Selasa, 21 April 2015

Straight - Episode 4 ( Bagian Satu )

Setelah bertemu dengan Chen di kuil Bulan Merah, Changyi semakin bersemangat untuk membawa adiknya tinggal di istana bersama dengannya. Meskipun, Changyi sangat tahu, bahwa apa yang diharapkannya tidak akan mudah. Dan hal itu karena, bagaimanapun, Changyi menyadari, bahwa ia bisa masuk ke dalam istana dan menjalani pendidikannya di sekolah calon prajurit khusus karena Jenderal Xu Da yang mengangkatnya sebagai anak sementara ayah angkatnya sendiri tak pernah sekalipun menyebut kemungkinan Chen akan masuk ke dalam istana – meskipun saat Jenderal Xu Da datang ke Kuil Bulan Merah dulu, ia pernah meminta Chen untuk belajar dengan giat karena mungkin Kaisar akan membutuhkan kemampuan dan bakatnya - atau harapan untuk mengangkat Chen sebagai anak sebagaimana dirinya. Dan hal tersebut menjadi satu hal yang membuat Changyi merasa sedih saat Jenderal Xu Da memutuskan untuk mengangkatnya sebagai bagian dari keluarga Xu dan memberinya nama marga Xu hingga semua orang termasuk seluruh rakyat di luar tembok istana mengenalnya sebagai seorang tuan muda, bernama Xu Changyi.
Tetapi, meskipun kemungkinannya sangat kecil, namun Changyi hanya bisa berharap pada ayah angkatnya untuk membawa Chen masuk ke dalam istana. Adakah orang lain lagi yang bisa diharapkannya untuk membawa Chen ke lingkungan istana agar mereka bisa berkumpul kembali? Rasanya kemungkinan tersebut sangatlah mustahil. Karena itu, ketika Changyi mendapatkan satu kesempatan saat kegiatan berburu Kaisar Ming Tai Zhu telah usai dan mereka telah kembali ke istana, ia datang juga pada Jenderal Xu Da dan mengutarakan harapannya pada sang ayah.
"Changyi, maafkan ayahmu ini, sepertinya aku tidak bisa melakukan hal itu" jawab Jenderal Xu Da setelah terdiam sesaat. "Aku tahu, bagaimana kau sangat menyayangi Chen dan aku bisa melihat bagaimana kau sangat ingin melindunginya, tapi aku sungguh-sungguh tidak bisa membawanya masuk ke dalam keluarga kita sebagaimana dirimu".
Changyi merasakan seleret kesedihan melintas di dadanya dan kemudian menetap di hatinya, pada dasar yang dalam dan tersembunyi. Namun, kesedihan itu tak sedikitpun terbiaskan di wajah malaikatnya. Sepasang matanya bening menatap sang ayah yang duduk di depannya dan tengah memandang ke arahnya dengan sinar mata penuh selidik. Sebuah senyum menyeruak dari bibir Changyi.
"Bisakah saya tahu, mengapa Ayah tidak bisa membawa Chen masuk ke dalam keluarga kita?" tanya Changyi kemudian dengan alunan suara yang jernih dan sopan. 
Jenderal Xu Da menghela nafas. Setelah delapan bulan Changyi menjadi putranya, bagaimanapun ia mulai mengenal watak dan sifat anak yang terlihat semakin cemerlang dalam usianya yang ke empat belas tahun tersebut. Sehingga, meskipun Changyi tersenyum dalam keindahan wajahnya dan tak terlihat sedikitpun kesedihan di wajah remaja tersebut, namun Jenderal Xu Da tahu pasti bahwa Changyi merasa sedih. Ia bisa melihat sendiri, betapa besar kecintaan Changyi pada Chen meskipun mereka berdua berasal dari keluarga yang berbeda. 
"Tidakkah kau melihat bagaimana anak-anak angkat Jenderal Lan Yu?" tanya Jenderal Xu Da sesaat kemudian.
"Ya Ayah" sahut Changyi mengangguk.
"Sikap mereka ternyata telah mulai membuat  Yang Mulia Kaisar tidak suka. Meskipun aku melihat bahwa sesungguhnya, anak-anak itu menunjukkan kepatuhan yang tinggi pada ayah angkat mereka, namun, lebih patuh kepada ayah angkat daripada raja, adalah sebuah kesalahan. Karena kita semua di sini mengabdi pada Kaisar Ming Tai Zhu dalam masa masa Pemerintahan Hongwu. Beliaulah pemimpin kita, yang memegang perintah tertinggi dalam tata pemerintahan kerajaan di mana kita tinggal. Dan kekecewaan Yang Mulia Kaisar pada anak-anak Jenderal Lan Yu telah membuat Yang Mulia membuat larangan untuk mengambil anak angkat. Yang Mulia Kaisar merasa khawatir bahwa anak-anak angkat itu akan lebih mematuhi ayah mereka daripada kepatuhan pada raja sendiri. Itulah alasan mengapa aku tidak bisa membawa Chen masuk ke dalam keluarga kita Changyi. Dan selain itu....kau tahu bagaimana sifat ibu bukan? Chen adalah anak yang sangat perasa. Aku tahu bahwa ia merasa sangat sedih dengan sikap ibu pada kalian yang tidak seharusnya. Meskipun aku tidak melihat langsung bagaimana sikap ibu pada kalian, tapi aku tahu. Itulah alasan kenapa aku tidak bisa memberi apa yang kau harapkan".
Changyi tertunduk. Ia mengerti, terutama mengenai sikap Nyonya Xu Da, ibu angkatnya yang tak pernah dapat menerimanya meskipun ia telah delapan bulan lebih menjadi bagian dari keluarga besar Jenderal Xu Da. Namun, ia tak pernah mengambil hati rasa tidak suka Nyonya Xu Da padanya. Terlebih, meskipun ib angkatnya itu masih belum bisa menerimanya, namun ia juga tak lagi menunjukkan sikap tidak suka tersebut secara terbuka seperti dulu. Bahkan beberapa waktu ini, Changyi merasakan bahwa sikap Nyonya Zu Da pada jauh lebih baik dan lembut. Tapi, Chen tidak akan dapat menepiskan rasa tidak disukai itu dengan mudah. Dan Changyi menyadari sepenuhnya, bahwa Chen memang sangat sedih dengan sikap Nyonya Xu Da.
"Tapi....jika kau memang sangat ingin membawa adikmu masuk dan tinggal di istana, maka aku bisa memberimu sebuah jalan" ujar Jenderal Xu Da membuat Changyi seketika mengangkat wajahnya dan menatap ayah angkatnya dengan sepasang mata berbinar.
"Bisakah Ayah? Apakah jalan itu?" tanya Changyi.
"Jalan itu, hanya kau yang bisa melakukannya Changyi. Kau tahu istana ini hanya tunduk pada kekuasaan. Jika kau punya kekuasaan, maka kau bisa membawa siapapun yang kau mau untuk masuk ke dalam istana dan tinggal di sisimu. Karena itu, jika kau memang sungguh-sungguh ingin membawa Chen masuk ke istana, maka kau harus memiliki pengaruh dan kekuasaan di istana ini. Dan hal itu hanya bisa kau capai jika kau memiliki prestasi. Apa kau mengerti?" tutur Jenderal Xu Da sambil menatap putra angkatnya.
Changyi termenung sejenak. Ya, ia mengerti. Meskipun itu berarti ia harus bersabar dan berusaha dengan keras, namun ia akan melakukannya agar Chen bisa kembali bersamanya sebagaimana dulu saat mereka masih tinggal di desa dan mencuri beras dari penduduk untuk bertahan hidup. Agar ia bisa menepati janjinya untuk melindungi Chen, apapun yang terjadi. Bukan masalah jika Jenderal Xu Da tidak bisa mengambil Chen sebagai anak angkat sebagaimana dirinya, karena bagi Changyi, Chen akan selalu menjadi adiknya. Keluarganya yang sejati.
"Ya Ayah..." Changyi mengangguk tegas dan tersenyum. "Saya mengerti. Dan saya akan berusaha untuk menembus jalan itu".
“Dan sekarang kau harus menjawab pertanyaan ayahmu Changyi” tukas Jenderal Xu Da kembali.
“Tentang Apa Ayah?” tanya Changyi sambil menatap ayahnya dengan alis berkerut. Mendadak jantungnya terasa berdetak. Jangan-jangan tentang…
“Apa yang telah kau lakukan di jalan saat mengiringi Yang Mulia Kaisar berangkat berburu Changyi? Kenapa kau turun dari kudamu dan berdiri di sisi jalan sehingga rakyat terutama wanita dan gadis-gadis menjadi kehilangan akal mereka dan mendesak maju untuk menyentuhmu? Apa yang ingin kau tunjukkan?” tanya Jenderal Xu Da sambil menatap putranya. Nada suaranya terdengar wajar bahkan cenderung halus namun terasa menusuk di hati Changyi.
Maka Changyi segera tertunduk dengan rasa penyesalan yang dalam meliputi hatinya. Sungguh, sekali lagi ia sendiri tak pernah membayangkan bahwa reaksi para wanita dan gadis-gadis akan sebesar itu. Ia tak pernah merasa sebagai seseorang yang bisa membuat wanita dan gadis kehilangan kendali dan rasa malu mereka.
“Maafkan saya Ayah” sahut Changyi setengah berbisik. Kepalanya masih tertunduk.
“Jawab Ayahmu Changyi dan jangan menunduk seperti itu. Menunduk dan minta maaf tanpa memberikan jawaban yang jelas hanyalah perbuatan lelaki pengecut, lelaki yang tidak berani menghadapi resiko dari perbuatannya sendiri. Angkat wajahmu dan jawab Ayahmu, sekarang!” bentak Jenderal Xu Da dengan suara halus membuat Changyi seketika mengangkat wajahnya dan menatap ayah angkat yang sangat di hormati dan dikaguminya itu.
“Saya telah bersalah karena keluar dari dalam barisan dan bahkan turun dari kuda saya Ayah. Saya melakukan hal itu karena saya melihat Adik Chen di sisi jalan di belakang barisan rakyat yang tengah berlutut di pinggir jalan. Adik Chen memanggil saya dan….saya sungguh merindukannya. Karena itulah saya menjadi lupa pada keberadaan dan tugas saya sebagai salah satu prajurit” Changyi mengakui dengan jujur setelah menelan ludah dengan sulit. Betapa  beratnya kini baginya untuk menentang pandangan mata sang ayah yang sangat sejuk dan teduh itu. Hal yang sangat bertentangan dengan sosok Jenderal Xu Da yang tinggi besar penuh wibawa dan terkesan angker saat mengenakan baju perangnya yang berlapis besi dan sebilah pedang yang sangat tajam ataupun sebuah tombak panjang. Kesejukan dan keteduhan mata yang justru membuat Changyi merasa sangat tunduk terlebih setelah ia menjadi putra angkat Sang Jenderal Besar itu.
Kening Jenderal Xu Da berkerut.
“Chen? Kau melihatnya di pinggir jalan di belakang barisan rakyat? Tapi kenapa ia bisa berada di sana?” tanya Jenderal Xu Da kemudian.
“Menurut Adik Chen, ia dan beberapa biksu sedang turun ke pasar untuk membeli beberapa bumbu dan keperluan kuil” jawab Changyi. Ada rasa sedih yang menyelip saat bayangan sosok Chen dalam balutan pakaian kumal penuh tambalan menyelinap dalam benaknya.
“Hmm” Jenderal Xu Da menggumam pelan. Pandangannya melayang ke arah Changyi dan perlahan ia mulai mengerti dan memahami perasaan putra angkat yang telah membawa kebahagiaan tersendiri baginya itu.
“Yang Mulia Kaisar bercerita padaku tentang kejadian itu dan bertanya kenapa kau sampai bisa keluar dari barisan dan turun dari kudamu. Kupikir Yang Mulia akan sangat marah tapi ternyata, ia justru mencemaskanmu Changyi. Yang Mulia Kaisar berpikir bahwa kau terlalu baik hati pada rakyat hingga membahayakan keselamatanmu sendiri. Karena itu, yang Mulia Kaisar memintaku untuk mengingatkanmu agar jangan lagi melakukan hal itu. Masih banyak cara untuk memberikan perhatian dan kebaikan pada rakyat. Tapi tidak dengan membuatmu berada dalam bahaya seperti kemarin. Rakyat adalah sekelompok besar manusia dengan pikiran dan hati yang sangat polos. Mereka akan mengungkapkan apapun yang mereka rasakan dengan sangat jujur. Jika kau tidak bisa memilih dan memilah kapan saat kau mendekat dan kapan saat kau menjauh dari rakyat, maka kau akan menempatkan dirimu pada posisi yang sulit. Apakah kau mengerti Changyi?” sambung Jenderal Xu Da kembali.
“Saya mengerti Ayah. Maafkan saya. Dan saya akan menghadap Yang Mulia Kaisar untuk memohon ampun atas kesalahan saya ini” jawab Changyi sambil kembali tertunduk.
“Itu bagus. Lakukanlah secepatnya begitu kau kembali ke sekolah prajurit. Jangan sampai kau membuat Yang Mulia Kaisar kecewa dan jangan kau ulangi lagi kesalahan seperti yang kau lakukan itu” tukas Jenderal Xu Da tegas.
“Baik Ayah. Segera setelah menghadap Ayah, saya akan menghadap pada Yang Mulia Kaisar untuk memohon ampun. saya tidak akan mengulangi kesalahan saya ini” jawab Changyi kembali dengan penuh keyakinan.
Jenderal Xu Da mengangguk, merasa senang karena secara tidak langsung, Changyi telah mendapatkan semangat untuk semakin menempa dirinya sendiri agar lebih baik sebagaimana harapannya dan Kaisar Ming Tai Zhu.
Dan memang sebenarnyalah, Changyi mendapatkan semangatnya yang menyala-nyala sehingga, begitu kembali ke sekolah prajurit khusus setelah menghadap Kaisar Ming Tai Zhu dan mengungkapkan rasa penyesalan dan pemohonan ampun untuk kesalahan yang dilakukannya saat keberangkatan pada kegiatan berburu yang lalu, remaja yang semakin mempesona di usia empat belas tahunnya itu segera tenggelam dalam kegiatan belajarnya, menempa beladiri yang semakin matang, mempelajari ilmu strategi perang, penggunaan berbagai macam senjata dan dalam saat tertentu, Changyi menggunakan waktu malam harinya  untuk mempelajari ilmu ketatanegaraan dari buku-buku yang diberikan oleh Pangeran Zhu Di. Ilmu ketatanegaraan adalah keilmuan yang hanya diberikan pada para pangeran putra Kaisar Hongwu dan tidak diberikan pada para calon prajurit khusus yang belajar di sekolah militer. Namun, kedekatan persahabatan antara Changyi dengan Pangeran Zhu Di-lah yang membuat sang pangeran meminjamkan beberapa buku pada sahabatnya itu. 
**************
         
Berbeda dengan Changyi yang dipenuhi semangat menyala dalam menempa dirinya, Pangeran Zhu Di justru terus teringat pada rasa kue dan makanan yang dibuat oleh Chen dan di bawanya ke perkemahan. Changyi bahkan mengalah dengan tidak mengambil bagian dari makanan dan kue yang dibungkuskan oleh Chen untuk mereka. Sang pangeran sendiri memakan kue-kue buatan Chen sedikit demi sedikit hingga saat Kaisar menyudahi kegiatan berburu mereka, ia masih membawa sedikit sisa kue dalam mangkuk kayu yang dibungkus dalam buntalan kain.
Namun, setelah memakan makanan dan kue yang dibuat oleh Chen, Pangeran Zhu Di menjadi berubah.
Hal yang kemudian terjadi, sang pangeran pemberontak yang tampan itu tak lagi mau memakan makanan yang disajikan oleh para juru masak istana pangeran karena setiap makanan yang terhidang di hadapannya seolah tak memiliki rasa. Seperti makanan yang terlihat lezat pada penampilan namun kosong dalam rasa. Dalam sifatnya yang pemarah, setiap makanan yang terhidang di lempar keluar dari kamarnya, membuat Kasim Anta, setiap koki dan dayang menjadi cemas. Dan setelah beberapa hari tak lagi terisi makanan, maka tubuh sang pangeran itupun menjadi lemah dan tak lagi mampu datang ke sekolah prajurit khusus untuk belajar ilmu beladiri dan keilmuan lain sebagaimana biasanya.
Kabar masalah yang terjadi di istana pangeran pada akhirnya sampai ke telinga Kaisar Ming Tai Zhu dan Permaisuri Ma Xiuying dan membuat sang kaisar besar itu melangkahkan kakinya untuk menjenguk pangeran  keempat yang sering membuat masalah di istana namun sesungguhnya, jauh di dalam hati, Kaisar Hongwu sangat bangga pada putra keempatnya yang terlihat menonjol dalam kecerdasan dan ketangkasan di banding para pangeran yang lain. Disamping tentu saja, wajahnya yang tampan dan gerak-geriknya yang selalu lincah dan tangkas.
Dan apa yang kemudian terlihat di depan mata membuat Kaisar Ming Tai Zhu marah. Pangeran Zhu Di terlihat lemas di atas pembaringannya. Meskipun sepasang mata pangeran muda itu masih terlihat bening dan bercahaya, namun kelincahan dan kegesitannya telah menghilang karena tubuh yang lemah tak terisi oleh makanan apapun sejak berhari-hari lamanya. 
Sang Kaisar menjadi lebih marah lagi saat ia tahu tak ada seorangpun dari juru masak istana yang berhasil membuat sang pangeran menyantap makanan yang dihidangkan. Di hadapan Sang Kaisar, Pangeran Zhu Di kembali melempar nampan berisi hidangan yang dibawa oleh juru masak istana pangeran. Maka, dengan suara mengguntur, Kaisar Ming Tai Zhu memerintahkan prajurit khusus pengawal kaisar untuk menangkap seluruh juru masak  istana pangeran, dayang serta kasim dan mempersiapkan hukuman mati bagi mereka semua. Suasana di istana pangeran menjadi sangat mencekam. Semua orang ketakutan sementara seluruh juru masak dan dayang istana pangeran menangis karena rasa takut dan sedih. Sang permaisuri mendekati Kaisar Ming Tai Zhu dan mencoba menyabarkan hati sang maha raja yang tengah murka.
“Yang Mulia, tidakkah sebaiknya diselidiki lebih dulu, mengapa pangeran keempat kehilangan selera makannya? Mungkin saja, ada masalah dengan kesehatan pangeran keempat yang membuatnya tak bisa memakan apapun yang dibawa oleh juru masak istana” ujar Permaisuri Ma Xiuying dengan nada lembut.
Kaisar Ming Tai Zhu menatap permaisurinya sesaat. Rona merah masih terlihat di wajahnya menunjukkan kemarahan yang belum surut, namun keningnya sedikit berkerut menandakan bahwa sang raja besar itu tengah mempertimbangkan kata-kata sang permaisuri.
“Tugas dari setiap juru masak istana pangeran adalah membuat masakan bagi para putraku bagaimanapun selera mereka. Sudah seharusnya pada juru masak itu bisa memenuhi semua selera para pangeran. Itu adalah tugas mereka dan itu adalah bentuk pengabdian mereka padaku dan pada kerajaan ini. Jika mereka tidak bisa melaksanakan tugas mereka, maka itu sama saja mereka telah menentangku dan hukumannya adalah hukuman mati” sahut Kaisar Ming Tai Zhu tegas.
“Tetapi Yang Mulia…para pangeran lain tidak memiliki masalah dengan makanan yang dihidangkan oleh para juru masak. Hanya Pangeran Zhu Di yang bermasalah. Jika memang para juru masak membuat masakan yang salah, bukankah seharusnya semua pangeran saat ini telah mendapatkan masalah yang sama dengan pangeran keempat?” tanya Sang Ratu memberikan pendapat.
“Karena itulah aku katakan bahwa seharusnya para juru masak itu bisa memenuhi selera semua pangeran. Itu adalah tugas mereka” tegas Kaisar Ming Tai Zhu sekali lagi, kali ini diiringi tatapan tajam ke arah permaisurinya membuat wanita yang sangat anggun dan cantik itu menunduk. Permaisuri Ma Xiuying sangat mengerti, bahwa jika Sang Kaisar telah bicara dengan nada tegas dan sepasang mata yang menyala tajam seperti itu, maka otoritasnya sebagai raja-lah yang bicara. Pantang ditentang apalagi dilawan.
“Aku akan menyuruh dokter istana untuk memeriksa Pangeran Zhu Di agar kita tahu kenapa pangeran keempat tak suka memakan semua makanan yang terhidang untuknya. Dan sementara itu, sampai aku benar-benar tahu penyebab sakitnya Pangeran Zhu Di, semua juru masak istana pangeran harus  tinggal di dalam penjara” kata Kaisar Hongwu.
“Ya Yang Mulia” sahut Permaisuri Ma Xiuying lembut sambil mengangguk hormat. Tahu bahwa apa yang telah di ucapkan oleh Kaisar Ming Tai Zhu sekarang adalah titah seorang raja, pemimpin tertinggi kerajaan yang mesti dilaksanakan dengan patuh dan tanpa membantah.
Dan pada hari itu juga, seluruh juru masak istana pangeran dijebloskan ke dalam penjara kerajaan, hingga waktu yang tak menentu. Hanya tinggal kasim dan dayang yang dilepaskan kembali oleh Sang Kaisar. Sementara dokter istana berkumpul untuk memeriksa keadaan sang pangeran keempat yang makin melemah.
Kaisar Ming Tai Zhu sungguh tidak mengerti mengapa setiap kali ia bertanya, pangeran keempat selalu menjawab bahwa alasannya takbisa memakan semua hidangan yang dimasak oleh juru masak istana adalah karena semua masakan itu memiliki rasa yang kosong. Apa yang dimaksud dengan makanan yang kosong dalam rasa?. Kaisar Ming Tai Zhu mencicipi semua hidangan yang dibawa oleh dayang dan kasim ke kamar Pangeran Zhu Di dan merasakan bahwa dalam makanan tersebut terdapat seluruh rasa yang bisa dirasakannya. Ada asin, manis, sedikit asam, pahit dan campuran rasa seperti gurih, pedas, padat, dingin dan panas.
Apa yang dimaksud dengan kosong rasa dalam makanan?. Hingga jauh malam, Kaisar Ming Tai Zhu duduk merenung di dalam kamarnya. Pangeran Zhu Di adalah pangeran yang sangat cerdas. Semua guru dan sarjana yang khusus mengajar para pangeran mengatakan bahwa pangeran keempat adalah pangeran yang paling cerdas dan cepat dalam menangkap seluruh pelajaran melebihi pangeran yang lain bahkan melebihi putra pertama, Pangeran Zhu Biao yang merupakan putra mahkota. Karena itu, sangat mustahil jika seorang pangeran yang sangat cerdas seperti Pangeran Zhu Di akan menunjukkan sikap tak mau memakan makanan di depannya hanya karena kemanjaan belaka. Terlebih, sejak kecil, pangeran keempat, meskipun paling muda dibanding kakak-kakaknya yang lain, namun memiliki sifat mandiri dan tidak suka bergantung pada orang lain. Jauh dari sifat manja sebagaimana umumnya anak yang terlahir muda dalam keluarga. Jika Pangeran Zhu Di mengatakan bahwa makanan yang terhidang di depannya semua kosong dalam rasa maka itu berarti memang ada sesuatu dalam makanan tersebut yang tidak sesuai dengan harapan sang pangeran keempat.
Tetapi, apakah yang dimaksud dengan kosong rasa dalam makanan itu? Dan bagaimana makanan yang tidak kosong dalam rasa?. Kaisar Ming Tai Zhu sungguh merasa pusing melebihi saat ia harus memikirkan urusan pemerintahan yang pelik.
************

Berita sakitnya Pangeran Zhu Di dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru istana dan kemudian terbawa angin hingga menjadi bahan pembicaraan seluruh rakyat di pasar-pasar, kedai makanan bahkan pojok-pojok rumah pelacuran. Pangeran Zhu Di adalah satu dari empat pangeran putra Kaisar Hongwu yang paling terkenal bukan saja karena ketampanan dan kelincahan gerak tubuhnya melainkan juga karena hanya pangeran keempat inilah yang bersahabat dengan tuan muda berwajah malaikat putra Sang Jenderal Besar Xu Da yang telah merebut hati banyak gadis dan wanita diseluruh penjuru langit Kerajaan Ming Raya. Seolah tak ada berita lain yang lebih menarik untuk dibicarakan, sakitnya pangeran keempat yang tampan dan lincah serta penangkapan seluruh juru masak istana pangeran menjadi topik utama melebihi pentingnya berita lain seperti pergerakan sisa-sisa pasukan Dinasti Yuan yang menyusun kekuatan di Mongol, perekrutan ribuan prajurit baru yang cukup sulit dalam persyaratannya untuk memperkuat pertahanan di perbatasan wilayah Kerajaan Ming yang jauh serta berita tentang beberapa pejabat yang ditangkap dan mendapat hukuman mati karena melakukan kesalahan di hadapan Kaisar Hongwu.
Dan, berita sakitnya Pangeran Zhu Di, pada akhirnya sampai juga ke telinga Changyi, yang sesungguhnya telah merasa heran dengan tidak hadirnya sang pangeran di sekolah selama beberapa hari. Namun berbeda halnya dengan Kaisar Ming Tai Zhu dan seluruh dokter istana yang dibuat bingung dengan masalah yang ada pada pangeran keempat, Changyi segera mengerti hal sesungguhnya yang terjadi dengan sahabatnya tersebut. Dan hal itu membuat hati Changyi diliputi kecemasan yang besar. Changyi tahu, pangeran keempat tak lagi suka menyantap semua makanan juru masak istana setelah merasakan makanan yang dimasak oleh Chen. Changyi paham benar hal itu karena sesungguhnya, ia sendiri juga merasakan hal yang sama. Hanya saja, selama ini, ia tak pernah menceritakan pada siapapun perihal perbedaan rasa yang sangat besar yang dirasakannya setiap ia menyantap makanan yang bukan hasil masakan Chen. Pangeran Zhu Di pasti juga merasakan perbedaan besar dalam rasa makanan setelah memakan makanan yang dimasak oleh Chen, tetapi sahabatnya itu tak bisa menyembunyikan sebagaimana dirinya karena keadaannya sebagai seorang pangeran membuatnya selalu mendapatkan apapun yang diinginkannya. Bagaimana jika sampai Sang Kaisar tahu bahwa pangeran keempat tidak mau menyantap makanan istana setelah memakan makanan yang di masak oleh Chen adiknya? Pastilah sang maha raja itu akan sangat murka dan itu artinya keselamatan Chen benar-benar dalam bahaya. Bukankah seluruh juru masak di istana pangeran keempat telah ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara karena gagal membuat Pangeran Zhu Di makan?.
Changyi benar-benar bingung. Ia tak mungkin menceritakan pada ayah angkatnya perihal hal sesungguhnya yang terjadi pada Pangeran Zhu Di karena itu sama saja memberi masalah pada Jenderal Xu Da sementara Changyi merasa sangat berhutang budi pada ayah angkatnya itu . Namun, ia sendiri belum tahu bagaimana caranya menyelamatkan Chen dari kemurkaan kaisar sekaligus menolong Pangeran Zhu Di yang telah menjadi sahabat baiknya. Hal pertama yang bisa dilakukannya sekarang hanyalah bertemu dengan Pangeran Zhu Di. Mungkin, sedikit harapan untuk bisa menyelamatkan Chen dari hukuman mati Kaisar Ming Tai Zhu hanyalah sang pangeran keempat sebagaimana dulu Pangeran Zhu Di-lah yang memberi kesaksian di depan Sang Kaisar saat dirinya terlibat perkelahian dengan Lan Fengyin, salah satu anak angkat Jenderal Lan Yu yang membuatnya tak bisa mengikuti ujian final untuk masuk ke sekolah prajurit khusus raja. Kesaksian dari pangeran keempat serta naiknya status sosial Changyi setelah diangkat sebagai putra dari Jenderal Besar Xu Da membuat Kaisar Ming Tai Zhu membatalkan hukuman padanya dan mengijinkannya mengikuti ujian akhir untuk masuk di sekolah prajurit khusus. Kini, Changyi kembali berharap pada sang pangeran keempat untuk bisa menolong Chen dari kemurkaan dan hukuman mati dari Kaisar Hongwu Ming Tai Zhu.
“Pangeran…kenapa Anda tidak memakan makanan yang dibawa oleh Paman Kasim Anta padamu?” tanya Changyi saat ia telah sampai di kamar Pangeran Zhu Di dan hanya tinggal mereka berdua. Pangeran Zhu Di segera mengusir Kasim Anta begitu Changyi datang dan masuk ke dalam kamarnya.
Pangeran Zhu Di menoleh ke arah Changyi. Gerakannya tampak lemah namun sepasang matanya terlihat berbinar oleh rasa gembira karena Changyi datang menjenguknya.
“Kakak, aku sendiri tidak mengerti. Semua makanan yang dibawa oleh kasim terasa seperti bukan makanan. Aku seperti hendak menjejalkan benda-benda ke dalam mulutku sementara tak ada rasa apapun dalam makanan itu. Semuanya kosong. Semua makanan itu kosong. Aku memang merasakan ada asin, manis, asam, gurih dan campuran dari beberapa rasa namun tetap saja, semuanya terasa kosong” jawab Pangeran Zhu Di sambil berusaha bangkit dari tidurnya. Changyi segera bergerak mendekat dan membantu sang pangeran untuk duduk.
“Apa maksud Anda dengan rasa kosong itu Pangeran?” tanya Changyi setelah kembali ke tempatnya semula. Kini, Pangeran Zhu Di duduk di depannya dengan bersandar pada sebuah bantal panjang di belakangnya.
“Entahlah Kakak, aku sendiri sangat sulit untuk menjelaskannya. Yang Mulia Kaisar sampai marah karena aku tak bisa memberikan penjelasan yang masuk akal tentang rasa kosong itu. Rasanya seperti aku menghirup udara tapi dadaku tetap saja terasa sesak. Aku berpikir mungkin lidahku sudah rusak. Tapi, semua dokter yang memeriksaku mengatakan bahwa indera perasaku baik dan tidak ada gangguan sama sekali” sahut Pangeran Zhu Di sambil menggelengan kepalanya dengan ekspresi bingung.
Changyi menatap pangeran keempat di depannya sejenak dan terlihat menimbang-nimbang membuat Pangeran Zhu Di mengerutkan keningnya.
“Kakak, ada apa? Mengapa Kakak menatapku seperti itu?” tanya Pangeran Zhu Di.
Changyi menghela nafas sedetik.
“Pangeran, sebenarnya, saya-pun mengalami apa yang Anda rasakan. Bahkan saya mengalaminya jauh sebelum Anda” sahut Changyi membuat Pangeran Zhu Di terkejut.
“Benarkah? Sejak kapan? Dan kenapa Kakak tidak pernah menceritakannya padaku?”.
Changyi tertawa. “Kenapa saya harus menceritakannya pada Anda Pangeran? Saya pikir ini hanya masalah saya sendiri dan saya merasa bisa mengatasinya. Karena itu, saya tak pernah menceritakannya pada siapapun”.
“Sejak kapan Kakak mengalaminya?”.
“Sudah sejak lama. Jauh sebelum saya ditemukan oleh Ayah Xu Da, lalu masuk ke istana ini dan bertemu dengan Anda” sahut Changyi sambil tersenyum.
“Dan apakah Kakak tahu apa yang membuat Kakak mengalami hal itu?” tanya Pangeran Zhu Di membuat wajah Changyi seketika menjadi serius.
“Itulah sebabnya saya kemari. Saya berharap kita bisa melakukan sesuatu untuk Adik Chen”jawab Changyi membuat Pangeran Zhu Di kembali terkejut.
“Adik Chen? Memangnya ada apa dengan Adik Chen? Dan  apa hubunganya dengan masalah makanan yang kosong rasa itu Kakak?” tanya Pangeran Zhu Di.
Changyi menatap pangeran keempat didepannya dalam-dalam. Sedetik matanya melirik ke arah pintu kamar pangeran di mana ia tahu, berdiri Kasim Anta, dayang dan para prajurit khusus pengawal keluarga raja.
“Pangeran Zhu Di, apakah Anda ingat, sejak kapan Pangeran mengalami masalah dengan rasa dalam makanan itu?” tanya Changyi, berharap sang pangeran dapat menangkap maksudnya.
Pangeran Zhu Di mengerutkan keningnya dan terlihat berpikir.
“Ya, aku ingat” katanya sambil mengangguk. “Pertama kali aku merasakan semua makanan di istana ini memiliki rasa yang kosong adalah saat makan malam setelah kita pulang dari…”
Pangeran Zhu Di menghentikan kalimatnya dan wajahnya terlihat terperanjat. Sebuah pengertian melintas di benaknya.
“Kakak, apakah….apakah kita mengalami masalah dengan rasa dalam makanan karena kita telah memakan makanan yang dimasak oleh Adik Chen?” tanya Pangeran Zhu Di.
Changyi tersenyum lalu mengangguk. “Ya Pangeran, itu benar”.
“Tapi…tapi kenapa bisa begitu? Apa yang dilakukan oleh Adik Chen sehingga membuat orang yang memakan masakannya menjadi tidak bisa merasakan rasa dalam makanan yang lain? Apakah Adik Chen meletakkan sesuatu dalam makanan itu?” Pangeran Zhu Di terlihat bingung.
Changyi menggelengkan kepalanya kuat-kuat.
“Tidak Pangeran!” sanggahnya dengan suara yang tegas. “Adik Chen tidak meletakkan apapun selain bumbu yang biasa dipakai oleh orang-orang yang lain. Bahkan seringkali, bumbu yang dipakainya sangat sederhana karena kami tidak punya uang untuk membeli bumbu-bumbu yang lengkap. Sekarangpun, saat dia memasak untuk pada biksu di Kuil Bulan Merah, ia pasti juga tak punya uang untuk membeli banyak bumbu. Jadi, saya sangat yakin, masalahnya bukan pada pada bumbu atau apa yang telah di masukkan oleh Adik Chen ke dalam masakannya”.
“Kalau begitu…kenapa kita tak bisa merasakan makanan lain setelah memakan makanan dari Chen?” tanya Pangeran Zhu Di dengan alis terkerut dalam..
Changyi kembali menggeleng. Kali ini dengan ekspresi tak mengerti.
“Saya juga tidak mengerti Pangeran. Saya sudah bersamanya sejak kami lahir karena ayah kandung saya dan ayah Chen adalah sahabat baik. Sejak dulu saya tahu, bahwa Chen sangat pandai memasak. Kepandaian itu didapat dari ibunya yang juga sangat pandai memasak. Tadinya saya berpikir bahwa saya tak bisa merasakan rasa dalam masakan orang lain selain masakan Chen karena saya terbiasa memakan masakan Chen. Tapi sekarang, setelah saya bertemu dengan Pangeran dan Anda mengalami apa yang juga saya alami, akhirnya saya jadi tahu, bahwa itu bukan karena kita terbiasa memakan masakan Chen tapi karena ada sesuatu dalam makanan itu yang membuat rasanya menjadi berbeda. Sepertinya setiap makanan yang dimasak oleh Chen memiliki nyawa” jawab Changyi panjang lebar. Nadanya terdengar sedikit mengingat-ingat.
Pangeran Zhu Di terbelalak. Jari telunjuknya terangkat dan teracung ke arah Changyi.
“Ah…Kakak! Itu benar. Apa yang kau katakan itu sangat tepat. Memang seperti itu yang kumaksud. Makanan yang kubawa dari Chen dulu seperti memiliki nyawa. Saat makanan itu ada di mulutku, aku seperti menemukan sebuah semangat baru. Seperti ada perasaan senang yang indah dalam diriku” sahut pangeran keempat penuh semangat, terlupa bahwa tubuhnya lemah karena berhari-hari tidak memakan apapun.
Changyi mengangguk. “Memang seperti itu juga yang saya rasakan Pangeran. Dan karena itu pula, hari ini saya datang menghadap Anda. Saya berharap Pangeran bisa menolong Adik Chen”.
“Apakah maksud Kakak?” Pangeran Zhu Di menatap Changyi tak mengerti.
“Tidakkah Anda mengerti Pangeran? Anda lihat bagaimana semua juru masak di istana ini ditangkap dan dipenjara oleh Yang Mulia karena tak ada yang bisa membuat Pangeran menyantap masakan yang mereka makan?. Jika Yang Mulia tahu, bahwa masalah yang Anda alami sekarang adalah karena Pangeran memakan makanan yang dimasak oleh Chen, menurut Anda, apa yang akan dilakukan oleh Yang Mulia Kaisar pada Chen?”.
Pangeran Zhu Di termenung sejenak memikirkan kata-kata Changyi lalu mengangguk sebagai tanda mengerti.
“Ah, Kakak…kau benar sekali” desis Pangeran Zhu Di. Lalu sepasang matanya memandang ke arah Changyi. Sebuah ide melintas di kepalanya membuat sepasang matanya yang bercahaya semakin berbinar. “Kakak, jika seperti ini, maka yang bisa menolongku juga hanya Adik Chen saja. Karena aku tidak bisa memaksa diriku untuk memakan makanan yang hampa itu. Aku tidak bisa bersabar sebagaimana dirimu. Jadi, jalan satu-satunya hanya membawa Adik Chen ke istana ini dan memintanya untuk memasak buatku!”.
Changyi membalas tatapan Pangeran Zhu Di dengan alis berkerut dalam seolah tak percaya.
“Pangeran…apakah Anda sudah gila? Membawa Adik Chen ke istana disaat seperti sekarang sama saja dengan menyerahkan adik saya ke tiang gantungan” ujar Changyi dengan nada sedikit meninggi.
“Tapi Kakak….hanya di istana ini juga Adik Chen akan aman” sahut pangeran keempat sambil mengangkat sepasang alisnya yang tebal bagus.
Kening halus Changyi berkerut mencoba memahami maksud ucapan pangeran keempat yang sering membuat masalah dalam istana namun juga sekaligus banyak akal itu. Lalu, sambil tersenyum, akhirnya Changyi mengangguk.
“Baiklah, saya percaya. Jadi, apa rencana Anda Pangeran?” tanya Changyi.
“Aku akan mengatakan rencanaku padamu Kakak. Tapi, bisakah kau tidak memanggilku pangeran? Sebutan itu membuatku seperti orang lain bagimu. Bagaimana kalau adik saja?” ujar Pangeran Zhu Di membuat Changyi seketika tertawa. Sang pangeran seketika cemberut melihat sahabatnya tertawa begitu lebar.
“Bukankah adik yang ada di depanku ini adalah seorang pangeran? Saya hanyalah seorang hina yang sangat beruntung bisa menjadi sahabat dari seorang pangeran. Jadi, sudah seharusnya, saya bersikap sopan dan memanggil anda dengan sebutan Pangeran” jawab Changyi setelah tawanya reda.
“Tapi aku tidak suka Kakak. Aku lebih suka jika Kakak memanggilku adik, seperti saat Kakak memanggil Chen” kata Pangeran Zhu Di, masih dengan cemberut menghiasi bibirnya.
Changyi tersenyum, lalu mengangguk.
“Baiklah Adik Zhu Di, jadi sekarang, kita harus membuat rencana yang bagus untuk membawa Adik Chen ke istana ini” jawab Changyi membuat pangeran keempat kembali tersenyum.
“Baiklah Kakak. Sekarang dengarkan rencanaku” kata Pangeran Zhu Di sambil menggerakkan tangannya sebagai isyarat agar Changyi mendekat.
Changyi menurut dan sejenak kemudian, dua remaja itu terlihat telah berbisik-bisik dengan serius.
*********

Tidak ada komentar:

Posting Komentar