penjara kerajaan, hingga waktu yang tak menentu.
Hanya tinggal kasim dan dayang yang dilepaskan kembali oleh Sang Kaisar.
Sementara dokter istana berkumpul untuk memeriksa keadaan sang pangeran keempat
yang makin melemah.
Kaisar Ming Tai Zhu sungguh tidak mengerti mengapa
setiap kali ia bertanya, pangeran keempat selalu menjawab bahwa alasannya
takbisa memakan semua hidangan yang dimasak oleh juru masak istana adalah
karena semua masakan itu memiliki rasa yang kosong. Apa yang dimaksud dengan
makanan yang kosong dalam rasa?. Kaisar Ming Tai Zhu mencicipi semua hidangan
yang dibawa oleh dayang dan kasim ke kamar Pangeran Zhu Di dan merasakan bahwa
dalam makanan tersebut terdapat seluruh rasa yang bisa dirasakannya. Ada asin,
manis, sedikit asam, pahit dan campuran rasa seperti gurih, pedas, padat,
dingin dan panas.
Apa yang dimaksud dengan kosong rasa dalam
makanan?. Hingga jauh malam, Kaisar Ming Tai Zhu duduk merenung di dalam
kamarnya. Pangeran Zhu Di adalah pangeran yang sangat cerdas. Semua guru dan
sarjana yang khusus mengajar para pangeran mengatakan bahwa pangeran keempat
adalah pangeran yang paling cerdas dan cepat dalam menangkap seluruh pelajaran
melebihi pangeran yang lain bahkan melebihi putra pertama, Pangeran Zhu Biao
yang merupakan putra mahkota. Karena itu, sangat mustahil jika seorang pangeran
yang sangat cerdas seperti Pangeran Zhu Di akan menunjukkan sikap tak mau
memakan makanan di depannya hanya karena kemanjaan belaka. Terlebih, sejak
kecil, pangeran keempat, meskipun paling muda dibanding kakak-kakaknya yang
lain, namun memiliki sifat mandiri dan tidak suka bergantung pada orang lain.
Jauh dari sifat manja sebagaimana umumnya anak yang terlahir muda dalam
keluarga. Jika Pangeran Zhu Di mengatakan bahwa makanan yang terhidang di
depannya semua kosong dalam rasa maka itu berarti memang ada sesuatu dalam
makanan tersebut yang tidak sesuai dengan harapan sang pangeran keempat.
Tetapi, apakah yang dimaksud dengan kosong rasa
dalam makanan itu? Dan bagaimana makanan yang tidak kosong dalam rasa?. Kaisar Ming
Tai Zhu sungguh merasa pusing melebihi saat ia harus memikirkan urusan
pemerintahan yang pelik.
************
Berita sakitnya Pangeran Zhu Di dengan cepat
menyebar ke seluruh penjuru istana dan kemudian terbawa angin hingga menjadi
bahan pembicaraan seluruh rakyat di pasar-pasar, kedai makanan bahkan
pojok-pojok rumah pelacuran. Pangeran Zhu Di adalah satu dari empat pangeran
putra Kaisar Hongwu yang paling terkenal bukan saja karena ketampanan dan
kelincahan gerak tubuhnya melainkan juga karena hanya pangeran keempat inilah
yang bersahabat dengan tuan muda berwajah malaikat putra Sang Jenderal Besar Xu
Da yang telah merebut hati banyak gadis dan wanita diseluruh penjuru langit
Kerajaan Ming Raya. Seolah tak ada berita lain yang lebih menarik untuk
dibicarakan, sakitnya pangeran keempat yang tampan dan lincah serta penangkapan
seluruh juru masak istana pangeran menjadi topik utama melebihi pentingnya
berita lain seperti pergerakan sisa-sisa pasukan Dinasti Yuan yang menyusun
kekuatan di Mongol, perekrutan ribuan prajurit baru yang cukup sulit dalam
persyaratannya untuk memperkuat pertahanan di perbatasan wilayah Kerajaan Ming
yang jauh serta berita tentang beberapa pejabat yang ditangkap dan mendapat
hukuman mati karena melakukan kesalahan di hadapan Kaisar Hongwu.
Dan, berita sakitnya Pangeran Zhu Di, pada
akhirnya sampai juga ke telinga Changyi, yang sesungguhnya telah merasa heran
dengan tidak hadirnya sang pangeran di sekolah selama beberapa hari. Namun
berbeda halnya dengan Kaisar Ming Tai Zhu dan seluruh dokter istana yang dibuat
bingung dengan masalah yang ada pada pangeran keempat, Changyi segera mengerti
hal sesungguhnya yang terjadi dengan sahabatnya tersebut. Dan hal itu membuat
hati Changyi diliputi kecemasan yang besar. Changyi tahu, pangeran keempat tak
lagi suka menyantap semua makanan juru masak istana setelah merasakan makanan
yang dimasak oleh Chen. Changyi paham benar hal itu karena sesungguhnya, ia
sendiri juga merasakan hal yang sama. Hanya saja, selama ini, ia tak pernah menceritakan
pada siapapun perihal perbedaan rasa yang sangat besar yang dirasakannya setiap
ia menyantap makanan yang bukan hasil masakan Chen. Pangeran Zhu Di pasti juga
merasakan perbedaan besar dalam rasa makanan setelah memakan makanan yang
dimasak oleh Chen, tetapi sahabatnya itu tak bisa menyembunyikan sebagaimana
dirinya karena keadaannya sebagai seorang pangeran membuatnya selalu
mendapatkan apapun yang diinginkannya. Bagaimana jika sampai Sang Kaisar tahu
bahwa pangeran keempat tidak mau menyantap makanan istana setelah memakan
makanan yang di masak oleh Chen adiknya? Pastilah sang maha raja itu akan
sangat murka dan itu artinya keselamatan Chen benar-benar dalam bahaya. Bukankah
seluruh juru masak di istana pangeran keempat telah ditangkap dan dimasukkan ke
dalam penjara karena gagal membuat Pangeran Zhu Di makan?.
Changyi benar-benar bingung. Ia tak mungkin
menceritakan pada ayah angkatnya perihal hal sesungguhnya yang terjadi pada
Pangeran Zhu Di karena itu sama saja memberi masalah pada Jenderal Xu Da
sementara Changyi merasa sangat berhutang budi pada ayah angkatnya itu . Namun,
ia sendiri belum tahu bagaimana caranya menyelamatkan Chen dari kemurkaan kaisar
sekaligus menolong Pangeran Zhu Di yang telah menjadi sahabat baiknya. Hal
pertama yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah bertemu dengan Pangeran Zhu
Di. Mungkin, sedikit harapan untuk bisa menyelamatkan Chen dari hukuman mati
Kaisar Ming Tai Zhu hanyalah sang pangeran keempat sebagaimana dulu Pangeran
Zhu Di-lah yang memberi kesaksian di depan Sang Kaisar saat dirinya terlibat
perkelahian dengan Lan Fengyin, salah satu anak angkat Jenderal Lan Yu yang
membuatnya tak bisa mengikuti ujian final untuk masuk ke sekolah prajurit
khusus raja. Kesaksian dari pangeran keempat serta naiknya status sosial
Changyi setelah diangkat sebagai putra dari Jenderal Besar Xu Da membuat Kaisar
Ming Tai Zhu membatalkan hukuman padanya dan mengijinkannya mengikuti ujian
akhir untuk masuk di sekolah prajurit khusus. Kini, Changyi kembali berharap
pada sang pangeran keempat untuk bisa menolong Chen dari kemurkaan dan hukuman
mati dari Kaisar Hongwu Ming Tai Zhu.
“Pangeran…kenapa Anda tidak memakan makanan yang
dibawa oleh Paman Kasim Anta padamu?” tanya Changyi saat ia telah sampai di
kamar Pangeran Zhu Di dan hanya tinggal mereka berdua. Pangeran Zhu Di segera
mengusir Kasim Anta begitu Changyi datang dan masuk ke dalam kamarnya.
Pangeran Zhu Di menoleh ke arah Changyi.
Gerakannya tampak lemah namun sepasang matanya terlihat berbinar oleh rasa
gembira karena Changyi datang menjenguknya.
“Kakak, aku sendiri tidak mengerti. Semua makanan
yang dibawa oleh kasim terasa seperti bukan makanan. Aku seperti hendak
menjejalkan benda-benda ke dalam mulutku sementara tak ada rasa apapun dalam
makanan itu. Semuanya kosong. Semua makanan itu kosong. Aku memang merasakan
ada asin, manis, asam, gurih dan campuran dari beberapa rasa namun tetap saja,
semuanya terasa kosong” jawab Pangeran Zhu Di sambil berusaha bangkit dari
tidurnya. Changyi segera bergerak mendekat dan membantu sang pangeran untuk
duduk.
“Apa maksud Anda dengan rasa kosong itu Pangeran?”
tanya Changyi setelah kembali ke tempatnya semula. Kini, Pangeran Zhu Di duduk
di depannya dengan bersandar pada sebuah bantal panjang di belakangnya.
“Entahlah Kakak, aku sendiri sangat sulit untuk
menjelaskannya. Yang Mulia Kaisar sampai marah karena aku tak bisa memberikan
penjelasan yang masuk akal tentang rasa kosong itu. Rasanya seperti aku
menghirup udara tapi dadaku tetap saja terasa sesak. Aku berpikir mungkin
lidahku sudah rusak. Tapi, semua dokter yang memeriksaku mengatakan bahwa
indera perasaku baik dan tidak ada gangguan sama sekali” sahut Pangeran Zhu Di
sambil menggelengan kepalanya dengan ekspresi bingung.
Changyi menatap pangeran keempat di depannya
sejenak dan terlihat menimbang-nimbang membuat Pangeran Zhu Di mengerutkan
keningnya.
“Kakak, ada apa? Mengapa Kakak menatapku seperti
itu?” tanya Pangeran Zhu Di.
Changyi menghela nafas sedetik.
“Pangeran, sebenarnya, saya-pun mengalami apa yang
Anda rasakan. Bahkan saya mengalaminya jauh sebelum Anda” sahut Changyi membuat
Pangeran Zhu Di terkejut.
“Benarkah? Sejak kapan? Dan kenapa Kakak tidak
pernah menceritakannya padaku?”.
Changyi tertawa. “Kenapa saya harus menceritakannya
pada Anda Pangeran? Saya pikir ini hanya masalah saya sendiri dan saya merasa
bisa mengatasinya. Karena itu, saya tak pernah menceritakannya pada siapapun”.
“Sejak kapan Kakak mengalaminya?”.
“Sudah sejak lama. Jauh sebelum saya ditemukan
oleh Ayah Xu Da, lalu masuk ke istana ini dan bertemu dengan Anda” sahut
Changyi sambil tersenyum.
“Dan apakah Kakak tahu apa yang membuat Kakak
mengalami hal itu?” tanya Pangeran Zhu Di membuat wajah Changyi seketika
menjadi serius.
“Itulah sebabnya saya kemari. Saya berharap kita
bisa melakukan sesuatu untuk Adik Chen”jawab Changyi membuat Pangeran Zhu Di
kembali terkejut.
“Adik Chen? Memangnya ada apa dengan Adik Chen?
Dan apa hubunganya dengan masalah
makanan yang kosong rasa itu Kakak?” tanya Pangeran Zhu Di.
Changyi menatap pangeran keempat didepannya dalam-dalam.
Sedetik matanya melirik ke arah pintu kamar pangeran di mana ia tahu, berdiri Kasim
Anta, dayang dan para prajurit khusus pengawal keluarga raja.
“Pangeran Zhu Di, apakah Anda ingat, sejak kapan
Pangeran mengalami masalah dengan rasa dalam makanan itu?” tanya Changyi,
berharap sang pangeran dapat menangkap maksudnya.
Pangeran Zhu Di mengerutkan keningnya dan terlihat
berpikir.
“Ya, aku ingat” katanya sambil mengangguk.
“Pertama kali aku merasakan semua makanan di istana ini memiliki rasa yang kosong
adalah saat makan malam setelah kita pulang dari…”
Pangeran Zhu Di menghentikan kalimatnya dan
wajahnya terlihat terperanjat. Sebuah pengertian melintas di benaknya.
“Kakak, apakah….apakah kita mengalami masalah
dengan rasa dalam makanan karena kita telah memakan makanan yang dimasak oleh Adik
Chen?” tanya Pangeran Zhu Di.
Changyi tersenyum lalu mengangguk. “Ya Pangeran,
itu benar”.
“Tapi…tapi kenapa bisa begitu? Apa yang dilakukan
oleh Adik Chen sehingga membuat orang yang memakan masakannya menjadi tidak
bisa merasakan rasa dalam makanan yang lain? Apakah Adik Chen meletakkan
sesuatu dalam makanan itu?” Pangeran Zhu Di terlihat bingung.
Changyi menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
“Tidak Pangeran!” sanggahnya dengan suara yang
tegas. “Adik Chen tidak meletakkan apapun selain bumbu yang biasa dipakai oleh
orang-orang yang lain. Bahkan seringkali, bumbu yang dipakainya sangat
sederhana karena kami tidak punya uang untuk membeli bumbu-bumbu yang lengkap.
Sekarangpun, saat dia memasak untuk pada biksu di Kuil Bulan Merah, ia pasti
juga tak punya uang untuk membeli banyak bumbu. Jadi, saya sangat yakin,
masalahnya bukan pada pada bumbu atau apa yang telah di masukkan oleh Adik Chen
ke dalam masakannya”.
“Kalau begitu…kenapa kita tak bisa merasakan
makanan lain setelah memakan makanan dari Chen?” tanya Pangeran Zhu Di dengan
alis terkerut dalam..
Changyi kembali menggeleng. Kali ini dengan
ekspresi tak mengerti.
“Saya juga tidak mengerti Pangeran. Saya sudah
bersamanya sejak kami lahir karena ayah kandung saya dan ayah Chen adalah
sahabat baik. Sejak dulu saya tahu, bahwa Chen sangat pandai memasak.
Kepandaian itu didapat dari ibunya yang juga sangat pandai memasak. Tadinya saya
berpikir bahwa saya tak bisa merasakan rasa dalam masakan orang lain selain
masakan Chen karena saya terbiasa memakan masakan Chen. Tapi sekarang, setelah saya
bertemu dengan Pangeran dan Anda mengalami apa yang juga saya alami, akhirnya
saya jadi tahu, bahwa itu bukan karena kita terbiasa memakan masakan Chen tapi
karena ada sesuatu dalam makanan itu yang membuat rasanya menjadi berbeda.
Sepertinya setiap makanan yang dimasak oleh Chen memiliki nyawa” jawab Changyi
panjang lebar. Nadanya terdengar sedikit mengingat-ingat.
Pangeran Zhu Di terbelalak. Jari telunjuknya
terangkat dan teracung ke arah Changyi.
“Ah…Kakak! Itu benar. Apa yang kau katakan itu
sangat tepat. Memang seperti itu yang kumaksud. Makanan yang kubawa dari Chen
dulu seperti memiliki nyawa. Saat makanan itu ada di mulutku, aku seperti
menemukan sebuah semangat baru. Seperti ada perasaan senang yang indah dalam
diriku” sahut pangeran keempat penuh semangat, terlupa bahwa tubuhnya lemah
karena berhari-hari tidak memakan apapun.
Changyi mengangguk. “Memang seperti itu juga yang
saya rasakan Pangeran. Dan karena itu pula, hari ini saya datang menghadap Anda.
Saya berharap Pangeran bisa menolong Adik Chen”.
“Apakah maksud Kakak?” Pangeran Zhu Di menatap
Changyi tak mengerti.
“Tidakkah Anda mengerti Pangeran? Anda lihat
bagaimana semua juru masak di istana ini ditangkap dan dipenjara oleh Yang
Mulia karena tak ada yang bisa membuat Pangeran menyantap masakan yang mereka
makan?. Jika Yang Mulia tahu, bahwa masalah yang Anda alami sekarang adalah karena
Pangeran memakan makanan yang dimasak oleh Chen, menurut Anda, apa yang akan dilakukan
oleh Yang Mulia Kaisar pada Chen?”.
Pangeran Zhu Di termenung sejenak memikirkan
kata-kata Changyi lalu mengangguk sebagai tanda mengerti.
“Ah, Kakak…kau benar sekali” desis Pangeran Zhu
Di. Lalu sepasang matanya memandang ke arah Changyi. Sebuah ide melintas di
kepalanya membuat sepasang matanya yang bercahaya semakin berbinar. “Kakak,
jika seperti ini, maka yang bisa menolongku juga hanya Adik Chen saja. Karena
aku tidak bisa memaksa diriku untuk memakan makanan yang hampa itu. Aku tidak
bisa bersabar sebagaimana dirimu. Jadi, jalan satu-satunya hanya membawa Adik
Chen ke istana ini dan memintanya untuk memasak buatku!”.
Changyi membalas tatapan Pangeran Zhu Di dengan
alis berkerut dalam seolah tak percaya.
“Pangeran…apakah Anda sudah gila? Membawa Adik Chen
ke istana disaat seperti sekarang sama saja dengan menyerahkan adik saya ke
tiang gantungan” ujar Changyi dengan nada sedikit meninggi.
“Tapi Kakak….hanya di istana ini juga Adik Chen
akan aman” sahut pangeran keempat sambil mengangkat sepasang alisnya yang tebal
bagus.
Kening halus Changyi berkerut mencoba memahami
maksud ucapan pangeran keempat yang sering membuat masalah dalam istana namun
juga sekaligus banyak akal itu. Lalu, sambil tersenyum, akhirnya Changyi
mengangguk.
“Baiklah, saya percaya. Jadi, apa rencana Anda Pangeran?”
tanya Changyi.
“Aku akan mengatakan rencanaku padamu Kakak. Tapi,
bisakah kau tidak memanggilku pangeran? Sebutan itu membuatku seperti orang
lain bagimu. Bagaimana kalau adik saja?” ujar Pangeran Zhu Di membuat Changyi
seketika tertawa. Sang pangeran seketika cemberut melihat sahabatnya tertawa
begitu lebar.
“Bukankah adik yang ada di depanku ini adalah
seorang pangeran? Saya hanyalah seorang hina yang sangat beruntung bisa menjadi
sahabat dari seorang pangeran. Jadi, sudah seharusnya, saya bersikap sopan dan
memanggil anda dengan sebutan Pangeran” jawab Changyi setelah tawanya reda.
“Tapi aku tidak suka Kakak. Aku lebih suka jika
Kakak memanggilku adik, seperti saat Kakak memanggil Chen” kata Pangeran Zhu
Di, masih dengan cemberut menghiasi bibirnya.
Changyi tersenyum, lalu mengangguk.
“Baiklah Adik Zhu Di, jadi sekarang, kita harus
membuat rencana yang bagus untuk membawa Adik Chen ke istana ini” jawab Changyi
membuat pangeran keempat kembali tersenyum.
“Baiklah Kakak. Sekarang dengarkan rencanaku” kata
Pangeran Zhu Di sambil menggerakkan tangannya sebagai isyarat agar Changyi
mendekat.
Changyi menurut dan sejenak kemudian, dua remaja
itu terlihat telah berbisik-bisik dengan serius.
*********
Tidak ada komentar:
Posting Komentar